Tuesday, August 7, 2012

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KEGAWATAN NAFAS DAN TINDAKAN RESUSITASI PADA NEONATUS YANG MENGALAMI KEGAWATAN PERNAFASAN DI RUANG NICU, RUANG PERINATOLOGI DAN RUANG ANAK RSUD GUNUNG JATI CIREBON

BAB  I
PENDAHULUAN
Skripsi Keperawatan

1.1   Latar Belakang

Kebijakan pemerintah dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 menempatkan kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas penting karena anak adalah harapan bangsa di masa yang akan datang. Kemajuan bangsa di masa mendatang akan sangat tergantung dari kondisi kesehatan anak saat ini.

Dalam rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 terdapat beberapa program unggulan yang berhubungan dengan kesehatan anak yaitu program perbaikan gizi, penanggulangan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, kesehatan lingkungan pemukiman, air dan udara sehat dan pencegahan kecelakaan. Program-program tersebut dilakukan melalui upaya kesehatan seperti pemeriksaan ibu hamil, imunisasi, pertolongan persalinan, penanggulangan penyakit-penyakit penyebab kematian, deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang anak serta upaya kesehatan sekolah.

Beberapa indikator terkait dengan kesejahteraan anak menjadi indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan terutama dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan pembangunan di bidang kesehatan. Indikator tersebut adalah angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKABA).

Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah kematian   bayi di bawah usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan indikator yang sensistif terhadap ketersediaan, pemanfaatan dan kualitas pelayanan kesehatan terutama pelayanan perinatal. AKB juga berhubungan dengan pendapatan  keluarga, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu dan keadaan gizi keluarga.

Angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2000 berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) adalah 44 per 1000 kelahiran hidup. Sementara estimasi SUSENAS, angka kematian bayi pada tahun 2001 adalah 50 per 1000 kelahiran hidup.  Kematian bayi tersebut disebabkan oleh penyakit-penyakit seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1
Proporsi Penyakit Penyebab Kematian Bayi di Indonesia Tahun 2001

No.
Jenis Penyakit
%
1.
Gangguan Perinatal
34,7 %
2.
Sistem Pernafasan
24,6 %
3.
Diare
9,4 %
4.
Sistem Pencernaan
4,3 %
5.
Gejala Tidak Jelas
4,1 %
6.
Tetanus
3,4 %
7.
Syaraf
3,2 %
Sumber : SURKESNAS 2001


Indikator selanjutnya adalah angka kematian balita (AKABA). Angka kematian balita adalah jumlah anak yang meninggal  sebelum mencapai usia 5 tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita ini menggambarkan keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan.
Angka kematian balita pada tahun 2001 menurut SUSENAS adalah 64 per 1000 kelahiran hidup.  Penyebab kematian balita menurut SUSENAS 2001 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.2
Pola Penyakit Penyebab Kematian Balita di Indonesia Tahun 2001

No.
Jenis Penyakit
%
1.
Sistem Pernafasan
22,8 %
2.
Diare
13,2 %
3.
Syaraf
11,8 %
4.
Tifus
11,1 %
5.
Sistem Pencernaan
5,9 %
6.
Infeksi Lain
5,1 %
Sumber : SURKESNAS 2001 Skripsi Keperawatan

Berdasarkan data di atas maka penyebab terbanyak kematian bayi dan balita adalah gangguan perinatal dan penyakit-penyakit sistem pernafasan. Menurut Yunanto, dkk (2003) upaya menurunkan angka kematian bayi dilakukan dengan mempercepat usaha rujukan agar bayi resiko tinggi dapat segera mendapat pertolongan. Bayi-bayi yang termasuk ke dalam kelompok resiko tinggi adalah bayi berat lahir rendah (BBLR), asfiksia pada bayi baru lahir, kejang, sesak nafas, perut kembung, kuning pada bayi dan perdarahan pada bayi.

Rujukan pelayanan kesehatan ini terutama ditujukan kepada bayi baru lahir beresiko tinggi yang mengalami kegawatan perinatal atau perinatal distress. Kegawatan perinatal disebabkan oleh berbagai gangguan yang berpotensi meningkatkan kematian atau kesakitan pada neonatus. Akibat gangguan tersebut bayi akan sakit sehingga pertumbuhannya terhambat atau kemampuan adaptasinya terganggu atau bahkan menimbulkan kematian.

Kegawatan perinatal ini bisa terjadi pada bayi aterm maupun preterm, bayi dengan berat lahir cukup maupun dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR yang pretrem berpotensi mengalami kegawatan lebih besar. Berbagai jenis kegawatan yang sering dijumpai di lapangan dan mempunyai angka morbiditas dan mortalitas cukup tinggi serta penanganan segera yaitu trauma kelahiran, asfiksia neonatorum, sindroma gawat nafas neonatus, hiperbilirubinemia, infeksi, kejang dan renjatan atau syok (Yunanto, dkk, 2003).

Kegawatan pernafasan juga dapat terjadi pada bayi dengan penyakit pernafasan dapat menimbulkan dampak yang cukup berat bagi berupa terjadinya henti nafas atau bahkan kematian. Akibat dari gangguan pada sistem pernafasan adalah terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia) pada tubuh.

bayi akan beradapatasi terhadap kekurangan oksigen dengan mengaktifkan metabolisme anaerob. Apabila  keadaan hipoksia semakin berat dan lama, metabolisme anaerob akan menghasilkan asam laktat. Dengan memburuknya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain (Yu dan Monintja, 1997).  Selanjutnya dapat terjadi depresi pernafasan yang dimanifestasikan dengan apneu yang memanjang bahkan dapat menyebabkan kematian.

Depresi nafas yang dimanifestasikan dengan apneu yang memanjang hanya dapat diatasi dengan pemberian oksigen dengan tekanan positif, massase jantung eksternal dan koreksi keadaan asidosis. Hanya setelah oksigenasi dan perfusi jaringan diperbaiki maka aktivitas respirasi dimulai (Yu dan Monintja, 1997).

Pendapat tersebut menekankan pentingnya tindakan resusitasi dengan segera. Makin lambat dimulainya tindakan resusitasi yang efektif maka akan makin lambat pula timbulnya usaha nafas dan makin tinggi pula resiko kematian dan kecacatan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Nelson (1999) yang menyatakan bahwa peluang keberhasilan tata laksana penderita dengan henti nafas menitikberatkan pada pentingnya kemampuan tata laksana karena peningkatan hasil akhir pasca henti pernafasan dihubungkan dengan kecepatan dilakukannya resusitasi jantung paru.
Resusitasi merupakan sebuah upaya  menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang adekwat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi  kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler.  kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6 menit).

Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997).  Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan  kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila perilaku didasari pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku bersifat langgeng (Notoatmodjo, 2003). Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang luas. Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai dari domain kognitif, dalam arti subjek terlebih dahulu mengetahui terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek luarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut.
Pengetahuan perawat tentang resusitasi merupakan modal yang sangat penting untuk pelaksanaan tindakan resusitasi pada situasi kritis. Pengetahuan ini menentukan keberhasilan tindakan resusitasi. Pengetahuan tentang resusitasi  didapat melalui pendidikan, pelatihan atau pengalaman selama bekerja.
Pengetahuan tentang kegawatan nafas dan tindakan resusitasi di Ruang NICU, Ruang Perinatologi  dan Ruang Anak RSUD Gunung Jati Cirebon harus dikuasai dengan baik oleh perawat karena RSUD Gunung Jati Cirebon adalah rumah sakit
BAB II

BAB III
METODE PENELITIAN
Skripsi Keperawatan

3.1   Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan objek atau peristiwa yang bertujuan untuk mengetahui keadaan yang terjadi pada saat sekarang (Notoatmodjo, 2002).

 Pada penelitian ini, peneliti ingin memperoleh gambaran tentang pengetahuan perawat tentang kegawatan nafas dan tindakan resusitasi pada neonatus  yang mengalami gawat nafas di Ruang NICU, Ruang Perinatologi dan Ruang Anak RSUD Gunung Jati Cirebon.

3.2   Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1998). Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan perawat tentang kegawatan nafas dan tindakan  resusitasi pada neonatus  di ruang NICU, Perinatologi dan Ruang Anak di RSUD Gunung Jati Cirebon.
3.3   Populasi dan Sampel

3.3.1   Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, yang meliputi keseluruhan elemen yang ada dalam wilayah penelitian (Arikunto, 1998). Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di Ruang NICU, Ruang Perinatologi dan Ruang Anak RSUD Gunung Jati Cirebon berjumlah 35 orang yang terdiri dari perawat di Ruang NICU sebanyak 12 orang, 10 orang perawat Ruang Perinatologi dan 13 orang perawat Ruang Anak.

3.3.2   Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1998). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik sampling jenuh, yaitu tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi relatif kecil (Sugiono,1999).
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di Ruang NICU, Perinatologi dan Ruang Anak RSUD Gunung Jati Cirebon yang berjumlah 35 perawat  (total sampling).

3.4   Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan instrumen berupa angket yang berisi beberapa pertanyaan tertutup yang harus diisi oleh responden.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1998). Jenis kuisioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup, dimana pada setiap item pertanyaan responden memilih jawaban yang  disediakan yang terdiri dari empat jawaban dengan skala ordinal. Jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0 sehingga data yang diperoleh merupakan data berskala nominal dikotomus.
Pada saat pengumpulan data, peneliti mendampingi responden secara langsung dalam pengisian kuesioner, sehingga apabila responden kurang jelas dengan maksud pertanyaan, bisa langsung bertanya pada peneliti.

3.5   Prosedur Pengumpulan Data
Peneliti memberikan penjelasan terlebih dahulu  tentang maksud dan tujuan penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari responden, kemudian responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan . Setelah itu kuesioner dapat langsung digunakan dan diisi oleh respoden.

3.6   Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan responden. Kuesioner ini sebelumnya telah diuji terlebih dahulu ketepatannya sebagai alat ukur dengan cara uji validitas dan reliabilitas.

Uji instrumen dilaksanakan di RSUD Arjawinangun pada tanggal 28 – 30 November 2005  terhadap 10 orang perawat Ruang Perinatologi dan Ruang Anak.


3.6.1    Uji Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan dan keshahihan suatu instrumen (Arikunto, 1998). Disamping itu juga validitas menunjukan sejauh mana item pertanyaan pada kuesioner mampu menggambarkan konsep yang diukur.

Data hasil penelitian merupakan skor minimal dikotomus, maka digunakan korelasi point biserial untuk menguji validitas item pada kuesioner. Koefisien korelasi point biserial dihitung dengan rumus :
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Skripsi Keperawatan


5.1   Kesimpulan
Dari hasil penelitian     tentang “Pengetahuan Perawat tentang Kegawatan Nafas dan tindakan Resusitasi pada Neonatus yang Mengalami Kegawatan Pernafasan di Ruang NICU, Ruang Perinatologi dan Ruang Anak RSUD Gunung Jati Cirebon” yang dilaksanakan pada tanggal 2 sampai 12 Desember 2005 dapat disimpulkan bahwa:
  1. Pengetahuan perawat tentang konsep kegawatan pernafasan pada neonatus yang mengalami kegawatan pernafasan sebagian besar (65%) adalah baik.
  2. Pengetahuan perawat tentang konsep asuhan keperawatan pada neonatus yang mengalami kegawatan pernafasan sebagian besar (78%) adalah baik.
  3. Pengetahuan perawat tentang konsep, tujuan dan  tindakan resusitasi pada neonatus dengan kegawatan pernafasan  sebagian besar (55%) adalah kurang.
Secara umum pengetahuan perawat tentang konsep kegawatan pernafasan dan konsep asuhan keperawatan pada neonatus dengan kegawatan pernafasan di Ruang NICU, Ruang Perinatologi dan Ruang Anak adalah cukup, hal ini dilatarbelakangi oleh   tingkat pendidikan yang sebagian besar adalah DIII keperawatan dan pengalaman bekerja sebagian besar perawat yang relatif lama.
Sedangkan pengetahuan perawat tentang konsep resusitasi dan tindakan resusitasi sebagian besar kurang, hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pelatihan yang berhubungan dengan penatalaksanaan kegawatan pernafasan, misalnya pelatihan resusitasi. Kurangnya pengetahuan tentang konsep resusitasi dan tindakan resusitasi akan berdampak pada hasil akhir tindakan resusitasi berupa tidak tercapainya tujuan resusitasi yang dapat mengakibatkan kecacatan atau bahkan kematian.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan:

5.2.1 Bagi Rumah Sakit
  1. Pihak rumah sakit bertanggung jawab memberikan fasilitas dan sarana yang memadai bagi tenaga keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan keperawatan baik berupa pelatihan ataupun pendidikan berjenjang dalam rangka memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.
  2. Ruangan yang mempunyai tingkat pelayanan kritis yang tinggi seperti ruang intensif disarankan perawat yang bekerja mempunyai pendidikan minimal DIII Keperawatan dan mempuyai sertifikasi untuk melakukan tindakan resusitasi.
5.2.2 Bagi Tenaga Profesi Keperawatan   
Pengetahuan dan keilmuan keperawatan senantiasa mengalami kemajuan dan perubahan pesat sehingga untuk dapat memberikan pelayanan prima dituntut tenaga profesional, sehingga pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat harus selalu ditingkatkan baik dengan mengikuti pelatihan atau pendidikan yang bersifat formal maupun nonformal.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
 Bagi calon peneliti selanjutnya, dapat meneliti tentang gambaran pelaksanaan tindakan resusitasi yang dilakukan oleh perawat pada neonatus yang mengalami kegawatan pernafasan di Ruang NICU maupun di Ruang Perinatologi.
DAFTAR PUSTAKA


American Heart Association. 2003. ACLS: Principles and Practice.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta : Bina Aksara

Arikunto, S. 2003 Manajemen Penelitian. Cetakan ke enam. Jakarta : PT      Rineka Cipta

Hudak,CM dan Gallo, BM. 1997. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. Alih Bahasa Monika E. dkk. Edisi VI, Volume I . Jakarta : EGC

Indonesia. Departemen Kesehatan, Pusat Data Statistik. 2002. Profil Kesehatan Indonesia 2001. Departemen Kesehatan RI

Jumiarni dkk. 1995. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC

Markum, AH. 1999. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Nelson, B. 2000. Ilmu Kesehatan Anak  vol 2 edisi 15. Jakarta : EGC

Ngastiyah. 1997.Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Wednesday, August 1, 2012

SEKS BEBAS DI KALANGAN PELAJAR DAN ‘HUKUMAN’ DROUP OUT

Seks bebas, sudah menjadi hal ‘biasa’ di kalangan pelajar apalagi mahasiswa. Baik atas dasar cinta ataupun motif ekonomi. Mengenai hal ini, dalam beberapa kesempatan saya sering ngobrol dengan teman atau warga terutama yang dekat dengan fenomena ini, terutamanya lagi yang terjadi di kalangan pelajar (siswa SMA dan setingkatnya).

        Menurut penuturan beberapa kawan, ada beberapa siswa yang di DO (drop out) atau dikeluarkan dari sekolahnya karena hamil diluar nikah atau ada juga yang bahkan terbukti melacurkan diri ke om-om atau lelaki hidung belang (untuk di daerah… wow tarifnya ternyata luar biasa tinggi loh..)
        Mari kita luruskan dulu sejenak, di tulisan curahan dari Pojok Redaksi ini saya tidak akan membahas mengenai tarif dan bagaimana perilaku seks dikalangan remaja ataupun pelajar. Namun, disini saya secara pribadi ingin sedikit mengkritisi tentang nasib mereka (para pelajar) yang sudah ketahuan.
      Ya, rata-rata ketika pelajar ketahuan berbuat asusila baik itu terbukti hamil di luar nikah, terbukti melakukan seks diluar nikah melalui foto atau video amatir, atau bahkan beberapa ada yang dijebak oleh gurunya sendiri sehingga mengakui perbuatannya-  (si guru pura-pura menjadi pelanggannya) dll. Maka, tindakan ‘umum’ yang selama ini dilakukan khususnya oleh pihak sekolah adalah menghukum siswi atau siswa yang bersangkutan dengan mengeluarkannya atau men D.O nya dari sekolah. Melanggar aturan sekolah dan mencemarkan nama baik sekolah, kira-kira seperti itu alasannya.
       Pertanyaan yang kemudian saya ajukan adalah : “Bagaimana ya nasib sang siswa/siswi itu setelah dikeluarkan dari sekolah?? Apakah dengan mengeluarkan si siswa/i itu adalah sebuah solusi untuk masa depan yang bersangkutan?”
     Dalam kacamata kepentingan pihak sekolah, mungkin itu sebuah solusi. Setidaknya dengan mengeluarkan siswa ybs, sekolah dinilai tegas dan tidak mentolerir siswanya yang berbuat demikian dan ini sacara tidak langsung menjadi peringatan bagi siswa-siswi lainnya. Namun, bagaimana jika memakai kacamata pendidikan dan pengajaran? Apakah masa depan siswa ybs akan menjadi lebih baik pasca dikeluarkan?
        Beberapa hasil diskusi saya dengan teman-teman di lapangan justru memandang sebaliknya. Pasca dikeluarkan dari sekolah atau disisihkan dari lingkungan pendidikan, ditambah dengan hukuman yang tentunya datang juga dari keluarganya, yang bersangkutan cenderung akan lebih liar. Umumnya, disinilah ‘peluang’ dia untuk lebih tidak terkontrol dan sangat memungkinkan untuk menjadi ‘pelacur’ dan sejenisnya.
Bahasa merekanya : “Ya, sekolah gak diterima lagi, dikeluarga sudah dianggap sampah.. ngapain lagi, selain akhirnya gue nyari duit aja.. tanggunglah…” demikian kira-kira pembelaanya.
       Pada titik ‘tanggung’ itulah yang seharusnya menjadi pertimbangan, kajian dan bahasan yang harus disikapi lebih lanjut khususnya bagi institusi pendidikan bernama sekolah. Bahwa, mengeluarkan siswa dari sekolah dalam kasus seperti diatas adalah bukan sebuah solusi yang tepat, tapi hanya penyikapan yang dinilai reaksioner dan sepihak. Seharusnya, baik pihak sekolah dan keluarga juga masyarakat memandang jauh kedepan akan effek jangka panjangnya terutama bagi siswa ybs.
Sederhananya, menurut saya mereka yang terbukti atau ketahuan melakukan penyimpangan seks haruslah tetap diterima di sekolah atau kampus, diperlakukan seperti siswa lainnya, yang berbeda secara khusus yang bersangkutan lebih mendapatkan pembinaan dalam bidang tertentu, misalnya mata pelajaran moral ataupun keagamaan. Selain itu, secara umum ini masalah ini sudah seharusnya menjadi evaluasi bersama antara pihak sekolah dan keluarga siswi/a yang bersangkutan : apakah ada sistem, mekanisme atau komunikasi yang salah selama ini dan sebagainya.
        Artinya, dari sini kita memahami jika sekolah bukanlah tempat kerja, dimana aturan layaknya kontrak yang kaku dan cenderung sepihak, tapi sekolah adalah tempat dilangsungkannya pendidikan dan tentunya juga pengajaran dengan proyeksi jangka panjang, bukan hanya menyangkut angka (nilai raport) tapi juga moral tentunya. Adalah tanggungjawab moral pihak sekolah juga untuk menyelamatkan masa depan siswanya yang berperilaku  (Seks) menyimpang.

Bahaya Rokok bagi kesehatan dan cara berhenti merokok

Bahaya Rokok bagi kesehatan dan cara berhenti merokok, Rokok adalah benda berbentuk silinder kecil yang dalamnya berisi tembakau yang telah di campur dengan bahan-bahan lain. Rokok dibakar pada ujungnya untuk kemudian dihisab asapnya dan dibuang lagi. Rokok sudah ada sejak jaman dulu, dan sekarang rokok sudah sangat marak. Kadang orang kurang sadar tentang Bahaya rokok, sehingga mereka merokok dengan enak dan santai kapanpun mereka sempat. Sebenarnya banyak cara berhenti merokok, akan tetapi jika didalam hati sang perokok tersebut belum benar-benar niat untuk berhenti,pasti akan kembali merokok lagi.Bahaya Rokok

Bahaya Rokok bagi kesehatan

Hidup sehat sebenarnya gampang dan murah,akan tetapi kadang menjadi sebuah hal yang mahal jika kita tak mau menjaganya. Dan ketika kita sakit, barulah kita sadar akan pentingnya kesehatan. Begitu juga dengan kebiasaan merokok kita sehari-hari. Kita aka merasa rugi jika kita sudah merasakan akibat dari merokok. Bahaya Rokok bagi kesehatan akan terasa jika kita sudah terlalu lama merokok. Aapa saja bahaya merokok?
Menurut penelitian seseorang yang menghisap rokok setiap hari dapat meningkatkan resiko terkena kanker laring, paru-paru, kerongkongan, rongga mulut, gangguan pembuluh darah, gangguan kehamilan dan sakit jantung. Menurut riset seseorang yang secara rutin merokok 3 hingga 4 batang sehari, delapan kali lebih beresiko terkena kanker mulut jika dibandingkan orang yang tidak merokok. Bahkan hasil terbaru menunjukkan bahwa dalam perkembangannya merokok akan mengakibatkan kanker pankreas.
Setiap tahun frekuensi penderita penyakit kronis akibat rokok semakin meningkat. Meskipun banyak riset dan bukti otentik bahwa merokok ibarat bom waktu yang bisa merusak kesehatan. Ini dikarenakan rokok memunculkan rasa kecanduan. Di dalam rokok terkandung sebuah zat yang bernama nikotin. Zat ini bisa menimbulkan efek santai dan inilah yang membuat kebiasaan merokok sulit untuk ditinggalkan.
  • Asap Rokok mengandung 40 bahan kimia penyebab kanker, dan penyakit lainnya.
  • Ketika merokok,beberapa bahan kimia akan menjelajah ke organ vital tubuh .
  • Asap rokok juga mengandung Karbon Monoksida yang jika dihirup akan menggantikan fungsi Oksigen di sel – sel darah dan mengambil zat makanan dari jantung, otak, dan organ tubuh lain.
  • Di dalam rokok terdapat Nikotin. Nikotin ngerangsang zat kimia di otak yang mengakibatkan kecanduan. Zat kimia ini merangsang kelenjar adrenalin untuk memproduksi hormon yang mengganggu jantung akibat tekanan darah dan denyut jantung meningkat.

Cara berhenti merokok

Banyak cara agar kita bisa berhenti merokok. Tahapan pertama dan terpenting adalah niat yang besar serta sungguh-sungguh ingin berhenti merokok. Tanpa niat yang besar mustahil seseorang bisa berhenti merokok. Banyak mengaku diri perokok berat dan mengakui bahwa tekad mereka sangat besar untuk berhenti merokok. Namun ketika mereka keluar dan berkumpul kembali dengan teman-temannya yang merokok, keinginan itu muncul kembali. Inilah kenapa niat dan tekad itu yang paling penting ketika Anda ingin benar-benar berhenti merokok.
1. Niat yang sungguh-sungguh untuk berhenti merokok.
2. Belajar membenci rokok
3. Bergaullah dengan orang yang tidak merokok
4. Sering-sering pergi ke tempat yang ruangannya ber-AC
5. Pindahkan semua barang-barang yang berhubungan dengan rokok.
6. Jika ingin merokok, tundalah 10 menit lagi.
7. Beritau teman dan orang terdekat kalau kita ingin berhenti merokok.
8. Kurangi jumplah merokok sedikit demi sedikit.
9. Hilangkan kebiasaan Bengong atau menunggu.
10. Sering-seringlah pergi ke rumah sakit, agar tau pentingnya kesehatan.
11. Cari pengganti rokok, misalnya permen atau gula.
12. Coba dan coba lagi jika masih gagal.
Sebelum terlanjur, ayo mulai berhenti merokok. banyak cara agar kita bisa berhenti merokok. Tapi yang paling penting dan utama adalah ketahui bahaya merokok dan niat dengan kesungguhan hati kemudian cobalah tips-tips diatas. Jika belum berhasil, coba lagi dan lagi.

Artikel Bahaya Merokok Bagi Kesehatan


PENDAHULUAN
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, yang menjadi kebutuhan dasar derajat kesehatan masyarakat, salah satu aspeknya adalah “tidak ada anggota keluarga yang merokok“. Sedangkan peran keluarga serta masyarakat harus menjadi kewajiban saya dan para kader kesehatan untuk mensosialisasikannya.
Setiap kali menghirup asap rokok, entah sengaja atau tidak, berarti juga mengisap lebih dari 4.000 macam racun! Karena itulah, merokok sama dengan memasukkan racun-racun tadi ke dalam rongga mulut dan tentunya paru-paru. Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita mungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya.
Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin.
Latar belakang tujuan penulisan ini agar masyarakat yang saat ini masih ketergantungan terhadap rokok sadar betapa bahayanya dampak rokok bagi kesehatan. Bukan hanya pada perokok aktif tetapi perokok pasif terkena dampaknya.

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

1. Bahaya Merokok
Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa mereka selain menyebabkan kecanduan juga menyebabkan banyak gangguan kesehatan, seperti kanker, impotensi, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, ginjal, efek buruk bagi kehamilan dan janin, dan masih banyak lagi.
Bila melihat sejarahnya, merokok untuk pertama kalinya dilakukan oleh suku bangsa Indian di Amerika. Merokok oleh bangsa Indian dilakukan untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Selanjutnya pada abad ke 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kebiasaan merokok kemudian mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tetapi, berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan. Sampai akhirnya pada abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.
Racun Pada Rokok
Dalam sebatang rokok terkandung sekitar 4000 macam zat kimia. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas (85 persen) dan partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid, urethan, benzen, methanol, kumarin, 4-etilkatekol, ortokresol dan perylene adalah sebagian dari beribu-ribu zat di dalam rokok.
Dari sekitar 4000 macam zat kimia yang ada dalam rokok , setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan manusia. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida.
  • Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru.
  • Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan.
  • Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.
Efek Racun
Efek racun pada rokok ini membuat pengisap asap rokok mengalami resiko (dibanding yang tidak mengisap asap rokok):
  • 14x menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan
  • 4x menderita kanker esophagus
  • 2x kanker kandung kemih
  • 2x serangan jantung
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar resiko untuk menderita kanker paru-paru.
2. Tentang Kanker
Anak-anak yang lahir tahun 1999, diperkirakan sepertiganya akan pernah menderita kanker, dan kira-kira seperempatnya akan meninggal karena kanker. Kita semua memiliki keluarga atau teman yang mengidap kanker. Tabel berikut memaparkan jumlah pengidap kanker di USA tahun 2007.
Kanker yang di sebabkan oleh Rokok
Jumlah Penderita
Jumlah Kematian
Kematian dari seluruh kanker
Paru-Paru
170.000
149.000
28%
Usus Besar
152.000
57.000
11%
Payudara
183.000
46.300
9%
Leukemia
93.000
50.000
9%
Prostat
165.000
35.000
7%
Sumber : Milis
Kanker pembunuh terbesar, yaitu kanker paru-paru, membunuh hampir 90% penderitanya, atau hampir 30% dari seluruh kematian akibat kanker. Namun sesungguhnya justru kanker paru-parulah yang paling mudah dicegah. Survei dalam beberapa dekade menunjukkan bahwa satu-satunya penyebab mayoritas kanker paru-paru adalah asap rokok. Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia dan gagal jantung, serta tekanan darah tinggi.
Semua orang, baik ia seorang perokok, telah mengetahui dampak negatif rokok bagi kehidupan. Dengan artikel ini marilah kembali kita jabarkan seberapa bahayanya rokok bagi kehidupan. Menurut penelitian, diasumsikan bahwa kurang lebih 11.000 orang meninggal akibat rokok. Hal tersebut terjadi karena setiap seseorang menyalakan sebatang rokok, setiap kali pula seseorang tersebut terkena lebih dari 4.000 bahan kimia beracun. Beberapa alasan seseorang mulai mengkonsumsi rokok di dalam kehidupannya :
-
Hidup dalam lingkungan perokok
-
Gaya hidup
-
Alasan bahwa dengan merokok, seseorang dapat lebih santai di saat-saat stres
-
dan lain sebagainya.
Rokok mengandung 8 hingga 20 mg nikotin. Setelah dibakar, sekitar 25 persen nikotin masuk ke dalam sirkulasi darah, dan dengan waktu 15 detik sampai ke otak manusia. Rokok mengandung :
-
Tar, mengandung 43 bahan kimia yang diketahui menjadi penyebab kanker (karsinogen).
-
Nikotin
Karbon monoksida (CO), yaitu gas beracun yang biasanya dikeluarkan oleh kendaraan. Gas ini menyebabkan oksigen berkurang di jaringan tubuh, karena CO lebih kuat mengikat Hb darah dibanding oksigen, sehingga apabila kadar CO di dalam tubuh melebihi 60 persen maka dapat menyebabkan kematian.
-
Heroin, amfetamin, dan amfetamin, yang bersifat merangsang otak, dan mempunyai efek terhadap sistem mesolimbik yang menjadi penyebab ketagihan.
-
Bahan radioaktif (polonium - 201)
-
Bahan-bahan beracun yang digunakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), kapur barus (naphthalene), racun serangga (DDT), racun semut putih (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide), dan sebagainya.
Bahaya merokok :
-
Rasa tidak enak di mulut
-
Merokok berpengaruh terhadap penampilan diri
-
Merangsang otak, dan mempunyai efek terhadap sistem mesolimbik yang menjadi penyebab ketagihan.
-
Memiliki ketergantungan. Seseorang yang telah memiliki ketergantungan akan rokok, akan bertingkah tidak tenang seperti sedang mengalami gangguan kejiwaan dan sedang berada dalam situasi tertekan. Itulah sebabnya mengapa orang yang sudah mengalami ketergantungan sangat sulit untuk berhenti, kecuali dengan upaya yang keras dan bersungguh-sungguh.
-
Penyebab utama terjadinya kanker
-
Penyebab stroke
-
Penyebab terjadinya penyakit jantung. Sekitar 25 persen penderita jantung adalah akibat dari merokok.
-
Meningkatkan impotensi
-
Memperburuk fungsi ginjal
-
Kematian
Seseorang yang merokok menghasilkan dua jenis asap, yaitu :
-
Asap utama (mainstream), yaitu asap yang dihisap oleh si perokok
-
Asap sampingan (sidestream), yaitu asap yang merupakan pembakaran dari ujung rokok, kemudian menyebar ke udara. Asap sampingan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, karena tidak melalui proses penyaringan yang cukup.
Dengan demikian, pengisap asap sampingan (perokok pasif) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok. Perokok pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun menjadi korban perokok karena turut mengisap asap sampingan (di samping asap utama yang diembuskan balik oleh perokok).

Oleh karena itu, dapat dipahami mengapa angka kejadian penyakit akibat rokok lebih tinggi pada perokok pasif daripada perokok aktif. Dan bagi anak-anak di bawah umur, terdapat risiko kematian mendadak akibat terpapar asap rokok.
3. Berhenti Merokok
Beberapa alasan untuk berhenti merokok :
1. Impotensi
Merokok akan mengurangi aliran darah yang diperlukan untuk mencapai suatu keadaan ereksi. Karena hal tersebutlah rokok dapat mempengaruhi days ereksi penis.
2. Wajah keriput
Merokok dapat mengurangi aliran oksigen dan zat gizi yang diperlukan sel kulit Anda dengan jalan menyempitkan pembuluh darah di sekitar wajah. Sehingga akan menyebabkan keriput.
3. Gigi berbercak dan nafas bau
Partikel dari rokok sigaret dapat memberi bercak kuning hingga cokelat pada gigi Anda, dan ini juga akan memerangkap bakteri penghasil bau di mulut Anda. Kelainan gusi dan gigi tanggal juga lebih sering terjadi pada perokok.
4. Anda dan di sekitar’ menjadi bau.
Rokok sigaret memiliki bau yang tidak menyenangkan dan menempel pada segala sesuatu, dari kulit dan rambut Anda sampai pakaian dan barang-barang di sekitar Anda. Dan bau ini sama sekali bukan hal yang membangkitkan selera pasangan maupun teman-teman.
5. Tulang rapuh
Sejumlah penelitian menemukan hubungan antara merokok dengan osteoporosis pada pria dan wanita. Sebuah penelitian mengamati kasus patah tulang pinggul pada wanita lansia, dan menyimpulkan bahwa satu dari 8 kasus patah tulang itu disebabkan oleh kehilangan massa tulang yang disebabkan oleh merokok.
6. Depresi
Sebagian ilmuwan menganggap rokok mengandung zat yang mampu menyebabkan peningkatan mood. Zat inilah yang biasanya kandungannya berkurang saat seseorang menderita depresi. Itulah juga penyebabnya mengapa orang yang sedang stres atau depresi cenderung mencari ‘pelarian’ ke rokok.
7. Panutan yang buruk bagi anak.
Setiap hari, dliperkirakan 3000 anak di AS yang menjadi ketagihan merokok sigaret. Bila mereka terus merokok, 1000 diantaranya bisa dipastikan akan meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan merokok.
8. Kebakaran
Jika Anda ceroboh, saat merokok clan membuang puntung rokok yang masih menyala ke sembarang tempat dapat menyebabkan kebakaran.
9. Sirkulasi darah yang buruk
Sel darah merah telah dirancang dari sananya untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Pada perokok, molekul oksigen digantikan oleh komponen dari asap rokok, sehingga menghambat transportasi oksigen yang penting bagi kehidupan sel.
10. Terkesan bodoh
Jika perokok membela ketergantungannya, ada satu kebenaran yang tak mampu mereka pungkiri: Seperti kata slogan, rokok itu pembunuh. jadi, bila masih ada yang meneruskan kebiasaan itu, tentunya akan terlihat bodoh kan.












KESIMPULAN :
Berikut ini strategi-strategi yang dapat anda gunakan untuk berhenti merokok:
Strategi Berhenti Merokok
Berikut ini strategi-strategi yang dapat anda gunakan untuk berhenti merokok:
1. Rencanakan waktu berhenti
Rencanakan kapan anda akan berhenti merokok untuk selamanya. Waktunya mungkin saja beberapa hari ke depan atau 2 minggu lagi. Menjelang hari berhenti merokok itu, anda kurangi jumlah rokok yang dihisap setiap harinya.
2. Obat-obatan
Obat membantu mengurangi gejala-gejala berhenti merokok sampai efek terburuk terlewati. Anda mempunyai pilihan obat baik berdasarkan resep dokter maupun obat over-the-counter (tanpa resep dokter). Diskusikan pilihan tersebut dengan dokter anda.
3. Bantu diri anda sendiri
Dalam merencanakan dan menjaga keinginan anda untuk berhenti merokok, carilah informasi mengenai rokok dan penyakit yang ditimbulkan dari berbagai sumber terpercaya seperti American Cancer Society, American Lung Association, Centers for Disease Control and Prevention atau situs lokal seperti Yayasan Kanker Indonesia, Yayasan Jantung Indonesia ,Komite Nasional Penanggulangan Masalah Merokok.
4. Kelompok pendukung
Entah anda bertemu secara online atau sebuah kelompok pendukung. Carilah dukungan dari orang-orang yang juga berusaha untuk berhenti merokok.
5. Konseling
Konseling merupakan pertemuan tatap muka dengan dokter yang terpercaya, psikolog, perawat atau konselor. Forum ini akan membahas hal-hal apa saja yang menghalangi anda untuk berhenti merokok dan cara-cara untuk mengatasinya.
6. Cold turkey
Merupakan strategi dengan langsung berhenti merokok. Jika anda memilih cold turkey maka anda akan mengalami gejala-gejala putus rokok, seperti semua orang yang berhenti merokok seperti tidak sabar (restlessness), nafsu makan bertambah, mudah tersinggung. Disarankan agar anda mencari bantuan saat anda berhenti merokok, baik itu berupa dukungan ataupun pengobatan.
7. Olahraga
Olahraga akan membantu anda mengatasi stres dan berat badan yang bertambah setelah anda berhenti merokok.
8. Ajak Sahabat/Keluarga Anda
Mintalah teman atau anggota keluarga yang tidak merokok untuk menyediakan waktu mereka jika anda mengalami masa-masa yang sulit.
9. Terapi alternatif
Beberapa perokok mencoba metode hipnotis atau akupuntur untuk membantu mereka berhenti merokok, meskipun tidak banyak yang terbukti berhasil. Namun, bila metode tersebut membuat anda berhenti merokok, berarti metode tersebut cocok dengan anda.
SARAN :
Merokok jelas-jelas menyebabkan banyak gangguan kesehatan, tidak hanya bagi perokok itu sendiri tapi juga orang-orang disekitarnya, seperti yang sudah banyak dibuktikan oleh para peneliti. Banyak fakta juga menunjukan bahwa merokok membebani ekonomi keluarga untuk tujuan yang tidak produktif.
Jadi … kalau anda sayang pada diri anda sendiri, sayang pada keluarga, peduli dengan orang-orang sekitar anda, dan juga lingkungan anda ….. Berhentilah Merokok !
Jauh lebih baik anda membelanjakan uang anda untuk hal-hal yang membuat anda lebih sehatbaik jasmani maupun rohani.

Template by:

Free Blog Templates