BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa dimana
seorang individu mengalamim peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh
dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan
sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang
timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial.
Masalah psikis yang dihadapi remaja
sekarang ini cenderung lebih ke arah yang negatif, sehingga dapat menjadikan
remaja yang tidak baik dan atau mengalami hal buruk pada masa depannya. Oleh
karena itu perlu adanya media atau sosialisasi untuk menghindarkan remaja itu
dari pengaruh-pengaruh buruk yang senantiasa mengelilinginya.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian sebenarnya seorang remaja?
2. Hal-hal
apa saja yang dapat mendorong remaja bertindak negatif?
3. Apa
penyebab timbulnya masalah pada remaja?
4. Bagaimana
cara mengantisipasi dan mengatasi permasalahan para remaja tersebut?
C. Dasar
Teori
Masa remaja merupakan sebuah periode
dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak
terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan
ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian
remaja sebab usia pubertas yangdahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18)
kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Memang banyak perubahan pada diri seseorang
sebagai tanda keremajaan,namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu
tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun
satu hal yangpasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring
dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa
Remaja
Masa remaja merupakan masa dimana
seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh
dengan masalah-masalah(Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan
sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang
timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002).Masa remaja
merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun
peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap
sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau
batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yangdahulu terjadi pada
akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia
11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun
mungkin sajasudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah
bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia
belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama iajuga
bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas
dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yangpasti. Dalam
perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang
diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk
bersikap mandiri dan dewasa.
Memang banyak perubahan pada diri
seseorang sebagai tanda keremajaan,namun seringkali perubahan itu hanya
merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan
seseorang. Namun satu hal yangpasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin
kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri
mereka. Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan
pada dimensi-dimensi tersebut
1. Dimensi
Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa
pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun
perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang
sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan
untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang
menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau
gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating
Hormone(FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua
hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis
hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan
Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan
testosterone.Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas
merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat
menstruasi,sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu
terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak
lelaki mulaimemperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang
berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah
secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
2. Dimensi
Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam
pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode
terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal
operations).Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir
sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka
mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima
informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya denganpemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan
menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan
operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka.Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk
Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu
sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini.
Sebagian masih tertinggal pada tahap
perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit,dimana pola pikir yang
digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai
dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang
tidak banyak menggunakan metode belajar mengajarsatu arah (ceramah) dan
kurangnya perhatian pada pengembangan caraberpikir anak. penyebab lainnya bisa juga
diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja
sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas
perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah
harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah
menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah
dan mencari solusi terbaik.
3. Dimensi
Moral
Masa remaja adalah periode dimana
seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot
Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri
dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan
mereka, misalnya: politik,kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb.
Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran
yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selamaini tanpa
bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan
mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan
lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal
yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.
Sebagian besarpara remaja mulai melihat
adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan
dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalammelihat hidup dan
beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadilebih luas dan
seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu
lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.Kemampuan berpikir dalam
dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai
melihat adanya kejanggalan danketidakseimbangan antara yang mereka percayai
dahulu dengan kenyataan yangada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu
mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru.
Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan"
remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat.
Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang
mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.Pada masa remaja ia akan mempertanyakan
mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat
mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu
saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja.
Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat
laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan
jalankeluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai
yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat
besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis,
apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan
nilai-nilaitersebut.Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam
memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri
remajanya.
Orangtua yang bijak akan memberikan lebih
dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan
memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan
bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja
tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang
dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika“lingkungan baru” memberi jawaban
yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua.
Konflik dengan orangtua mungkin akanmulai menajam.
4. Dimensi
Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh
gejolak. Pada masa ini mood(suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat.
Hasil penelitian di Chicago olehMihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984)
menemukan bahwa remajarata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari
mood “senang luarbiasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa
memerlukan beberapa jamuntuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis
pada para remaja iniseringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah,
atau kegiatansehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah
dengancepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah
psikologis.Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami
perubahanyang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka
sangatrentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang
lainsangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi
ataumengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja
sangatmemperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image).
Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan
percayakeunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di
hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirikdan tertarik pada
kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkandirinya dikagumi lawan
jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.Pada usia 16 tahun ke atas,
keeksentrikan remaja akan berkurang dengansendirinya jika ia sering dihadapkan
dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain
tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidakselalu sama dengan yang dihadapi
atau pun dipikirkannya. Anggapan remajabahwa mereka selalu diperhatikan oleh
orang lain kemudian menjadi tidakberdasar. Pada saat inilah, remaja mulai
dihadapkan dengan realita dan tantanganuntuk menyesuaikan impian dan
angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri
mereka serba mampu, sehinggaseringkali mereka terlihat “tidak memikirkan
akibat” dari perbuatan mereka.Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian
karena mereka tidak sadar danbelum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek
atau jangka panjang.Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan
perbuatanmereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati,
lebihpercaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab.
Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab
inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jatidiripositif pada
remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada dirisendiri dan
rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yanglebih tua
sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapimasalah itu sebagai
“seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai caraakan dicari untuk
dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akandilakukan oleh para “idola”nya
untuk menyelesaikan masalah seperti itu.
Pemilihan idola ini juga akan menjadi
sangat penting bagi remajaDari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada
remaja seperti yangtelah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan –
kemungkinan perilaku yangbisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah
perilaku yang mengundang resikodan berdampak negative pada remaja. Perilaku
yang mengundang resiko padamasa remaja misalnya seperti penggunaan alcohol,
tembakau dan zat lainnya;aktivitas social yang berganti – gantipasangan dan
perilaku menentang bahayaseperti balapan, selancar udara, dan layang gantung (Kaplan
dan Sadock, 1997).Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah bermacam –
macam danberhubungan dengan dinamika fobia balik ( conterphobic dynamic ), rasa
takut dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan
dinamikakelompok seperti tekanan teman sebaya.
B. Remaja
dan Rokok
Di masa modern ini, merokok merupakan
suatu pemandangan yang sangattidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat
memberikan kenikmatan bagi siperokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan
dampak buruk bagi si perokoksendiri maupun orang – orang disekitarnya. Berbagai
kandungan zat yang terdapatdi dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh
penghisapnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah
untukmendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan
(reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar
norma( permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan
dengan kegiatanmerokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan
didepan orang lain,terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat
tertarik kepadakelompok sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan
kelompoknya.
Penyebab Remaja Merokok :
1. Pengaruh
Orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok
adalah bahwa anak-anak muda yangberasal dari rumah tangga yang tidak bahagia,
dimana orang tua tidak begitumemperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman
fisik yang keras lebihmudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang
berasal darilingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam
Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
2. Pengaruh
Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa
semakin banyak remaja merokok makasemakin besar kemungkinan teman-temannya
adalah perokok juga dandemikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua
kemungkinan yang terjadi,pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya
atau bahkan temantemanremaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut
yang akhirnyamereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat
87%mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitupula
dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991)
3. Faktor
Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena
alasan ingin tahu atau ingin melepaskandiri dari rasa sakit fisik atau jiwa,
membebaskan diri dari kebosanan. Namunsatu sifat kepribadian yang bersifat
prediktif pada pengguna obat-obata(termasuk rokok) ialah konformitas sosial.
Orang yang memiliki skor tinggipada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah
menjadi penggunadibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah
(Atkinson, 1999).
4. Pengaruh
Iklan
Melihat iklan di media massa dan
elektronik yang menampilkan gambaranbahwa perokok adalah lambang kejantanan
atau glamour, membuat remajaseringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti
yang ada dalam iklantersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).
C. Penyimpangan
Seks Pada Remaja
Kita telah ketahui bahwa kebebasan
bergaul remaja sangatlah diperlukanagar mereka tidak "kuper" dan
"jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyakteman maka banyak
pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan denganapa yang kita
inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yangberbau pornografi, dan
tentu saja ada yang bersikap terpuji.benar agar kita tidak terjerumus ke
pergaulan bebas yang menyesatkan.
Masa remaja merupakan suatu masa yang
menjadi bagian dari kehidupanmanusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika.
Dinamika kehidupan remajaini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri
remaja itu sendiri. Masaremaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu
pada diri seseorangdalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring
dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipunmengalami perkembangan
dan pada akhirnya akan mengalami kematangan.
Kematangan organ reproduksi dan
perkembangan psikologis remaja yang mulaimenyukai lawan jenisnya serta arus
media informasi baik elektronik maupun nonelektronik akan sangat berpengaruh
terhadap perilaku seksual individu remajatersebut. Salah satu masalah yang
sering timbul pada remaja terkait dengan masaawal kematangan organ reproduksi
pada remaja adalah masalah kehamilan yangterjadi pada remaja diluar pernikahan.
Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadipada usia sekolah. Siswi yang
mengalami kehamilan biasanya mendapatkanrespon dari dua pihak.
Pertama yaitu dari pihak sekolah,
biasanya jika terjadikehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi
adalah sekolahmeresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya
siswitersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut
tinggal,lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut.
Haltersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat
kita. Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah.
Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagaiindividu
dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruhstrata di
masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan.
Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya
dimengerti. Beberapa sebab kehamilantermasuk rendahnya pengetahuan tentang
keluarga berencana, perbedaan budayayang menempatkan harga diri remaja di
lingkungannya, perasaan remaja akanketidakamanan atau impulsifisitas,
ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yangsangat untuk mendapatkan kebebasan.
Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangatmenggelisahkan
berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya
remaja yang mengidap HIV/AIDS.
1. Pengertian
HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus. Merupakan virus penyebab AIDS yang melemahka sistem
kekebalan tubuh. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome
yangmerupakan kumpulan dari beberapa gejala akibat menurunnya sistem
kekebalantubuh yang disebabkan oleh HIV sehingga orang yang telah terinfeksi
HIV mudahdiserang berbagai penyakit yang bisa mengancam hidupnya.
2. Perjalanan
Infeksi HIV
HIV menular melalui penggunaan jarum
suntik secara bergantian, jarumsuntik bekas pakai, jarum suntik yang tidak
steril, melakukan hubungan seksberganti – ganti pasangan, atau proses penularan
dari ibu ke bayi melalui proses : hamil, melahirkan, dan menyusui. Setelah
masuk dan menginfeksi manusia selama 2 minggu sampai 6 bulan ( 3 bulan pada 95%
kasus) merupakan masa antara masuknya HIV ke dalam tubuh sampai terbentuknya
antibody (penangkal penyakit) terhadap HIV atau disebut juga HIV Positif. Pada
fase ini HIV sudah dapat ditularkan kepada orang lain walaupun hasil tes masih
negatif. Fase ini disebut fase jendela. Setelah melalaui fase jendela. Selama 3
– 10 tahun setelahterinfeksi HIV, Seseorang yang telah mengidap HIV Positif
tidak akanmenampakkan gejala, tampak sehat, dan dapat beraktifitas seperti
biasa. Barusetelah 1- 2 tahun kemudian mulai timbul infeksi opportunistik (
penyakit lainyang muncul karena sistem kekebalan tubuh menurun). Obat ARV (
Anti Retro Viral ) yang diminum pada fase ini dapat menekan pertumbuhan HIV.
Akan tetapi,obat ini tidak dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh.
3. HIV
tidak menular melalui
a) Gigitan
nyamuk atau serangga lain
b) Keringat,
Sentuhan, Pelukan, ataupun Ciuman
c) Berenang
bersama
d) Terpapar
batuk atau bersin
e) Berbagi
makanan atau menggunakan alat makan bersama
f) Memakai
toilet bergantian
4. Data
dan Fakta HIV/AIDS
Dilihat dari jumlah pengidap dan
peningkatan jumlahnya dari waktu kewaktu, maka dewasa ini HIV (Human
Immunodeficiency Virus) dan AIDS(Acquired Immune Deficiency Syndrome) sudah
dapat dianggap sebagai ancamanhidup bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan
laporan Departemen Kesehatansampai Juni 2003 jumlah pengidap HIV/AIDS atau ODHA
(Orang Yang HidupDengan HIV/AIDS) di Indonesia adalah 3.647 orang terdiri dari
pengidap HIV2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari jumlah tersebut,
kelompok usia 15 -19 berjumlah 151 orang (4,14%); 19-24 berjumlah 930 orang
(25,50%). Ini berartibahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah remaja
dan orang muda. Dari data tersebut, dilaporkan yang sudah meninggal karena AIDS
secara umumadalah 394 orang (Subdit PMS & AIDS, Ditjen PPM & PL, Depkes
R.I.). Diperkirakan setiap hari ada 8.219 orang di dunia yang meninggal karena
AIDS,sedangkan di kawasan Asia Pacific mencapai angka1.192orang.
Data dan fakta tersebut belum
mencerminkan keadaan yang sebenarnya,melainkan hanya merupakan "puncak
gunung es", artinya, yang kelihatan atau dilaporkan hanya sedikit,
sementara yang tidak kelihatan atau tidak dilaporkanjumlahnya berkali-kali
lipat. Para ahli memperkirakan bahwa jumlah sebenarnyabisa 100 kali lipat.
D. Remaja
dan HIV/AIDS
Penularan virus HIV ternyata menyebar
sangat cepat di kalangan remajadan kaum muda. Penularan HIV di Indonesia
terutama terjadi melalui hubunganseksual yang tidak aman, yaitu sebanyak
2.112(58%) kasus. Dari beberapapenelitian terungkap bahwa semakin lama semakin
banyak remaja di bawah usia18 tahun yang sudah melakukan hubungan seks. Cara
penularan lainnya adalahmelalui jarum suntik (pemakaian jarum suntik secara
bergantian pada pemakai narkoba, yaitu sebesar 815 (22,3%) kasus dan melalui
transfusi darah 4 (0,10%)kasus). FKUl-RSCM melaporkan bahwa lebih dari 75%
kasus infeksi HIV dikalangan remaja terjadi di kalangan pengguna narkotika.
Jumlah ini merupakankenaikan menyolok dibanding beberapa tahun yang lalu.
Beberapa penyebab rentannya remaja
terhadap HIV/AIDS adalah:
1. Kurangnya
informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upayapencegahan yang
bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnyainformasi ini disebabkan
adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lainlain,sehingga remaja
seringkali tidak memperoleh informasi maupunpelayanan kesehatan reproduksi yang
sesungguhnya dapat membantu remajaterlindung dari berbagai resiko, termasuk
penularan HIV/AIDS.
2. 2.
Perubahan fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi doronganseksual.
Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu dan mencoba-cobasesuatu yang
baru, termasuk melakukan hubungan seks dan penggunaannarkoba.
3. 3.
Adanya informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperolehmelalui seks,
alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melaluiberbagai media cetak
atau elektronik.
4. Adanya
tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya untuk
membuktikan bahwa mereka adalah jantan.
5. Resiko
HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS mempunyai periode
inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera terlihat.
6. Informasi
mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum cukup menyebar di
kalangan remaja. Banyak remaja masih mempunyai pandangan yang salah mengenai
HIV/AIDS.
7. Remaja
pada umumnya kurang mempunyai akses ke tempat pelayanankesehatan reproduksi
dibanding orang dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya remaja yang
terkena HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, kemudian menyebar ke
remaja lain, sehingga sulit dikontrol.
E. Remaja
dan Penyalah Gunaan Minuman Keras dan Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika
Nasional (BNN),jumlah kasuspenyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998
- 2003 adalah 20.301orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun.
1. Definisi
dan Macam – Macam Narkoba
Narkoba (singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Bahan Adiktifberbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika
dimasukan dalam tubuh manusia,baik secara oral/diminum, dihirup, maupun
disuntikan, dapat mengubah pikiran,suasana hati atau perasaan, dan perilaku
seseorang. Narkoba dapat menimbulkanketergantungan (adiksi ) fisik dan
psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukantanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997).
Yang termasuk jenis Narkotika adalah :
a. Tanaman
papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat,
morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
b. Garam-garam
dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan
sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukannarkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan sarafpusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas
mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika
antara lain: Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine,
Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi,
Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb. Bahan Adiktif berbahaya
lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat
dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim
syaraf pusat, seperti: Alkohol.
2. Definisi
Alkohol
Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf
pusat meskipun dalam jumlah kecilmungkin mempunyai efek stimulasi ringan Bahan
psikoaktif yang terdapat dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari
proses fermentasi madu, gula sari buah atau umbi umbian. Nama yang populer :
minuman keras (miras), kamput, tomi (topi miring), cap tikus , balo dll.
Minuman beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda, misalnya bir dan soda
alkohol ( 1-7% alkohol), anggur (10-15% alkohol) dan minuman keras yang
biasadisebut dengan spirit (35 – 55% alkohol). Konsentrasi alkohol dalam darah
dicapai dalam 30 – 90 menitsetelah diminum.
Dari beberapa penelitian alkohol dapat
menyebabkan :
a. Kecelakaan
lalu lintas
b. Luka
bakar
c. Kasus
penganiayaan anak
d. Bunuh
diri
e. Kecelakaan
kerja
Di Indonesia penjualan minuman
beralkohol di batasi dan yang boleh membeliadalah mereka yang telah berumur 21
tahun Beberapa etnik di Indonesia menggunakan minuman beralkohol pada acara
tertentu dalam jumlah yang sedikit. Mereka juga memproduksi minuman beralkohol
dengan nama yang bermacam ragam misalnya : tuak, minuman cap tikus, ciu dll
Pengaruh Terhadap Tubuh (Fisik dan
Mental) Pengaruh alkohol terhadap tubuh bervariasi, tergantung pada beberapa
faktor yaitu :
a. Jenis
dan jumlah alkohol yang dikonsumsi
b. Usia,
berat badan, dan jenis kelamin
c. Makanan
yang ada di dalam lambung
d. Pengalaman
seseorang minum – minuman beralkohol
e. Situasi
dimana orang minum – minuman beralkohol
1) Pengaruh
jangka pendek
Walaupun pengaruh terhadap individu
berbeda – beda, terdapat hubungan antarakonsentrasi alkohol di dalam darah
(Blood Alkohol Concentration – BAC) danefeknya. Euphoria ringan dan stimulasi
terhadap perilaku lebih aktif seiringdengan meningkatnya konsentrasi alkohol di
dalam darah. Sayangnya orangbanyak beranggapan bahwa penampilan mereka menjadi
lebih baik dan merekamengabaikan efek buruknya.\
2) Resiko
intoksikasi (”mabuk”)
Gejala intoksikasi alkohol yang paling
umum adalah ”mabuk”, ”teler” sehinggadapat menyebabkan cedera dan kematian.
Penurunan kesadaran seperti komadapat terjadi pada keracunan alkohol yang berat
demikian juga henti nafas dankematian. Selain kematian, efek jangka pendek
alkohol dapat menyebabkan hilangnyproduktifitas kerja (misalnya ”teler,
kecelakaan akibat ngebut). Sebagai tambahan,alkohol dapat menyebabkan perilaku
kriminal. 70 % dari narapidanamenggunakan alkohol sebelum melakukan tindak
kekerasan dan lebih dari 40 %kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh
alkohol
3) Pengaruh
Jangka Panjang
Mengkonsumsi
alkohol berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan :
a) Kerusakan
jantung
b) Tekanan
Darah Tinggi
c) Stroke
d) Kerusakan
hati
e) Kanker
saluran pencernaan
f) Gangguan
pencernaan lainnya (misalnya tukak lambung)
g) Impotensi dan berkurangnya kesuburan
h) Meningkatnya
resiko terkena kanker payudara
i)
Kesulitan tidur
j)
Kerusakan otak dengan perubahan
kepribadian dan suasana perasaan
k) Sulit
dalam mengingat dan berkonsentrasi
Sebagai
tambahan terhadap masalah kesehatan, alkohol juga berdampak terhadap hubungan
sesama, finansial, pekerjaan, dan juga menimbulkan masalah hukum
4) Pengaruh
alkohol pada perilaku
a) Perasaan
segar (well –being) Sampai dengan 0.50 g%
b) Banyak
bicara
c) Santai
d) Lebih
percaya diri
e) Risiko
rendah 0.05 – 0.08 g %
f) Banyak
bicara
g) Bertindak
dan lebih merasapercaya diri
h) Berkurangnya
kemampuanuntuk berfikir dan bergerak
i)
Berkurangnya rasa malu
j)
Risikosedang 0.08 – 0.15 g %
k) Bicara
cadel
l)
Berkurangnya keseimbangandan koordinasi
tubuh
m) Refleks
menjadi lambat
n) Penglihatan
kabur
o) Emosi
yang labil
p) Mual,
muntah - muntah
q) Risiko
tinggi 0.15 – 0.30 g %
r) Tidak
dapat berjalan tanpa bantuan
s) Apatis,
mengantuk
t) Kesulitan
bernafas
u) Tidak
dapat mengingat beberapa kejadian
v) Tidak
dapat mengendalikan buang air kecil
w) Kemungkinan
kehilangan kesadaran
x) Koma
y) Kematian
z) Kematian
> 0.3 g %
5) Toleransi
dan Ketergantungan
Pengguna alkohol yang terus menerus
dapat mengalami toleransi danketergantungan. Toleransi adalah peningkatan
penggunaan alkohol dari jumlahyang kecil menjadi lebih besar untuk mendapatkan
pengaruh yang sama. Sedangkan ketergantungan adalah keadaan dimana alkohol
menjadi bagian yangpenting dalam kehidupannya, banyak waktu yang terbuang karena
memikirkan (cara mendapatkan, mengkonsumsi dan bagaimana cara berhenti).
Penggunaalkohol akan mengalami kesulitan bagaimana cara menghentikan
ataumengendalikan jumlah alkohol yang dikonsumsi.
6) Gejala
Putus Alkohol
Seseorang yang mengalami ketergantungan
secara fisik terhadap alkohol akanmengalami gejala putus alkohol apabila
menghentikan atau mengurangipenggunaannya. Gejala biasanya terjadi mulai 6 – 24
jam setelah minum yangterakhir. Gejala ini dapat berlangsung selama 5 hari,
diantaranya adalah :
a) Gemetar
b) Mual
c) Cemas
d) Depresi
e) Berkeringat
yang banyak
f) Nyeri
kepala
g) Sulit
tidur (berlangsung beberapa minggu)
Gejala putus alkohol sangat berbahaya.
Orang yang minum lebih dari 8 standarminum perhari dianjurkan untuk
berkonsultasi ke dokter (sebelum memutuskanuntuk berhenti minum) untuk
mendapatkan terapi medis guna mencegah komplikasi.
Sedangkan
berdasarkan efeknya, narkoba bisa dibedakan menjadi tiga:
1.
Depresan, yaitu menekan sistem sistem
syaraf pusat dan mengurangiaktifitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa
tenang, bahkan bisamembuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan
dosis bisamengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda,
danberbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang populersekarang
adalah Putaw.
2.
Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan sertakesadaran. Jenis stimulan: Kafein, Kokain,
Amphetamin. Contoh yangsekarang sering dipakai adalah Shabu-shabu dan Ekstasi.
3.
Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah
daya persepsi ataumengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari
tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain
itu ada jugayang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak dipakai
adalah marijuana atau ganja.
7) Penyalahgunaan
Narkoba
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya
digunakan untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan –
mulai dari keinginan untuk dicoba – coba, ikut trend/gaya, lambing status
social, ingin melupakan persoalan dll , maka narkoba kemudian disalahgunakan.
Penggunaan terus menerus dan berlanjutakan menyebabkan ketergantungan atau
dependensi yang disebut juga dengankecanduan.
Tingkatan penyalahgunaan biasanya
sebagai berikut:
a) coba-coba
b) senang-senang
c) menggunakan
pada saat atau keadaan tertentu
d) penyalahgunaan
e) ketergantungan.
8) Dampak
Penyalahgunaan Narkoba
Bila narkoba digunakan secara terus
menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan
ketergantungan. Kecanduan inilah yangakan mengakibatkan gangguan fisik dan
psikologis, karena terjadinya kerusakanpada sistem syaraf pusat (SSP) dan
organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.
Dampak penyalahgunaan narkoba pada
seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian
pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba
dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
1. Dampak
Fisik:
i.
Gangguan pada system syaraf (neurologis)
seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
ii.
Gangguan pada jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
iii.
Gangguan pada kulit (dermatologis)
seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
iv.
Gangguan pada paru-paru (pulmoner)
seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan
paru-paru
v.
Sering sakit kepala, mual-mual dan
muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
vi.
Dampak terhadap kesehatan reproduksi
adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi
(estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
vii.
Dampak terhadap kesehatan reproduksi
pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
viii.
Bagi pengguna narkoba melalui jarum
suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah
tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum
ada obatnya
ix.
Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat
fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh
untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian
2. Dampak
Psikis:
i.
Lamban kerja, ceroboh kerja, sering
tegang dan gelisah
ii.
Hilang kepercayaan diri, apatis,
pengkhayal, penuh curiga
iii.
Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku
yang brutal
iv.
Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan
tertekan
v.
Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak
aman, bahkan bunuh diri
3. Dampak
Sosiai:
i.
Gangguan mental, anti-sosial dan
asusila, dikucilkan oleh lingkungan
ii.
Merepotkan dan menjadi beban keluarga
iii.
Pendidikan menjadi terganggu, masa depan
suram
Dampak fisik, psikis dan sosial
berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar
biasa (sakaw) bila terjadi putus obat(tidak mengkonsumsi obat pada waktunya)
dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa
gaulnya sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala
sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah,
manipulatif, dll.
9) Bahaya
Narkoba Bagi Remaja
Masa remaja merupakan suatu fase
perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang
dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut
di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena
narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya.
Pada masa remaja, justru keinginan untuk
mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar
sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa
juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data
menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok
usia remaja.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila
karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di
kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik
secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak akibat
penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan
kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.
F. Menangani
Masalah Yang Terjadi Pada Remaja
Selain ketiga masalah psikososial yang
sering terjadi pada remaja sepertiyang disebutkan dan dibahas diatas terdapat
pula masalah masalah lain pada Remaja seperti tawuran, kenakalan remaja,
kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar, depresi dll.
Semua masalah tersebut perlu mendapat
perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi
bangsa. Ditangan remaja lah masa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat
beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya
masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :
1.
Peran Orangtua :
a) Menanamkan
pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
b) Membekali
anak dengan dasar moral dan agama
c) Mengerti
komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
d) Menjalin
kerjasama yang baik dengan guru
e) Menjai
tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan
yang sehat
f) Menerapkan
disiplin yang konsisten pada anak
g) Hindarkan
anak dari NAPZA
2.
Peran Guru :
a) Bersahabat
dengan siswa
b) Menciptakan
kondisi sekolah yang nyaman
c) Memberikan
keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
d) Menyediakan
sarana dan prasarana bermain dan olahraga
e) Meningkatkan
peran dan pemberdayaan guru BP
f) Meningkatkan
disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
g) Meningkatkan
kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
h) Meningkatkan
keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
i)
Mewaspadai adanya provokator
j)
Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya
dan olahraga antar sekolah
k) Menciptakan
kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalah hal fisik,
mental, spiritual dan sosial
l)
Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan
NAPZA
3.
Peran Pemerintah dan masyarakat :
a) Menghidupkan
kembali kurikulum budi pekerti
b) Menyediakan
sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan
bermain
c) Menegakkan
hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
d) Memberikan
keteladanan
e) Menanggulangi
NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas
f) Lokasi
sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
4.
Peran Media :
a) Sajikan
tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
b) Sampaikan
berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
c) Adanya
rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus
untuk remaja
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa yang sangat
rentan terhadap berbagai ancaman atau pengaruh negatif yang dapat terbentuk
karena lingkungan maupun pergaulan. Oleh karena itu diperlukan adanya sebuah
penanganan dini untuk para remaja agar terhindar dari segala macam pengaruh
buruk tersebut.
Berbagai pihak dapat berperan dalam
pencegahan masalah para remaja. Selain itu para remaja sendiri juga harus
memiliki kesadaran diri untuk berperilaku hidup sehat.
B. Saran
Setiap remaja memiliki permasalahan yang
dihadapi sendiri, menurut saya beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya akibat yang buruk dari segala macam permasalahan yang timbul antara
lain sbb;
1. Perlu
diadakannya sebuah sosialisasi tentang dampak buruk pergaulan remaja
2. Berbagai
pihak saling mendukung dan bersama-sama memberikan bimbingan terhadap remaja
3. Perlu
adanya media bagi remaja untuk mengungkapkan permasalahannya
DAFTAR
PUSTAKA
Atkinson (1999). Pengantar Psikologi.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azwar, S. 2002. Sikap Manusia, Teori Dan
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat
(2001). Buku Pedoman Umum Tim
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak.
Alih bahasa oleh Soedjarmo & Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.
Pembina, Tim Pengarah & Tim
Pelaksana Kesehatan Jiwa. Direproduksi oleh Proyek Peningkatan Kesehatan Khusus
APBD 2002.