Saturday, May 26, 2012

MANFAAT TERAPI pada Produk JIMON


FAR INFRA RED dipancarkan ke tubuh Anda oleh Serat Nano Bio-Ceramic atau Tourmaline yg terdapat pada Produk-Produk JIMON, antara lain: 1. JIMON Bio Water Jug
2. Jimon Tai Chi Pillow
3. Jimon Self-Heating Shoulder Pad
4. Jimon Tourmaline Shielded Respirator (Masker Anti Polusi)
5. Jimon Bio-Adembeads Power Masker (Masker Kesehatan & Kecantikan)
6. Jimon Lady Healthy Panty
7. Jimon Men's Healthy Boxer Shorts
8. Jimon Magnetic Bra
- dan segera menyusul PULUHAN Produk Istimewa Lainnya di tahun 2011...

KELEBIHAN TERAPI FIR (FAR INFRA RED):
  • ALAMI, AMAN & BEBAS dari Obat-Obatan Kimia
  • Bebas dari Ketergantungan
  • Terapi Bio-FIR juga semakin digunakan secara meluas di dunia MEDIS di seluruh dunia, karena selain Aman, juga SIMPEL, EFEKTIF Hasilnya & EFISIEN
  • Bergetar seirama dengan Frekuensi Tubuh Manusia sehingga mudah diserap oleh Tubuh, menembus hingga lebih dari 7 cm ke dalam tubuh meskipun terhalang oleh pakaian atau make-up.
  • Memberikan efek hangat di dalam tubuh dengan mengaktifkan molekul-molekul dan sel-sel tubuh.

RINGKASAN MANFAAT FAR INFRA RED (INFRA MERAH JAUH)
  1. Meredakan rasa sakit
  2. Memulihkan Tenaga (Stamina) secara keseluruhan
  3. Melancarkan Aliran Darah di seluruh tubuh:
    1. Menormalkan Tekanan Darah (menurunkan hipertensi & meningkatkan hipotensi)
    2. Menguraikan Pembekuan Darah penyebab berbagai penyakit: Asam Urat, Migrain, Vertigo, Stroke, dll.
    3. Menjaga Elastisitas dinding Arteri (AWET MUDA)
  4. Meningkatkan Metabolisme Tubuh
  5. Membantu Pembuangan Racun & ZAT-ZAT ASING dari Seluruh Tubuh à membantu Penyembuhan TUMOR, KANKER, dll.
  6. Membantu Menghancurkan & Membuang Lemak Tubuh yg Berlebihan (Pengontrolan Berat Badan)
  7. Menormalkan tingkat keasaman Tubuh dalam Posisi ALKALI: (posisi normal antara asam & basa)
  8. Meningkatkan sistem IMUN (kekebalan tubuh melawan penyakit)
  9. Mengurangi rasa sakit yang terkait dengan semua jenis Arthritis
  10. Meredakan Ketegangan Saraf (Mengurangi Stress), Otot Kejang & Sendi Kaku
  11. Membantu mengendalikan berat badan
  12. Memperbaiki & Menjaga Elastisitas & Kesegaran Kulit
Mau Lebih Jelas
Silahkan Hub

087731127773

Produk Jimon - Men's Healthy Boxer Shorts




Kelebihan dari Men's Healthy Boxer adalah menggunakan kain karbon Dyer US-ion perak anti bakteri magnatic, memiliki sel khusus yang unik yang mampu mensterilisasi dan membunuh kuman, menyerap racun yang dikeluarkan oleh tubuh. Menggunakan kain serat ruang magnetic US yang berteknologi tinggi, dengan bambu arang bermagnet yang dilapisi dengan serat nano ruang dan infra merah jauh, anyaman serat spiral ion negative dengan garis-garis medan magnet yang super kuat hingga dapat menembus penetrasi kelenjar prostate involucrum, memasuki lobus anterior kelenjar prostat jangka menengah dan generasi selanjutnya. Menggunakan potongan tiga dimensi sehingga sesuai dengan ergonomis tubuh manusia, memiliki design yang unik sehingga tidak membuat alat vital pria menjadi tertekan.


Komposisi :
Kandungan Magnet luar angkasa.

Fungsi Utama :
a. Bahan Anti Bakteri yang efektif untuk mencegah penyakit pada pria.
b. Untuk meningkatkan daya seksual pria.
c. Pencegahan peradangan pada kelenjar prostat.
d. Pencegahan penyakit pada System Reproduksi.
e. Menyerap dan membunag racun yang di keluarkan oleh tubuh
f. Membunuh bakteri gram negative dan jamur di daerah sensitive pria
g. Menghilangkan sering buang air kecil yang dikarenakan oleh penyakit prostate
h. Nyeri pinggang
i. Terdapat 16 magnet multi kutub yang akan memijat bagian prostate
j. Memperlancar aliran darah, memperlancar vascular
k. Memperkuat kelenjar kontraksi
l. Mampu menyerap sisa air seni, air mani, keringat, sehingga tidak menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya bakteri
m. Mencegah infeksi daerah sensitive pria
n. Mencegah ejakulasi dini, lemah syahwat, dan mani encer.

PERAWATAN PAYUDARA DARI PENYAKIT BERBAHAYA

Produk Jimon - Magnetic Bra



Magnetic Bra diciptakan dengan menggunakan silicon KE dari bahan alami, Silicon KE memiliki flexibility yang super sensitive yang dapat mambantu memijat payudara anda sehingga tampak lebih kencang, dan menghilangkan lipatan pada ketiak. Pendorong magnetic menggunakan gem mineral tourmaline berkualitas yang di proses secara khusus agar dapat menghasilkan energi nano dan ion negative dan kemudian di tambahkan ke dalam serat-serat kain dan kemudian terciptalah produk tekstil yang memiliki tourmaline infra merah jarak jaun dan ion negative.

Magnetic Bra adalah satu-satunya bra yang menggunakan silicon KE yang mendapatkan hak paten di china dengan menggunakan design internasional terbaru dan memiliki teknologi termutakhir yang memiliki 616 pori-pori yang dapat menyerap keringat dan meningkatkan sirkulasi udara pada bra.

Komposisi :
Magnet dan Kain Magnetic

Fungsi Utama :
a. Meningkatkan Sirkulasi darah pada payudara.
b. Membantu mengurangi rasa sakit.
c. Menyangga payudara dengan baik.
d. Membentuk payudara lebih indah.
e. Membantu payudara kencang dan berisi
f. Dapat memijit payudara pada saat anda bergerak
g. Memulihkan sel-sel payudara yang mulai mengalami penurunan fungsi
h. Menghilangkan racun-racun dan bakteri yang ada di dalam payudara
i. Mencegah timbulan benjolan pada payudara
j. Merubah energi kinetic menjadi energi panas yang akan membuat sirkulasi darah di k. payudara akan lebih lancar
l. Menjaga kelembaban payudara sekalipun cuaca di luar sangat panas
m. Mencegah timbulnya kanker payudara
n. Menggunakan bahan yang berkualitas tinggi sehingga biarpun di cuci berulang kali bentuknya tidak akan berubah

Thursday, May 24, 2012

PENYAKIT-PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH STAFILOKOKUS

Infeksi oleh stafilokokus menyebabkan penyakit dengan manifestasi klinis yang sangat
bervariasi; mulai dari timbulnya pustula sampai kepada sepsis yang menyebabkan kematian.
Mula-mula terbentuk lesi dengan pus yang kemudian berkembang menjadi abses. Virulensi
berbagai strain stafilokokus sangat bervariasi.
Staphylococcus aureus adalah yang paling penting untuk diketahui yang paling sering
menginfeksi manusia. Kebanyakan strain stafilokokus memfermentasi mannitol dan
coagulase positif. Namun belakangan ini strain coagulase negatif menjadi semakin penting
karena sering menginfeksi terutama infeksi yang menyebabkan terjadinya bakteriemi pada
penderita yang dilakukan kateterisasi, pada wanita yang mengalami infeksi saluran kemih
serta pada infeksi nosokomial.
Gambaran klinis dan epidemiologis dari infeksi stafilokokus sangat berbeda jika menyerang
masayarakat umum, bayi baru lahir, wanita yang sedang menstruasi dan jika menyerang
penderita yang sedang dirawat di Rumah Sakit. Oleh karena itu masing-masing akan
diuraikan secara terpisah.
Keracunan makanan yang disebabkan infeksi stafilokokus dibicarakan dalam bab tersendiri
(lihat Intoksikasi makanan, seksi I, stafilokokus).
I. Penyakit Infeksi Stafilokokus di Masyarakat
Boils (bisul), Carbuncles ( Bisul), Furuncles , Abscesses ( abses)
ICD-9 680, 041.1; ICD -10 L02;B95.6-B95.8
Impetigo ICD-9 684, 041.1;ICD-10 L01
Cellulitis ICD-9 682.9;ICD-10 L03
Staphylococcal Sepsis ICD-9 038.1;ICD-10A41A41.2
Staphylococcal Pneuminia ICD-9 482,4;ICD-10J15.2
Arthritis ICD-9 711.0,041.1;ICD-10 M00.0
Osteomylietis ICD-9 730,041;ICD-10 M86
Endocarditis ICD-9 421.0,041.1;ICD-10 133.0
1. Identifikasi
481
Infeksi bakteri pada kulit umumnya dalam bentuk impetigo, folliculitis, furuncle,
carbuncle, abses dan luka lecet yang terinfeksi. Dasar dari lesi pada impegtigo dijelaskan
pada seksi II, dibawah: sebagai tambahan sindroma “scalded skin” (luka Bakar) yang
lain daripada yang lain disebabkan oleh strain Staphylococcus aureus, sebagian besar
tergolong phage group II, yang memproduksi toksin epidermolitik. Lesi kulit bentuk lain
adalah berupa lesi diskret dan terlokalisir. Gejala umum jarang ditemukan, jika lesi
bertambah dan meluas, dapat timbul demam, mailase ( lesu), sakit kepala dan tidak nafsu
makan. Biasanya tidak terjadi komplikasi, tetapi bila bakteri masuk aliran darah dapat
memicu terjadinya pneumonia, abses pada paru-paru, osteomiielitis, sepsis, endokarditis,
Pyarthrosis, meningitis atau abses otak. Sebagai tambahan pada infeksi primer kulit,
staphylococcal conjunctivitis dapat terjadi pada bayi baru lahir dan pada orang tua.
Staphylococcal pneumonia adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada influensa.
Staphylococcal endocarditis dan kompikasi yang lain sebagai akibat dari staphylococal
bacteremia karena akibat dari pemakaian obat terlarang melalui intravena atau karena
infeksi nasokomial pada pasien yang dikateterisasi atau tindakan lain. Lesi emboli di kulit
sering menimbulkan komplikasi berupa endokarditis , dan bakteriemia.
Stafilokokus coagulase negative dapat menyebabkan terjadinya sepsis, meningitis,
endokarditis atau infeksi saluran kemih dan makin sering ditemukan, biasanya disebabkan
pemakaian alat-alat portesa dan pemakaian kateter.
Diagnosa ditegakkan dengan adanya konfirmasi laboratorium dengan cara isolasi dari
bakteri tersebut.
2. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit adalah bermacam-macam strain coagulase positive dari Stafilokokus
auereus. Jika diperlukan, hampir semua strain dari Stafilokokus dapat diidentifikasi
dengan metode molekuler seperti pulsed field gel electrophoresis, phage type, profil dari
resistensi terhadap antibiotika atau dengan aglutinasi serologi. KLB disebabkan oleh
beberapa strain spesifik yang jarang. Sebagian besar isolat S. aureus, yaitu yang diambil
dari masyarakat dan dari pasien yang sedang dirawat di Rumah Sakit resisten terhadap
penicillin G, dan juga multi resisten (termasuk resisten terhadap methicillin) dan mungkin
strain ini sudah tersebar secara luas. Beberapa temuan menunjukkan bahwa strain
stafilokokus coagulase negetive yang meproduksi lendir mungkin lebih patogen, namun
belum pasti. S.saprophyticus paling sering sebagai penyebab infeksi saluran kemih pada
wanita muda.
3. Distribusi Penyakit
Penyakit tersebut tersebar di seluruh dunia. Insiden tertinggi ditemukan di daerah yang
kebersihan perorangannya jelek (mandi tidak menggunakan sabun dan air bersih) dan di
daerah dengan penduduk yang padat biasanya menyerang anak-anak, khususnya pada
musim kemarau. Penyakit tersebar secara sporadis dan dapat menyebabkan wabah kecil di
lingkungan keluarga dan orang yang kamping pada musim panas, anggota keluarga yang
berbeda terkena penyakit berulang dengan strain stafilokokus yang sama.
4. Reservoir: Reservoir adalah manusia dan jarang pada hewan.
5. Cara-cara Penularan
Sebagian besar koloni hidup pada nares anteriores (lubang hidung): 20%-30% penduduk
482
pada pemeriksaan usap hidung adalah carrier dari stafilokokus coagulase positive.
Autoinfeksi terjadi pada 1/3 dari kejadian infeksi. Orang yang mempunyai lesi berair atau
yang mengeluarkan discharge purulen merupakan sumber penularan yang paling sering
menyebabkan wabah. Penularan melalui kontak dengan orang yang mempunyai lesi
purulen atau orang tanpa gejala (nasal carrier dari strain yang patogenik). Carrier tertentu
lebih efektif menyebarkan infeksi dari pada yang lain. Peran dari obyek yang
terkontaminasi terlalu dilebih-lebihkan, tangan adalah instrumen yang paling penting
dalam penyebaran infeksi. Penularan lewat udara sangat jarang terjadi tetapi pernah
ditemukan pada bayi dengan infeksi virus pada saluran pernafasan.
6. Masa Inkubasi
Masa inkubasi bervariasi dan tidak pasti biasanya antara 4-10 hari.
7. Masa Penularan
Masa penularan berlangsung selama masih ada lesi yang purulen tetap mengeluarkan pus
atau selama tetap sebagai carrier. Auto infeksi tetap berlangsung selama kolonisasi bakteri
di hidung tetap berlangsung atau selama lesinya masih aktif.
8. Kerentanan Dan Ketahanan
Mekanisme terjadinya imunitas tidak diketahui dengan jelas. Bayi baru lahir dan orang
dengan penyakit kronis sangat rentan terhadap infeksi. Orang tua dan orang dengan
debilitas, pecandu obat bius, orang dengan diabetes militus, cystic fibrosis, penderita gagal
ginjal kronis, agammaglobulinemia, kelainan fungsi neutrofil (seperti agranulositosis,
penyakit granulomatus kronis), neoplasma dan luka bakar biasanya juga sangat rentan
terhadap penyakit ini. Penggunaan streroid dan anti metabolit juga meningkatkan
kerentanan.
9. Cara – cara Pemberantasan
A. Cara Pencegahan
1) Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang kebersihan perorangan, khususnya
membudayakan kebiasaan cuci tangan dan menghindari pemakaian bersama alatalat
ditoilet (handuk, sapu tangan, dll).
2) Obati dengan segera penderita yang ditemukan, anak-anak maupun angota
keluarga lainnya.
B. Pengawasan penderita, Kontak Dan Lingkungan Sekitarnya.
1) Laporan kepada dinas kesehatan setempat: laporkan segera jika terjadi KLB
disekolah, ditempat Camping Musim Panas, dan kelompok penduduk yang lain,
begitu juga jika diketahui ada konsentrasi kasus pada penduduk. Tidak ada
kewajiban untuk melaporkan kasus individu, termasuk Kelas 4 (lihat laporan
penyakit menular).
2) Isolasi: Tidak praktis dilakukan; penderita harus menghindari kontak dengan bayi
dan orang-orang dengan debilitas mental.
3) Disinfeksi: Tempatkan pembalut luka dan discharge dalam kantong khusus dan
dibuang dengan cara yang aman sesuai dengan prosedur
4) Karantina: Tidak perlu
483
5) Imunisasi terhadap kontak: Tidak ada
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Cari dan temukan penderita dengan lesi
yang mengeluarkan cairan, kadangkala perlu dilakukan penyelidikan adanya
carrier terhadap strain yang patogenik diantara anggota keluarga.
7) Pengobatan spesifik: Infeksi yang hanya terjadi pada kulit, pemberian antimikroba
sistemik tidak diperlukan apabila tidak ada penyebaran penyakit yang signifikan
atau tidak ada komplikasi; luka cukup dicuci saja kemudian dilanjutkan dengan
pemberian antimikroba topikal (seperti mupirocin, 4 kali sehari). Hindari kompres
basah yang mana dapat menyebarkan infeksi. Abses harus di insisi untuk
mengeringkan pus. Untuk infeksi stafilokokus yang berat gunakan penicillinaseresistant
penicillin; untuk mereka yang hipersentif terhadap penisilin gunakan
cephalosporin yang aktif untuk stafilokokus atau dapat diberikan clindamycin.
Untuk infeksi sistemik yang berat perlu dipilih antibiotika yang sesuai dengan
hasil tes kerentanan dari isolat. Vancomycin adalah obat pilihan untuk infeksi berat
yang disebabkan oleh stafilokokus Coagulase negative dan yang disebabkan oleh
infeksi S. aureus yang resisten terhadap metisilin diberikan sesegera mungkin
secara parentral.
Strain Starphylococcus aureus yang menurun kerentanannya terhadap
Vancomycin dan terhadap antibiotika jenis glikopeptida disebut sebagai strain
GISA ditemukan dan dilaporkan dari Jepang dan AS pada tahun 1990an.
Strain ini diisolasi dari penderita yang diberi pengobatan dengan vancomycin
dalam waktu yang lama (berbulan-bulan). Isolat ini sebagai bukti terjadinya
peningkatan munculnya S. aureus yang resisten terhadap antibiotika ini.
C. Upaya penanggulangan wabah
1) Cari dan temukan penderita terutama mereka dengan lesi yang mengeluarkan
discharge, berikan pengobatan yang tepat. Terapkan prosedur kebersihan
perorangan yang ketat pada institusi-institusi dan tekankan kebiasaan mencuci
tangan. Kultur dilakukan pada pasien nasal carrier dari strain yang dapat
menimbulkan KLB dan obati dengan mupirocin topikal dan jika gagal obati
dengan antibiotika oral.
2) Lakukan Investigasi kalau ada kejadian meningkatnya prevalensi infeksi
stafilokokus secara tiba-tiba di masyarakat yang cara penularannya kemungkinan
“Common source”, seperti halnya KLB di Rumah Sakit yang tidak diketahui.

Pengertian Strain

A. Pengertian
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading) akibat teregang melebihi batas normal atau robeknya otot dan tendon (jaringan ikat/penghubungan yg kuat yg menghubungkan otot dengan tulang atau ekor otot) karena teregang melebihi batas normal. Strains sering terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstrings (otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps. Cedera tertarik otot betis juga kerap terjadi pada para pemain bola. Strain diklasifikasikan berdasarkan berat ringannya : :
a. Derajat/Tingkat I : regangan serabut tendon dan otot, dengan minimal. Strain pada tingkat ini tidak ada robekan dan bersifat ringan. Misalnya strain pada otot hamstring yang mengganggu atlit sprint.
b. Derajat II : regangan serabut tendon, dengan robekan sebagian, bersamaan dengan nyeri danbengkak sehingga mempengaruhi kekuatannya.
c. Derajat III : robekan serabut otot yang luas dengan nyeri, bengkak dan kemungkinan ada yang putus.
B. Penyebab
Strain terjadi akibat dari peregangan atau kontraksi otot melebihi batas normal (Abnormal stress) dan umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba – tiba pada otot tertentu. Jenis cedera ini juga terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap
C. Gejala dan tanda-tanda
Seseorang yang mengalami sakit strain mempunyai gejala dan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba pada bagian otot yang mengaku.
2. Strain total didiagnosa sebagai otot tidak bisa berkontraksi dan terbentuk benjolan
3. Nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu. Dan pada cidera strain rasa sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat terjadi cedera, terlebih jika otot berkontraksi
4. Nyeri menyebar keluar dengan kejang atau kaku otot.
5. Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar dan membengkak. Setelah 24 jam, pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-tanda perdarahan pada otot yang sobek, dan otot mengalami kekejangan.
D. Cara Pencegahan
Sakit strain pada dasarnya dapat dihindari. Sebagai upaya pencegahan, saat melakukan aktivitas olahraga memakai pemakaian perlengkapan olahraga yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas dan sebaiknya melakukan pemanasan, peregangan, stretching, melakukan gerakan dengan benar dan tidak melakukan aktivitas dan tidak melakukan gerakan latihan terlalu banyak/cepat dan tidak berlebihan atau melebihi beban/normal. Selain itu untuk menghindari terjadinya strain seseorang dapat melakukan latihan-latihan fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan diri dari cedera macam ini. Kuncinya dalah selalu melakukan stretching setelah melakukan pemanasan, terutama pada bagian otot-otot yang rentan tersebut. Selain itu pencegahan strain dengan melakukan latihan aerobik yang teratur, tetapi yang tidak terlalu membebani otot, antara lain olahraga jalan, berenang, bersepeda, maupun senam-senam yang memperkuat dan memelihara fleksibilitas. Namun, dengan diagnosis yang tepat, penanggulangan yang benar dan cepat cedera dapat diatasi sehingga aktivitas secara bertahap dapat dilakukan.
E. Cara Penanganan
Pada orang yang mengalami strain diberi penanganan sebagai berikut :

1. Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagian yang cedera. Segera berhenti melakukan segala aktivitas, pepatah “no pain no gain” yang dianut beberapa olahragawan tidak dapat dibenarkan dalam kasus ini. Aktivitas yang berlebih pada bagian tubuh yg terkena akan memicu terjadinya komplikasi lebih lanjut
2. Tinggikan daerah yang cedera. Tujuannya untuk mengurangi pembengkakan yang berlebihan
3. Beri kompres dingin, selama 30 menit, ulangi setiap jam bila perlu. Saat cedera baru berlangsung, akan terjadi robekan pembuluh darah yang berakibat keluarnya “isi” pembuluh darah tersebut ke jaringan sekitar nya sehingga bengkak, pembuluh darah sekitar tempat cedera juga akan melebar (dilatasi) sebagai respon peradangan. Pemberian kompres dingin/es akan “menyempitkan” pembuluh darah yg melebar sehingga mengurangi bengkak. Kompres dingin bisa dilakukan 1-2 kali sehari, jangan lebih dari 20 menit karena justru kan mengganggu sirkulasi darah.
Sebaliknya, saat cedera sudah kronik, tanda2 peradangan seperti bengkak, warna merah, nyeri hebat sudah hilang, maka prinsip pemberian kompres hangat bisa dilakukan
4. Balut tekan (pressure bandage) dan tetap tinggikan. Kompres/penekanan pada bagian cedera, bisa dilakukan dengan perban/dibalut. Jangan terlalu erat, tujuannya untuk mengurangi pembengkakan dan dalam penekanan tetap ditinggikan. Tekanlah pada daerah cedera sampai nyeri hilang (biasanya 7 sampai 10 hari untuk cedera ringan dan 3 sampai 5 minggu untuk cedera berat
5. Tinggikan daerah yang cedera. Tujuannya untuk mengurangi pembengkakan yang berlebihan
6. Jika dibutuhkan, gunakan tongkat penopang ketika berjalan.
7. Bila ragu rawat sebagai patah tulang lakukan foto rontgen dan rujuk ke fasilitas kesehatan. Dan hindari HARM, yaitu
H: Heat, pemberian panas justru akan meningkatkan perdarahan
A:Alkohol, akan meningkatkan pembengkakan
R: Running, atau exercise terlalu dini akan memburuk cidera
M: Massage, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan
merusak jaringan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN STRAIN


A. Pengertian
• Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlebihan,peregangan berlebihan,atau stress yang berlebihan.
• Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan ke dalam jaringan.(Smeltzer Suzame, KMB Brunner dan Suddarth)
• Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulotendinous (otot atau tendon).
Strain akut pada struktur muskulotendious terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya.
Beberapa kali cedera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam melangkahi penuh.

B. Etiologi
Pada strain akut :
• Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak
Pada strain kronis :
• Terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang berlebihan/tekanan berulang-ulang,menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon).
C. Patofiologi
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
PATOFLOW
D. Klasifikasi Strain
 Derajat I/Mild Strain (Ringan)
Yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang berlebihan pada penguluran unit muskulotendinous yang ringan berupa stretching/kerobekan ringan pada otot/ligament.
• Gejala yang timbul :
 Nyeri lokal
 Meningkat apabila bergerak/bila ada beban pada otot
• Tanda-tandanya :
 Adanya spasme otot ringan
 Bengkak
 Gangguan kekuatan otot
 Fungsi yang sangat ringan
• Komplikasi
 Strain dapat berulang
 Tendonitis
 Perioritis
• Perubahan patologi
 Adanya inflasi ringan dan mengganggu jaringan otot dan tendon namun tanda perdarahan yang besar.
• Terapi
 Biasanya sembuh dengan cepat dan pemberian istirahat,kompresi dan elevasi,terapi latihan yang dapat membantu mengembalikan kekuatan otot.
 Derajat II/Medorate Strain (Ringan)
Yaitu adanya cidera pada unit muskulotendinous akibat kontraksi/pengukur yang berlebihan.
• Gejala yang timbul
 Nyeri local
 Meningkat apabila bergerak/apabila ada tekanan otot
 Spasme otot sedang
 Bengkak
 Tenderness
 Gangguan kekuatan otot dan fungsi sedang
• Komplikasi sama seperti pada derajat I :
 Strain dapat berulang
 Tendonitis
 Perioritis
• Terapi :
 Impobilisasi pada daerah cidera
 Istirahat
 Kompresi
 Elevasi
• Perubahan patologi :
 Adanya robekan serabut otot
 Derajat III/Strain Severe (Berat)
Yaitu adanya tekanan/penguluran mendadak yang cukup berat. Berupa robekan penuh pada otot dan ligament yang menghasilkan ketidakstabilan sendi.
• Gejala :
 Nyeri yang berat
 Adanya stabilitas
 Spasme
 Kuat
 Bengkak
 Tenderness
 Gangguan fungsi otot
• Komplikasi ;
 Distabilitas yang sama
• Perubahan patologi :
 Adanya robekan/tendon dengan terpisahnya otot dengan tendon.
• Terapi :
 Imobilisasi dengan kemungkinan pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.
E. Manifestasi klinis
• Nyeri mendadak
• Edema
• Spasme otot
• Haematoma
F. Komplikasi
• Strain yang berulang
• Tendonitis
G. Penatalaksanaan
• Istirahat
Akan mencegah cidera tambah dan mempercepat penyembuhan
• Meninggikan bagian yang sakit,tujuannya peninggian akan mengontrol pembengkakan.
• Pemberian kompres dingin
Kompres dingin basah atau kering diberikan secara intermioten 20-48 jam pertama yang akan mengurangi perdarahan edema dan ketidaknyamanan.
H. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
• Kajian nyeri
 Apa yang dilakukan pasien sebelum dirasakan nyeri?
 Apakah nyeri terlokalisasi?
 Bagaimana pasien menjelaskan nyeri?
 Apakah nyeri menjalar?
• Inpeksi umumnya untuk mengetahui perkembangan edema,memantau luka dikulit.
• Palpasi sendi untuk mengetahui sensitifitas dan perkembangan jaringan lunak yang banyak teraba keras
• Observasi tingkat keterbatasan mobilitas sendi yang terserang
b. Diagnosa Keperawatan
I. Diagnosa I
Nyeri b/d spasme otot
• Intervensi
 Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring/istirahat
 Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
 Dorong pasien mendiskusikan masalah sehubungan dengan cidera
 Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/aktif
 Berikan alternative tindakan menyamankan seperti pijatan
 Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa/tiba-tiba/mendadak
II. Diagnosa II
Kerusakan mobilitas fisik b/d nyeri
• Intervensi
 Anjurkan untuk istirahat selama masih mengalami nyeri
 Anjurkan untuk membatasi aktivitas yang berlebihan,seperti mengangkat beban yang berat
 Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
III. Diagnosa III
Kerusakan intregitas jaringan b/d adanya cedera
• Intervensi
 Awasi adanya edema dan perdarahan pada area yang luka
 Berikan perawatan luka
 Perhatikan peningkatan atau berlanjutnya nyeri
DAFTAR PUSTAKA
 Smelzer,Suzanne.C,2001.buku ajar keperawatan medikal bedah brunner dan suddarth.Ed 8.Jakarta;EGC
 Doenges,Marlyn.E.1999.rencana asuhan keperawatan.Ed 3.Jakarta;EGC

Friday, May 18, 2012

6 Tipe Marketing Yang Sering Dijumpai




Lagi 'walking2' ke blog temen-temen, ketemu artikel bagus diloopscreative.com. Karena saya merasa tersindir dan jadi sedikit mikir, jadi ada baiknya juga saya infokan ke yang lain. Langsung saja saya ulas sedikit kutipan artikelnya.  
Dalam keberlangsungan sebuah bisnis, seorang marketer termasuk yang paling sering mendapat perhatian. Kenapa? Sebab kelangsungan sebuah bisnis sangat bergantung pada pemasaran bisnis tersebut, dalam hal ini marketer-lah yang memegang peranan.
Marketing sendiri banyak macamnya, danmasing-masing memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Secara garis besar dapat dikategorikan ke dalam 6 Tipe marketing :

1.    Tipe Pedagang
Jenis marketing ini hanya sekedar membawakan produknya ke konsumen, tanpa memperdulikan kebutuhan atau keinginan dari konsumen tersebut. Sehingga kebanyakan marketer jenis ini lebih banyak bicara sendiri daripada mengajak bicara konsumen, apalagi menanyakan tentang apa yang sedah dibutuhkan konsumen.

2.    Tipe Perayu
Tipe ini lebih menonjolkan dirinya sendiri daripada produk yang dibawanya. Biasanya mereka akan merayu habis-habisan bahkan terkadang sampai berlebihan, seperti misalnya sampai merengek-rengek, menarik tangan customerbahkan sampai memohon-mohon agar si customer membeli produk mereka.

3.    Tipe Pasif
Marketing tipe ini biasanya sangat pasif dan cenderung tertutup, jarang melakukan pendekatan kepada konsumen. Marketer jenis ini beranggapan bahwa jika si customer memang butuh pastinya akan membeli sendiri, tanpa perlu ditawari. Sehingga karena jarang melakukan pendekatan, maka hubungan yang dibangun kurang interaktif. Tipe ini bukan tidak ingin melakukan pendekatan., hanya saja terkadang karena terhalang oleh rasa kurang percaya diri dan malu jika harus berbicara menawarkan produknya.

4.    Tipe Penyerang
Biasanya marketing jenis ini sering melakukan tindakan yang kurang bijak, seperti misalnya menjelek-jelekkan produk lain yang menjadi pesaingnya. Cara-cara yang digunakan pun mulai dari yang paling halus hingga yang paling jahat sekalipun. Misalnya menyebar isu di lingkungan konsumen tentang kekurangan produk kompetitor, tujuannya tentu agar para customer meninggalkan produk lamanya dan beralih ke produk yang dia bawa.

5.    Tipe Penduplikat
Tipe marketing ini bisa dibilang yang paling sering dijumpai. Yaitu marketer yang mengkombinasikan antara menjual produk dengan menjual dirinya (menonjolkan kemampuan diri). Sayangnya, teknik penawarannya terlalu standar atau kurang menarik karena selalu monoton (begitu-begitu saja, tidak inovatif / tidak berkembang) karena mereka hanya menyerap ilmu dari marketing yang sudah professional dan hanya menirunya saja.

6.    Tipe Professional
Tipe marketing ini dapat memperluas pandangan si customer tentang produk yang ditawarkannya. Marketer menunjukkan kepada customer bahwa dia menjual solusi untuk mengatasi masalah. yang sedang dihadapi para customer.Marketing tipe ini biasanya mendekati customer dengan cara menggali kebutuhan atau keinginan customer. Baru ketika problem spesifik si customerditemukan, lalu ditawarkanlah solusi yang terbaik untuk customer tersebut.  Setelah penjualan terjadi pun, marketing profesional akan terus menjaga hubungan baik dengan customernya. Kelebihannya lagi, marketer professional biasanya selalu memiliki kreativitas yang tinggi, sehingga sekalipun cara yang dilakukan sudah umum dilakukan, namun karena kreativitasnya mampu membuat cara yang biasa tersebut menjadi tak biasa.

Bagaimana dengan Anda?

Jurus Jitu Membuat Pasangan Anda Mencapai Orgasme




Dalam berhubungan seksual, kadang-kadang pria tidak terlalu memperdulikan pasangannya, apakah ia juga sudah mencapai orgasme atau tidak. Hal ini lebih baik Anda perbaiki, karena bisa saja wanita hanya berpura-pura telah mencapai orgasme untuk hanya menyenangkan hati Anda. Jika hal ini terjadi terus menerus, tentunya kan membuat pasangan wanita Anda menjadi bosan dan merasa tidak terpuaskan oleh Anda.
Untuk itu, terbukalah Anda dengan pasangan wanita Anda dan berkomunikasilah mengenai hal ini. Ada beberapa tips jurus jitu yang bisa membantu pasangan Anda mencapai orgasmenya.
Tips Jurus Jitu Membuat Pasangan Anda Mencapai Orgasme:
  • Terbukalah dengan pasangan Anda, berkomunikasi dan jangan ada rasa malu untuk bertanya. Dalam berhubungan seksual dengan pasangan, hilangkanlah rasa malu Anda, jangan sungkan untuk menanyakan kepada pasangan Anda, apakah ia menikmatinya, titik atau daerah manakah yang ia sukai. Dan lakukanlah juga hal yang sama, beritahu pasangan wanita Anda titik atau bagian mana saja pada tubuh Anda yang Anda sukai untuk distimulasi oleh pasangan wanita Anda.
  • Nikmatilah setiap sentuhannya. Salah satu sebab perempuan sulit untuk mencapai kepuasan seksual disebabkan oleh kurangnya konsentrasi perempuan terhadap rangsangan yang diberikan oleh pasangannya. Dengan kata lain, masalah yang menumpuk dikepala perempuan akan semakin menggangu jalannya hubungan seks. Untuk itu, cobalah pinggirkan terlebih dahulu berbagai masalah yang menghinggapi pikirannya, lakukanlah aktifitas seks dengan pasangan dan nikmati setiap sentuhan yang ia lakukan.
  • Melalukan variasi dalam berhubungan seks. Anda bisa mengajak pasangan wanita Anda untuk melakukan variasi dalam berhubungan seks, mungkin yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya. Selain itu bisa juga dengan memilih lokasi baru yang belum pernah Anda coba. Pada intinya, buang kegiatan rutin seks yang biasa Anda lakukan dengannya. Ini untuk menghindari rasa bosan terhadap aktifitas seks.
  • Hilangkah rasa negatif pada perempuan sebelum berhubungan seksual.Salah satu mengapa wanita tidak mencapai kepuasan seksual dikarenakan rasa negatif yang ia alami. Rasa negatif ini bisa diakibatkan oleh banyak hal seperti ada amarah didalam diri, rasa kesal, kecewa, sakit hati dan sebagainya. Anda sebagai pria, haruslah membantu wanita agar rasa negatif ini hilang dengan cara membantu atau menenangkannya.
  • Lakukan komunikasi dua arah. Komunikasi sangat penting dalam berhubungan seksual. Jika komunikasi tidak berjalan dengan baik, maka Anda sulit untuk membentuk hubungan yang harmonis. Sebab hubungan yang harmonis inilah yang akan membentuk sebuah hubungan seksual yang baik.
  • Capai Orgasme lebih dulu dari pasangan Anda. Jangan pernah menunggu pasangan Anda mencapai orgasme. Andalah yang harus mencapainya terlebih dahulu. Sebab, jika pasangan Anda mencapai orgasme lebih dahulu dari Anda, maka hubungan seksual akan terhenti. Lakukanlah posisi seksual  yang menurut Anda dapat mengeksplorasi kenikmatan seksual Anda.
Nah, hal-hal diatas semoga bisa menjadi tips jitu untuk membuat pasangan Anda mencapai orgasme, silahkan dipraktekkan.

Masih Muda Kok Sudah Ejakulasi Dini..!


Jika seseorang mengalami ejakulasi dini biasanya adalah orang yang berusia lanjut. Tetapi Dr. Najah Senno Musacchio membuktikan lain, peneliti ini mengingatkan bahwa ejakulasi dini juga bisa mengancam kaum muda.
Studi ini dilakukan oleh Dr Najah Senno dimana dia mencatat bahwa para pemuda di tingkat sekolah atas dan universitas sudah terbiasa menggunakan obat perkasa Viagra yang dicampur dengan alkohol ataupun obat terlarang lainnya yang membuat penularan penyakit seks juga semakin mengkuatirkan.
Dr Senni melakukan penelitian atas 234 pemuda berusia 18 hingga 25 tahun yang melakukan seks secara aktif saat mereka berada di tahun ketiga di Chicago universities. Hasil penelitian menyebut 13 persen pemuda itu mengaku sudah terbiasa menggunakan obat kuat penghilang Ejakulasi Dini namun tidak pernah mendiskusikan tindakan mereka kepada dokter.
Disfungsi Ereksi  atau impotensi merupakan sebuah kondisi dimana para pria sulit melakukan atau menjaga ereksi saat berhubungan seks. Hasil studi Dr Senno ini dipaparkan daam pertemuan `the Pediatric Academic Societies annual meeting` yang berlangsung di San Francisco, Sabtu (29/4) akhir pekan silam.
“Kami bertanya kepada para pemuda mengenai disfungsi ereksi dan penggunaan kondom,’ jelas Dr Senno. 25 persen dari mereka mengaku kehilangan ereksi saat menggunakan kondom.
Penggunaan kondom yang semakin tinggi membuat tim peneliti mengkuatirkan terjadinya penyebaran penyakit kelamin. 6 persen dari responden mengatakan mereka menggunakan terapi untuk mengatasi Ejakulasi Dini, 57 persen mengatakan menggunakan obat-obatan, dan 29 persen menggunakan obat-obatan itu untuk meningkatkan kinerja seks.
Penelitian sebelumnya menyebut bahwa sekitar 5 persen pria berusia diatas 40 tahun mengalami Ejakulasi Dini dan sekitar 25 persen pria diatas 65 tahun mengalami hal yang sama. Sejumlah kondisi seperti penyakit diabetes, penyakit ginjal, jantung dan pengguna alkohol kronis merupakan penyebab utama dari Ejakulasi Dini. Merokok juga disebut-sebut merupakan salah satu faktor terjadinya Ejakulasi Dini
Beberapa tahun silam, perusahaan asal Amerika Serikat Pfizers meluncurkan obat perkasa Viagara yang laku keras sehingga obat semacam ini juga marak dengan sejumlah produk lain seperti Levitra ataupun Cialis.
sumber: JakNews.com

4 Cara Mengatasi Ejakulasi Dini


Sampai saat ini tidak ada obat instan yang bisa menyembuhkan ejakulasi dini. Bahkan penyebab terjadinya ejakulasi dini juga belum diketahui secara pasti. Berbagai ramuan dan obat-obatan dibuat dan disebut-sebut bisa menyembuhkan dan mengatasi ejakulasi dini tapi tetap benyak pria yang kecewa.
Memang ejakulasi dini adalah salah satu momok yang ditakuti kaum pria, bisa dimaklumi karena hal ini menyangkut masalah kejantanan dihadapan wanita. Berikut ini 4 cara mengatasi ejakulasi dini yang bisa anda pelajari dan praktekkan sendiri ketika sedang bercinta.
1. Penekanan
Tekan batang penis anda sebelum klimakas terjadi. Gerakan penekanan ini akan membuat ejakulasi tertunda. “Akan menimbulkan rasa tidak nyaman,” kata Irwin Goldstein, MD, direktur San Diego Sexual Medicine dan editor Journal of Sexual Medicine. Metode ini tidak disetujui semua Dokter. “Sulit dilakukan”,ujar Ira Sharlip, MD, juru bicara American Urological Association dan profesor klinis urologi di University of California, San Francisco.
2. Kacaukan Pikiran
Pikirkan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan seks ketika anda sedang bercinta. Anda bisa mencoba memikirkan pertandingan biola atau pertunjukan musik atau bahkan cobalah untuk memikirkan soal-soal matematika. Pikiran yang tidak terkonsentrasi ke seks akan membuat anda bisa bertahan lama dan ejakulasi bisa ditunda.
3. Gunakan Krim atau Lubrikan
Kurangi sensitifitas pada batang penis. Gunakan kondom dipercaya bisa membuat anda lebih tahan lama ketika berhubungan seks karena kulit penis tidak bersentuhan langsung dengan dinding vagina sehingga sensitifitas bisa dikurangi. Anda bisa juga menggunakan lubrikan yang banyak dijual untuk memperlama hubungan seks anda.
4. Konsumsi Pil dan Obat-Obatan 
Ada beberapa jenis pil yang dibuat untuk menyembuhkan penyakit lain dan ternyata bisa mengobati ejakulasi dini. Contohnya adalah obat-obatan anti depresi yang bisa meningkatkan kadar serotin. Hormon serotin sangat berperan ketika sedang bercinta. Jika pil tersebut di minium pria dengan ejakulasi dini maka dia akan mengalami kesulitan ejakulasi. Walaupun demikian, pil anti depresi juga memiliki efek negatif yaitu libido seks menjadi berkurang.
Jenis obat lain seperti Tramadol juga bisa menyembuhkan ejakulasi dini dan menunda terjadinya klimaks. Sebaiknya diminum sesaat sebelum anda bercinta. Efek negatif pil ini adalah anda akan merasa kelelahan, kepala sakit, berkeringat, muntah-muntah dan lain-lain. Sebaiknya konsultasi dengan Dokter sebelum mengkonsumsi jenis obat-obatan tersebut.

Wednesday, May 2, 2012

LP Nyeri


I. PENDAHULUAN
Nyeri seperti didefinisikan oleh International Association for Study of Pain (IASP), adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.
Dari definisi tersebut, nyeri terdiri atas dua komponen utama, yaitu komponen sensorik (fisik) dan emosional (psikogenik). Nyeri bisa bervariasi berdasarkan: waktu dan lamaya berlangsung (transien, intermiten, atau persisten), intensitas (ringan, sedang dan berat), kualitas (tajam, tumpul, dan terbakar), penjalarannya (superfisial, dalam, lokal atau difus). Di samping itu nyeri pada umumnya memiliki komponen kognitif dan emosional yang digambarkan sebagai penderitaan. Selain itu nyeri juga dihubungkan dengan refleks motorik menghindar dan gangguan otonom yang oleh Woolf (2004) disebut sebagai pengalaman nyeri.(1-5)
Susunan saraf, baik di pusat atau tulang belakang dapat terjangkiti nyeri yang datang dan pergi. Nyeri diinformasikan oleh perujungan saraf yang disebut nosiseptor yang memindai rangsangan gangguan pada tubuh. Dalam tubuh kita sendiri terdapat banyak perujungan saraf tersebut, dan kesemua nosiseptor memiliki tugas yang berbeda. Misalnya, merespon rasa terbakar, panas, teriris, infeksi, perubahan struktur kimia, tekanan, dan sensasi lainnya. Nosiseptor menyampaikan pesan ke serabut saraf kemudian meneruskan pesan pada saraf tulang belakang dan otak pada hitungan kecepatan cahaya.(1-3)



Pesan nyeri yang diterima oleh otak dipilah menjadi dua jenis, pertama nyeri akut yang umumnya disebabkan oleh trauma atau perlukaan yang disebabkan gangguan fisik. Sementara nyeri kronis dapat disebabkan oleh gangguan dalam sistem persarafan itu sendiri. Sehingga meski pesan telah diteruskan ke otak, namun penyebab gangguan pada persarafan tak mudah untuk diketahui sebagai sumber nyeri. Nyeri kronis ini dapat pula berasal sebagai tambahan nyeri yang dipicu oleh keberadaaan penyakit utama seperti pada diabetes.(4,6)

Saat ini nyeri tidak lagi dianggap sebagai suatu gejala tetapi merupakan suatu penyakit atau sebagai suatu proses yang sedang merusak sehingga dibutuhkan suatu penanganan dini dan agresif. Proses nyeri merupakan suatu proses fisiologik yang bersifat protektif untuk menyelamatkan diri menghadapi stimulus noksious.(4,6)
Secara patologik nyeri dikelompokkan pada nyeri adaptif atau nyeri nosiseptif, atau nyeri akut dan nyeri maladaptif sebagai nyeri kronik juga disebut sebagai nyeri neuropatik serta nyeri psikologik atau nyeri idiopatik. Nyeri akut atau nosiseptif yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan, merupakan salah satu sinyal untuk mempercepat perbaikan dari jaringan yang rusak. Sedangkan nyeri neuropatik disebut sebagai nyeri fungsional merupakan proses sensorik abnormal yang disebut juga sebagai gangguan sistem alarm. Nyeri idiopatik yang tidak berhubungan dengan patologi baik neuropatik maupun nosiseptif dan memunculkan gejala gangguan psikologik memenuhi somatoform seperti stres, depresi, ansietas dan sebagainya.(1,2)

Nyeri neuropatik yang didefinisikan sebagai nyeri akibat lesi jaringan saraf baik perifer maupun sentral bisa diakibatkan oleh beberapa penyebab seperti amputasi, toksis (akibat khemoterapi) metabolik (diabetik neuropati) atau juga infeksi misalnya herpes zoster pada neuralgia pasca herpes dan lain-lain. Nyeri pada neuropatik bisa muncul spontan (tanpa stimulus) maupun dengan stimulus atau juga kombinasi.(1,3)

Nyeri neuropatik juga disebut sebagai nyeri kronik berbeda dengan nyeri akut atau nosiseptif dalam hal etiologi, patofisiologi, diagnosis dan terapi. Nyeri akut adalah nyeri yang sifatnya self-limiting dan dianggap sebagai proteksi biologik melalui signal nyeri pada proses kerusakan jaringan. Nyeri pada tipe akut merupakan simptom akibat kerusakan jaringan itu sendiri dan berlokasi disekitar kerusakan jaringan dan mempunyai efek psikologis sangat minimal dibanding dengan nyeri kronik. Nyeri ini dipicu oleh keberadaan neurotransmiter sebagai reaksi stimulasi terhadap reseptor serabut alfa-delta dan C polimodal yang berlokasi di kulit, tulang, jaringan ikat otot dan organ visera. Stimulus ini bisa berupa mekhanik, kimia dan termis, demikian juga infeksi dan tumor. Reaksi stimulus ini berakibat pada sekresi neurotransmiter seperti prostaglandin, histamin, serotonin, substansi P, juga somatostatin (SS), cholecystokinin (CCK), vasoactive intestinal peptide (VIP), calcitoningenen-related peptide (CGRP) dan lain sebagainya. Nyeri neuropatik adalah non-self-limiting dan nyeri yang dialami bukan bersifat sebagai protektif biologis namun adalah nyeri yang berlangsung dalam proses patologi penyakit itu sendiri. Nyeri bisa bertahan beberapa lama yakni bulan sampai tahun sesudah cedera sembuh sehingga juga berdampak luas dalam strategi pengobatan termasuk terapi gangguan psikologik.(1,3)

II. EPIDEMIOLOGI
Menurut Bennet (1978) dan Tollison (1998), di Amerika Serikat terdapat kira-kira 75-8 juta penderita nyeri kronik, dengan 25 juta diantaranya penderita artrirtis. Diperkirakan ada 600.000 penderita artritis baru setiap tahunnya. Jumlah penderita nyeri neuropatik lebih kurang 1% dari total penduduk di luar nyeri punggung bawah. Untuk nyeri punggung bawah sendiri diperkirakan 15% dari jumlah penduduk (Fordyce, 1995). Insidensi maupun prevalensi nyeri akut belum diketahui, tetapi diperkirakan operasi dan trauma penyebab utama nyeri akut (Loeser and Melzack, 1999; McQuay and Moore, 1999).(3,4,7)

III. ETIOLOGI
Nyeri neuropatik dapat timbul dari kondisi yang mempengaruhi sistem saraf tepi atau pusat. Gangguan pada otak dan korda spinalis, seperti multiple sclerosis, stroke, dan spondilitis atau mielopati post traumatik, dapat menyebabkan nyeri neuropatik. Gangguan sistem saraf tepi yang terlibat dalam proses nyeri neuropatik termasuk penyakit pada saraf spinalis, ganglia dorsalis, dan saraf tepi. Kerusakan pada pada saraf tepi yang dihubungkan dengan amputasi, radikulopati, carpal tunnel syndrome, dan sindrom neuropati jebakan lainnya, dapat menimbulkan nyeri neuropatik. Aktivasi nervus simpatetik yang abnormal, pelepasan katekolamin, dan aktivasi free nerve endings atau neuroma dapat menimbulkan sympathetically mediated pain. Nyeri neuropatik juga dapat dihubungkan dengan penyakit infeksius, yang paling sering adalah HIV. Cytomegalovirus, yang sering ada pada penderita HIV, juga dapat menyebabkan low back pain, radicular pain, dan mielopati. Nyeri neuropati adalah hal yang paling sering dan penting dalam morbiditas pasien kanker. Nyeri pada pasien kanker dapat timbul dari kompresi tumor pada jaringan saraf atau kerusakan sistem saraf karena radiasi atau kemoterapi.(3-6)

Penyebab nyeri neuropatik yang paling sering : (3-5)
Nyeri neuropatik perifer
• Poliradikuloneuropati demielinasi inflamasi akut dan kronik
• Polineuropati alkoholik
• Polineuropati oleh karena kemoterapi
• Sindrom nyeri regional kompleks (complex regional pain syndrome)
• Neuropati jebakan (misalnya, carpal tunnel syndrome)
• Neuropati sensoris oleh karena HIV
• Neuralgia iatrogenik (misalnya, nyeri post mastektomi atau nyeri post thorakotomi)
• Neuropati sensoris idiopatik
• Kompresi atau infiltrasi saraf oleh tumor
• Neuropati oleh karena defisiensi nutrisional
• Neuropati diabetik
• Phnatom limb pain
• Neuralgia post herpetik
• Pleksopati post radiasi
• Radikulopati (servikal, thorakal, atau lumbosakral)
• Neuropati oleh karena paparan toksik
• Neuralgia trigeminus (Tic Doulorex)
• Neuralgia post traumatik

Nyeri neuropatik sentral
• Mielopati kompresif dengan stenosis spinalis
• Mielopati HIV
• Multiple sclerosis
• Penyakit Parkinson
• Mielopati post iskemik
• Mielopati post radiasi
• Nyeri post stroke
• Nyeri post trauma korda spinalis
• Siringomielia

IV. KLASIFIKASI
Klasifikasi nyeri neuropati terbagi menjadi 2, yakni berdasarkan penyakit yang mendahului dan letak anatomisnya, dan berdasarkan gejala.
Berdasarkan penyakit yang mendahului dan letak anatomisnya, nyeri neuropati terbagi menjadi :(6,8)

• Perifer, dapat diakibatkan oleh neuropati, nueralgia pasca herpes zoster, trauma susunan saraf pusat, radikulopati, neoplasma, dan lain-lain
• Medula spinalis, dapat diakibatkan oleh multiple sclerosis, trauma medula spinalis, neoplasma, arakhnoiditis, dan lain-lain
• Otak, dapat diakibatkan oleh stroke, siringomielia, neoplasma, dan lain-lain
Berdasarkan gejala, nyeri neuropati terbagi menjadi :
• Nyeri spontan (independent pain)
• Nyeri oleh karena stimulus (evoked pain)
• Gabungan antara keduanya.

V. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mendasari munculnya nyeri neuropati adalah: sensitisasi perifer, ectopic discharge, sprouting, sensitisasi sentral, dan disinhibisi. Perubahan ekspresi dan distribusi saluran ion natrium dan kalium terjadi setelah cedera saraf, dan meningkatkan eksitabilitas membran, sehingga muncul aktivitas ektopik yang bertanggung jawab terhadap munculnya nyeri neuropatik spontan (Woolf, 2004).(1,4,6)
Kerusakan jaringan dapat berupa rangkaian peristiwa yang terjadi di nosiseptor disebut nyeri inflamasi akut atau nyeri nosiseptif, atau terjadi di jaringan saraf, baik serabut saraf pusat maupun perifer disebut nyeri neuropatik. Trauma atau lesi di jaringan akan direspon oleh nosiseptor dengan mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti bradikinin, prostaglandin, histamin, dan sebagainya. Mediator inflamasi dapat mengaktivasi nosiseptor yang menyebabkan munculnya nyeri spontan, atau membuat nosiseptor lebih sensitif (sensitasi) secara langsung maupun tidak langsung. Sensitasi nosiseptor menyebabkan munculnya hiperalgesia. Trauma atau lesi serabut saraf di perifer atau sentral dapat memacu terjadinya remodelling atau hipereksibilitas membran sel. Di bagian proksimal lesi yang masih berhubungan dengan badan sel dalam beberapa jam atau hari, tumbuh tunas-tunas baru (sprouting). Tunas-tunas baru ini, ada yang tumbuh dan mencapai organ target, sedangkan sebagian lainnya tidak mencapai organ target dan membentuk semacam pentolan yang disebut neuroma. Pada neuroma terjadi akumulasi berbagai ion-channel, terutama Na+ channel. Akumulasi Na+ channel menyebabkan munculnya ectopic pacemaker. Di samping ion channel juga terlihat adanya molekul-molekul transducer dan reseptor baru yang semuanya dapat menyebabkan terjadinya ectopic discharge, abnormal mechanosensitivity, thermosensitivity, dan chemosensitivity (Devor and Seltzer, 1990). Ectopic discharge dan sensitisasi dari berbagai reseptor (mechanical, termal, chemical) dapat menyebabkan timbulnya nyeri spontan dan evoked pain.(1,4,6)

Lesi jaringan mungkin berlangsung singkat, dan bila lesi sembuh nyeri akan hilang. Akan tetapi, lesi yang berlanjut menyebabkan neuron-neuron di kornu dorsalis dibanjiri potensial aksi yang mungkin mengakibatkan terjadinya sensisitasi neuron-neuron tersebut. Sensitisasi neuron di kornu dorsalis menjadi penyebab timbulnya alodinia dan hiperalgesia sekunder. Dari keterangan di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa nyeri timbul karena aktivasi dan sensitisasi sistem nosiseptif baik perifer maupun sentral. (1,4,6)

Baik nyeri neuropatik perifer maupun sentral berawal dari sensitisasi neuron sebagai stimulus noksious melalui jaras nyeri sampai ke sentral. Bagian dari jaras ini dimulai dari kornu dorsalis, traktus spinotalamikus (struktur somatik) dan kolum dorsalis (untuk viseral), sampai talamus sensomotorik, limbik, korteks prefrontal dan korteks insula. Karakteristik sensitisasi neuron bergantung pada: meningkatnya aktivitas neuron; rendahnya ambang batas stimulus terhadap aktivitas neuron itu sendiri misalnya terhadap stimulus yang nonnoksious, dan luasnya penyebaran areal yang mengandung reseptor yang mengakibatkan peningkatan letupan-letupan dari berbagai neuron. Sensitisasi ini pada umumnya berasosiasi dengan terjadinya denervasi jaringan saraf akibat lesi ditambah dengan stimulasi yang terus menerus dan inpuls aferen baik yang berasal dari perifer maupun sentral dan juga bergantung pada aktivasi kanal ion di akson yang berkaitan dengan reseptor AMPA/kainat dan NMDA. Sejalan dengan berkembangnya penelitian secara molekuler maka ditemukan beberapa kebersamaan antara nyeri neuropatik dengan epilepsi dalam hal patologinya tentang keterlibatan reseptor misalnya NMDA dan AMPA dan plastisitas disinapsis, immediate early gene changes. Yang berbeda hanyalah dalam hal burst discharge secara paroksismal pada epilepsi sementara pada neuropatik yang terjadi adalah ectopic discharge. Nyeri neuropatik muncul akibat proses patologi yang berlangsung berupa perubahan sensitisasi baik perifer maupun sentral yang berdampak pada fungsi sistem inhibitorik serta gangguan interaksi antara somatik dan simpatetik. Keadaan ini memberikan gambaran umum berupa alodinia dan hiperalgesia. Permasalahan pada nyeri neuropatik adalah menyangkut terapi yang berkaitan dengan kerusakan neuron dan sifatnya ireversibel. Pada umumnya hal ini terjadi akibat proses apoptosis yang dipicu baik melalui modulasi intrinsik kalsium di neuron sendiri maupun akibat proses inflamasi sebagai faktor ekstrinsik. Kejadian inilah yang mendasari konsep nyeri kronik yang ireversibel pada sistem saraf. Atas dasar ini jugalah maka nyeri neuropatik harus secepat mungkin di terapi untuk menghindari proses mengarah ke plastisitas sebagai nyeri kronik. Neuron sensorik nosiseptif berakhir pada bagian lamina paling superfisial dari medula spinalis. Sebaliknya, serabut sensorik dengan ambang rendah (raba, tekanan, vibrasi, dan gerakan sendi) berakhir pada lapisan yang dalam. Penelitian eksperimental pada tikus menunjukkan adanya perubahan fisik sirkuit ini setelah cedera pada saraf. Pada beberapa minggu setelah cedera, terjadi pertumbuhan baru atau sprouting affreen dengan non noksious ke daerah-daerah akhiran nosiseptor. Sampai saat ini belum diketahui benar apakah hal yang serupa juga terjadi pada pasien dengan nyeri neuropati. Hal ini menjelaskan mengapa banyak kasus nyeri intraktabel terhadap terapi. Rasa nyeri akibat sentuhan ringan pada pasien nyeri neuropati disebabkan oleh karena respon sentral abnormal serabut sensorik non noksious. Reaksi sentral yang abnormal ini dapat disebabkan oleh faktor sensitisasi sentral, reorganisasi struktural, dan hilangnya inhibisi (Woolf, 2004). (1,4,6)

Nyeri neuropati merupakan nyeri yang dikarenakan adanya lesi pada sistem saraf perifer maupun pusat. Nyeri ini bersifat kronik dan mengakibatkan penurunan kualitas hidup penderita. Nyeri neuropati melibatkan gangguan neuronal fungsional dimana saraf perifer atau sentral terlibat dan menimbulkan nyeri khas bersifat epikritik (tajam dan menyetrum) yg ditimbulkan oleh serabut Aδ yg rusak, atau protopatik seperti disestesia, rasa terbakar, parestesia dengan lokalisasi tak jelas yang disebabkan oleh serabut C yang abnormal. Gejala-gejala ini biasa disertai dengan defisit neurologik atau gangguan fungsi lokal. (1,4,6)

Umumnya, lesi saraf tepi maupun sentral berakibat hilangnya fungsi seluruh atau sebagian sistim saraf tersebut, ini sering disebut sebagai gejala negatif. Akan tetapi, pada bagian kecil penderita dengan lesi saraf tepi, seperti pada penderita stroke, akan menunjukkan gejala positif yang berupa disestesia, parestesia atau nyeri. Nyeri yang terjadi akibat lesi sistem saraf ini dinamakan nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahuluhi atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf. (1,4,6)

Iskemia, keracunan zat tonik, infeksi dan gangguan metabolik dapat menyebabkan lesi serabut saraf aferen. Lesi tersebut dapat mengubah fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan normal dipertahankan secara aktif oleh keseimbangan antara neuron dengan lingkungannya. Gangguan yang terjadi dapat berupa gangguan keseimbangan neuron sensorik, melalui perubahan molekular, sehingga aktivitas serabut saraf aferen menjadi abnormal (mekanisme perifer) yang selanjutnya menyebabkan gangguan nosiseptik sentral. (1,4,6)

Pada nyeri inflamasi maupun nyeri neuropatik sudah jelas keterlibatan reseptor NMDA dalam proses sensitisasi sentral yang menimbulkan gejala hiperalgesia terutama sekunder dan alodinia. Akan tetapi di klinik ada perbedaaan dalam terapi untuk kedua jenis nyeri inflamasi sedangkan untuk nyeri neuropatik obat tersebut kurang efektif. Banyak teori telah dikembangkan untuk menerangkan perbedaan tersebut. (1,4,6)

Prinsip terjadinya nyeri adalah gangguan keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi akibat kerusakan jaringan (inflamasi) atau sistem saraf (neuropatik). Eksitasi meningkat pada kedua jenis nyeri tersebut pada neyeri neuropatik dari beberapa keterangan sebelumnya telah diketahui bahwa inhibisi menurun yang sering disebut dengan istilah disinhibisi. Disinhibisi dapat disebabkan oleh penurunan reseptor opioid di neuron kornu dorsalis terutama di presinap serabut C. (1,4,6)

VI. PENATALAKSANAAN
Obat-obatan yang banyak digunakan sebagai terapi nyeri neuropati adalah anti depresan trisiklik dan anti konvulsan karbamasepin.
• Anti depresan
Dari berbagai jenis anti depresan, yang paling sering digunakan untuk terapi nyeri neuropati adalah golongan trisiklik, seperti amitriptilin, imipramin, maprotilin, desipramin. Mekanisme kerja anti depresan trisiklik (TCA) terutama mampu memodulasi transmisi dari serotonin dan norepinefrin (NE). Anti depresan trisiklik menghambat pengambilan kembali serotonin (5-HT) dan noradrenalin oleh reseptor presineptik. Disamping itu, anti depresan trisiklik juga menurunkan jumlah reseptor 5-HT (autoreseptor), sehingga secara keseluruhan mampu meningkatkan konsentrasi 5-HT dicelah sinaptik. Hambatan reuptake norepinefrin juga meningkatkan konsentrasi norepinefrin dicelah sinaptik. Peningkatan konsentrasi norepinefrin dicelah sinaptik menyebabkan penurunan jumlah reseptor adrenalin beta yang akan mengurangi aktivitas adenilsiklasi. Penurunan aktivitas adenilsiklasi ini akan mengurangi siklik adenosum monofosfat dan mengurangi pembukaan Si-Na. Penurunan Si-Na yang membuka berarti depolarisasi menurun dan nyeri berkurang.(4,6-9)

• Anti konvulsan
Anti konvulsan merupakan gabungan berbagai macam obat yang dimasukkan kedalam satu golongan yang mempunyai kemampuan untuk menekan kepekaan abnormal dari neuron-neuron di sistem saraf sentral. Seperti diketahui nyeri neuropati timbul karena adanya aktifitas abnormal dari sistem saraf. Nyeri neuropati dipicu oleh hipereksitabilitas sistem saraf sentral yang dapat menyebabkan nyeri spontan dan paroksismal. Reseptor NMDA dalam influks Ca2+ sangat berperan dalam proses kejadian wind-up pada nyeri neuropati. Prinsip pengobatan nyeri neuropati adalah penghentian proses hiperaktivitas terutama dengan blok Si-Na atau pencegahan sensitisasi sentral dan peningkatan inhibisi. (4,6-9)

o Karbamasepin dan Okskarbasepin
Mekanisme kerja utama adalah memblok voltage-sensitive sodium channels (VSSC). Efek ini mampu mengurangi cetusan dengan frekuensi tinggi dari neuron. Okskarbasepin merupakan anti konvulsan yang struktur kimianya mirip karbamasepin maupun amitriptilin. Dari berbagai uji coba klinik, pengobatan dengan okskarbasepin pada berbagai jenis nyeri neuropati menunjukkan hasil yang memuaskan, sama, atau sedikit diatas karbamazepin, hanya saja okskarbasepin mempunyai efek samping yang minimal.
o Lamotrigin
Merupakan anti konvulsan baru untuk stabilisasi membran melalui VSCC, merubah atau mengurangi pelepasan glutamat maupun aspartat dari neuron presinaptik, meningkatkan konsentrasi GABA di otak. Khusus untuk nyeri neuropati penderita HIV, digunakan lamotrigin sampai dosis 300 mg perhari. Hasilnya, efektivitas lamotrigin lebih baik dari plasebo, tetapi 11 dari 20 penderita dilakukan penghentian obat karena efek samping. Efek samping utama lamotrigin adalah skin rash, terutama bila dosis ditingkatkan dengan cepat.
o Gabapentin
Akhir-akhir ini, penggunaan gabapentin untuk nyeri neuropati cukup populer mengingat efek yang cukup baik dengan efek samping minimal. Khusus mengenai gabapentin, telah banyak publikasi mengenai obat ini diantaranya untuk nyeri neuropati diabetika, nyeri pasca herpes, nyeri neuropati sehubungan dengan infeksi HIV, nyeri neuropati sehubungan dengan kanker dan nyeri neuropati deafferentasi. Gabapentin cukup efektif dalam mengurangi intensitas nyeri pada nyeri neuropati yang disebabkan oleh neuropati diabetik, neuralgia pasca herpes, sklerosis multipel dan lainnya. Dalochio, Nicholson mengatakan bahwa gabapentin dapat digunakan sebagai terapi berbagai jenis neuropati sesuai denngan kemampuan gabapentin yang dapat masuk kedalam sel untuk berinteraksi dengan reseptor α2β yang merupakan subunit dari Ca2+-channel.






DAFTAR PUSTAKA

1. Purba JS. Penggunaan Obat Antiepilepsi sebagai terapi Nyeri Neuropatik. [serial online] Oktober 2006 [cited 2008 February 8] : [3 screens]. Available from: URL: http://www.dexa-medica.com

2. Meliala L, Pinzon R. Breakthrough in Management of Acute Pain. [serial online] Oktober 2007 [cited 2008 February 2008] : [4 screens]. Available from: URL : http://www.dexa-medica.com

3. Nicholson B. Differential Diagnosis: Nociceptive and Neuropathic Pain. The American Journal of Managed Care. Juni 2006. p256-61.

4. Argoff CE. Managing Neuropathic Pain: New Approaches For Today's Clinical Practice. [online] 2002 [cited 2008 February 8] : [31 screens]. Available from: URL : http://www.medscape.com/viewprogram/2361.htm

5. Romanoff ME. Neuropathic Pain. In: Ramamurthy S, Alanmanou E, Rogers JN. Decision Making in Pain Management. 2nd ed. Philadelphia: Mosby, 2006: p86-89

6. Richeimer S. Understanding neuropathic pain. [online] 2007 [cited 2008 February 8] : [6 screens]. Available from URL : http://www.spineuniverse.com

7. Suzuki R, Dickenson A. Neuropathic pain. [serial online] 2003 Maret 3 [cited 2008 February 8]: [3 screens]. Available from: URL: http://www.chemistanddruggist.com


8. Beydoun A. Symptomatic treatment of neuropathic pain: a focus on the role of anticonvulsants. [online] April 2001 [cited 2008 Februari 2008] : [20 screens]. Available from: URL : http://www.medscape.com/viewprogram/220.htm

9. Zeltzer L. The use of topical analgesics in the treatment of neuropathic pain:
mechanism of action, clinical efficacy, and psychologic correlates. [online] 2004 [cited 2008 Februari 8] : [2 screens]. Available from: URL: http://www.medscape.com

Template by:

Free Blog Templates