Tuesday, September 25, 2012

UJI STATISTIK NON PARAMETRIS

 



PARAMETER

  • Parameter adalah ukuran2 dalam populasi (μ (mu) = rata2, σ (sigma) = simpangan baku, σ 2 = varians, ρ (rho) = koefisien korelasi)
  • Statistik adalah ukuran2 dalam sample (x = rata2, s = simpangan baku, s 2 = varians, r = koefisien korelasi)



MACAM STATISTIK

  • Statistik dibagi 2: parametris dan non parametris
  • Jika datanya interval rasio, distribusi data normal dan jumlah data besar (>30) digunakan statistik parametris
  • Jika datanya nominal/ordinal, atau distribusi data tidak normal (bebas), atau jumlah data kecil (< 30) digunakan statistik non parametris SYARAT UJI STATISTIK PARAMETRIS Skala data interval atau rasio Data berdistribusi normal Pada uji t dan uji F untuk dua sample atau lebih, kedua sample harus dari populasi yang mempunyai varians sama Jumlah data besar (>30)



STATISTIK NON PARAMETRIS

  1. Data: nominal atau ordinal
  2. Uji data nominal: Test Binomial, Chi Kuadrat (χ2)
  3. Uji data ordinal: Run Test



TEST BINOMIAL

  • Syarat:

  1. Populasi terdiri 2 klas (misal: pria dan wanita)
  2. Data Nominal
  3. Jumlah sampel kecil (<25)

  • Distribusi data Binomial (terdiri 2 kelas): kelas dengan kategori (x) dan kelas dengan ketegori (n-x) Ketentuan: bila harga P > α , Ho diterima
  • P = proporsi kasus (lihat tabel)
  • α = taraf kesalahan ( 1% = 0,01)


  • Contoh: penelitian tentang kecenderungan Bumil memilih tempat bersalin di Polindes atau di Puskesmas. Jumlah sampel 24 Bumil, 14 Bumil memilih di Polindes, 10 Bumil memilih di Puskesmas

  • Ho = peluang Bumil memilih tempat bersalin di Polindes atau Puskesmas adalah sama, yaitu 50%

  • Ho = p1 = p2 = 0,5


  • Sampel (n) = 24
  • Frekuensi kelas terkecil (x) = 10
  • Tabel (n=24, x=10) . koefisien binomial (p) = 0,271
  • Bila taraf kesalahan (α) ditetapkan 1% = 0,01
  • p = 0,271 > 0,01 . Ho diterima
  • Kesimpulan: kemungkinan Bumil memilih tempat bersalin di Polindes atau di Puskesmas adalah sama yaitu 50 %

SPSS BINOMIAL



Hipotesis:

  • Ho = populasi hasil sama dengan populasi yang dihipotesiskan
  • H1 = populasi hasil tidak sama dengan populasi yang dihipotesiskan



Pengambilan keputusan

  • Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
  • Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak



SPSS BINOMIAL Foto



CHI KUADRAT (χ2)

  • Syarat: Populasi terdiri dari 2 atau lebih kelas, Data Nominal, Sampelnya besar
  • Ho = “Peluang memilih x atau y adalah sama besar yaitu 50%”
  • Ketentuan: Ho diterima jika χ2 hitung < χ2 tabel (dengan dk dan taraf kesalahan tertentu) dk = kebebasan untuk menentukan frekuensi yang diharapkan, jika peluangnya 2 (x atau y) maka dk =1

  • Penelitian peluang Bumil memilih periksa ANC di Bidan P2B dan Bidan D3. Jumlah sampel 300 Bumil, memilih Bidan P2B 200 orang, memilih Bidan D3 100 orang

  • Ho = “Peluang Bumil memilih periksa ANC di Bidan P2B dan Bidan D3 adalah sama (50%)”
  • Jika dk = 1, α = 5% , χ2 tabel = 3,841, dan χ2 hitung = 33,33

  • Kesimpulan: Ho ditolak



  • Penelitian tentang warna sepatu dipilih Bidan. Jumlah sampel 3000 Bidan, 1000 warna hitam, 900 warna putih, 600 coklat, 500 warna lain

  • Ho =“Peluang Bidan memilih empat warna sepatu adalah sama”

  • Jika dk = 3, α = 5% , χ2 tabel = 7,815, dan χ2 hitung = 226,67

  • Kesimpulan: Ho ditolak



HASIL SPSS CHI SQUARE

  • Dasar pengambilan keputusan

  1. Jika Chi-Square hitung < Chi-Square tabel → Ho diterima
  2. Jika Chi-Square hitung > Chi-Square tabel → Ho ditolak


  • Melihat angka probabilitas

  1. Probabilitas > 0,05 → Ho diterima
  2. Probabilitas < 0,05 → Ho ditolak



HASIL SPSS CHI SQUARE






RUN TEST

  • Untuk mengukur urutan suatu kejadian random atau tidak (pada data ordinal)
  • Caranya dengan memperhatikan jumlah “run”
  • Run adalah kejadian yang berurutan
  • Misal: @ = puas, # = tidak puas Contoh: @@@ ## @ ### @@ # @@ = 7 run
  • Ho = “Urutan kepuasan dalam pelayanan … adalah random”
  • Ketentuan: Ho diterima jika r observasi berada diantara r kecil (tabel) dan r besar (tabel)



HASIL SPSS RUN TEST

  • Hipotesis Ho: ketidak puasan bersifat random H1: ketidak puasan bersifat tidak random Pengambilan Keputusan Probabilitas > 0,05 → Ho diterima
  • Probabilitas < 0,05 → Ho ditolak



HASIL SPSS RUN TEST






UJI HIPOTESIS DESKRIPTIF








UJI HIPOTESIS ASOSIASI






UJI HIPOTESIS KOMPARASI





HASIL SPSS MANN-WHITNEY

  • Uji dua sample
  • Tipe data: Nominal dan Ordinal
  • Tipe interval/ratio, namun data distribusi tidak normal

  • Dasar pengambilan keputusan

  1. Dengan membandingkan angka z hitung dan z tabel Jika z hitung < z tabel → Ho diterima Jika z hitung > z tabel → Ho diterima
  2. Melihat angka probabilitas

  • Probabilitas > 0,05 → Ho diterima
  • Probabilitas < 0,05 → Ho ditolak



HASIL SPSS MANN-WHITNEY

 
HASIL SPSS WILCOXON
  • Uji dua sample berpasangan
  • Data skala Nominal atau Ordinal
  • Data skala Interval atau Ratio, namun berdistribusi tidak normal

HASIL SPSS WILCOXON
HASIL SPSS FRIEDMEN
  • Uji n Sample Berhubungan
  • Data skala Nominal atau Ordinal
  • Data skala Interval atau Ratio, namun berdistribusi tidak normal
  • Jumlah data kecil (< 30)

HASIL SPSS SPEARMAN


HASIL SPSS KENDALL
 
 
 

KONSEP DOKUMENTASI KEPERAWATAN

 


2.1    Dokumentasi Keperawatan
2.1.1        Pengertian Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah pengumpulan, penyimpanan dan desiminasi informasi guna mempertahankan sejumlah fakta yang penting secara terus – menerus pada suatu waktu, terhadap sejumlah kejadian (Fisbach, 1991). Pendapat lain menjelaskan bahwa dokumentasi adalah suatu catatan kegiatan yang dapat dipergunakan untuk mengungkapakn suatu fakta yang aktual dan dapat dipertanggung jawabkan (Keliat, 1990). Dan menurut Setyowaty dan Kemala Rita dijelaskan bahwa dokumentasi keperawatan merupakan bukti pelayanan keperawatan profesional, karena dengan dokumentasi semua aspek baik pengobatan dan perawatan yang dilakukan oleh tim kesehatan tertulis dengan teratur sehingga dapat membuat gambaran kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan (Jurnal Keparawatan vol. II, No. 5, 1998)
Dari pengertian – pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dokumentasi keperawatan merupakan suatu bukti pelayanan keperawatan yang berisi kegiatan pencatatan, pelaporan yang otentik dan penyimpanan semua kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan klien yang dapat dipergunakan untuk mengungkapakan suatu fakta aktual dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.1.2        Tujuan Dokumentasi Keperawatan
Menurut Doenges (1998) tujuan sistem dokumentasi adalah untuk :
1.      Memfasilitasi pemberian perawatan pasien yang berkualitas.
2.      Memastikan dokumentasi kemajuan yang berkenaan dengan hasil yang berfokus pada pasien.
3.      Memfasilitasi konsitensi antar disiplin dan komunikasi tujuan dan kemajuan pengobatan.
Sedangkan menurut Carpenito (1999) tujuan dari dokumentasi keperawatan secara administratif adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mendefinisikan fokus keperawatan bagi klien atau kelompok.
2.      Untuk membedakan tanggung gugat perawat dari tanggung gugat tim pelayanan kesehatan lain.
3.      Untuk memberikan kriteria penelaahan dan pengevaluasian asuhan (perbaikan kualitas).
4.      Untuk memberikan kriteria klasifikasi pasien.
5.      Untuk memberikan justifikasi terhadap reimbursemen
6.      Untuk memberikan data untuk tinjauan administratif dan legal
7.      Untuk memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan profesional.
8.      Untuk memberikan data penelitian dan tujuan pendidikan.

Serta menurut Nursalam (2001) tujuan utama dari pendokumentasian adalah :
1.      Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan.
2.      Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etik. Hal ini juga menyediakan :
a.       Bukti kualitas asuhan keperawatan.
b.      Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggung – jawaban kepada klien.
c.       Informasi terhadap perlindungan individu.
d.      Bukti aplikasi standar praktek keperawatan.
e.       Sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan.
f.       Pengurangan biaya informasi.
g.      Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan.
h.      Komunikasi konsep resiko tindakan keperawatan.
i.        Informasi untuk siswa / mahasiswa.
j.        Persepsi hak klien.
k.      Dokumentasi untuk tenaga profesional dan tanggung jawab etik dan mempertahankan kerahasiaan informasi klien.
l.        Suatu data keuangan yang sesuai.
m.    Data perencanaan pelayanan kesehatan di masa yang akan datang.

2.1.3        Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
Menurut Nursalam (2001), dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek :
1.      Hukum.
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum.
2.      Jaminan Mutu (Kualitas Pelayanan).
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberi kemudahan bagi perawat dalam membantu masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauhmana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
3.      Komunikasi.
Dokumentasi dapat dijadikan alat komunikasi antara tenaga perawat atau tenaga kesehatan lain.



4.      Keuangan.
Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan, dicatat dengan lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi klien.
5.      Pendidikan.
Karena isi dari dokumentasi keperaeatan menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau obyek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
6.      Penelitian.
Data yang terdapat di dalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
7.      Akreditasi.
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepad klien.

2.1.4        Dasar Hukum Pendokumentasian Keperawatan
Dasar hukum yang dipakai di Indonesia sebagai landasan dalam pentingnya pembuatan dokumentasi keperawatan adalah :
1.      SK Menkes No. 436/MENKES/SK/VI/1993  tentang standar pelayanan rumah sakit.
2.      SK Dirjen Yanmed No. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1992 tentang Standar Asuhan Keperawatan.
3.      Undang Undang No. 23 tahun 1992  tentang kesehatan pasal 53 ayat 1 yang mencantumkan tentang hak memperoleh perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan dan ayat 2 tentang perlindungan / melindungi hak pasien.
4.      Undang Undang No. 8 tahun 1999 yang efektif diberlakukan mulai tanggal 21 April 2000 tentang perlindungan konsumen, yang didalamnya terdapat hak dan kewajiban konsumen.
5.      KEPMENKES No. 1239/Menkes/SK/XI/2001  tentang registrasi dan praktik perawat.

2.1.5        Fungsi Dokumentasi
Dokumentasi bukan hanya syarat untuk akreditasi, tetapi juga syarat hukum di tatanan perawatan kesehatan. Dari fokus keperawatan, dokumentasi memberikan catatan tentang proses keperawatan untuk memberikan perawatan pasien secara individual (Doenges, 1998). Pendokumentasian dimulai dari pengkajian, identifikasi masalah, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi rencana perawatan dan evaluasi yang semua dicatat dalam catatan perkembangan / kemajuan. Catatan kemajuan / perkembangan adalah :
1.      Komunikasi staf
Staf dan shift berikutnya harus mengetahui apa yang telah terjadi dengan pasien selama shift sebelumnya agar dapat membuat penilaian yang tepat  mengenai penanganan pasien. Disini peran perawat berada dalam posisi yang unik karena sebagai disamping memberikan informasi kepada sesama kolega juga pada profesi lain disamping kepada pasien itu sendiri tentang apakah intervensi yang telah dilakukan dapat dihentikan atau revisi, atau dibuat yang baru, tergantung dari informasi yang dikumpulkan.
2.      Evaluasi.
Peninjauan kemajuan pasien dan efektifan rencana pengobatan yang periodik dilakukan oleh perawat dan atau team pengobatan. Evaluasi kemajuan pasien dapat didokumentasikan pada rencana perawatan dan atau pada catatan kemajuan.
3.      Pemantauan Hubungan
Hubungan yang diharapkan adalah hubungan terapeutik antara perawat dan pasien merup[akan alat yang digunakan oleh perawat untuk membantu pasien membangun kemampuannya.
4.      Pembayaran Kembali (Reimbursement).
Pembayaran pihak ketiga meminta dengan tegas bahwa mengapa, kapan, dimana, bagaimana, apa dan siapa dari pelayanan didokumentasikan dengan jelas agar pihak ketiga dapat meneruskan pendanaan pembiayaan bagi pasien yang sakit / dirawat. Oleh karena itu catatan kemajuan harus mencatat observasi yang signifikan tentang apa yang terjadi, penanganan, dan pemulihan, obat – obatan, peralatana yang digunakan, dan informasi yang berhubungan lainnya juga perlu dicatat.
5.      Dokumentasi Legals
Dalam masyarakat yang melek hukum, untuk menghindari ancaman kasus tuntutan malpraktik atau kelalaian sangat penting untuk didokumentasikan sehingga dapat sebagai dokumentasi legal.
6.      Akreditasi.
Pendokumentasian harus di tulis secara lengkap dan akurat sehingga dapat digunakan sebagai syarat untuk lisensi atau akreditasi
7.      Pelatihan dan Pengawasan.

2.1.6        Dokumentasi Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan disebut juga sebagai suatu pendekatan problem solving. Memerlukan ilmu; tehnik dan ketrampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien / keluarga. Carpenito(1999) menguraikan sistem dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa komponen. Sebagian besar komponen terutama memfokuskan pada pendokumentasian sebagai berikut: a. pengkajian keperawatan, b. diagnosa keperawatan, c. perencanaan keperawatan, d. pelaksanaan keperawatan, e. evaluasi keperawatan.
2.1.7        Standar Dokumentasi
Komponen dan kriteria standar dokumentasi keperawatan yang mengacu pada standar asuhan keperawatan Departemen Kesehatan tahun 1994, sebagai berikut :
1.      Standar Pengkajian Data Keperawatan.
Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
a.       Pengumpulan data, dengan kriteria : kelengkapan data, sistematis, menggunakan format, aktual dan valid.
b.      Pengelompokan data, dengan kriteria : data biologis, data psikologis sosial dan spiritual.
c.       Perumusan masalah, dengan kriteria : kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi keluarga.
2.      Diagnosa Keperawatan.
Kriteria – kriteria yang ada dalam diagnosa keperawatan :
a.       Status kesehatan dibandingkan dengan norma untuk menentukan kesenjangan.
b.      Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan klien.
c.       Diagnosa keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang.
d.      Komponen diagnosa keperawatan terdiri dari masalah, penyebab dan tanda / gejala atau terdiri dari masalah dan penyebab.
e.       Diagnosa keperawatan aktual untuk perumusan status kesehatan klien yang sudah nyata terjadi.
f.       Diagnosa keperawatan potensial untuk perumusan status kesehatan klien yang kemungkinan akan terjadi, apabila dilakukan upaya pencegahan.
3.      Standar Perencanaan Keperawatan.
Komponen perencanaan keperawatn, meliputi :
a.       Prioritas masalah, dengan kriteria : masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama, masalah yang mengancam kesehatan prioritas kedua, masalah yang mempengaruhi perilaku prioritas ketiga.
b.      Tujuan asuhan keperawatan, dengan kriteria : tujuan dirumuskan secara singkat dan jelas, disusun berdasarkan diagnosa keperawatan, dapat diukur, realistik, menggunakan komponen yang terdiri dari subyek, perilaku klien, kondisi klien dan kriteria tujuan.
c.       Rencana tindakan, kriteria : disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan, merupakan alternatif tindakan secara tepat, melibatkan klien / keluarga, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien, disusun dengan mempertimbangkan  lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, berupa kalimat instruksi, ringkas tegas dan menggunakan formulir yang baku.
4.      Standar Implementasi Keperawatan.
Kriteria standar implementasi keperawatan :
a.       Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
b.      Mengamati keadaan bio – psiko – sosio – dan spiritual klien.
c.       Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada klien / keluarga.
d.      Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
e.       Menggunakan sumber daya yang ada.
f.       Menunjukkan sikap yang sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan klien dan keluarga.
g.      Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan.
h.      Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik.
i.        Menerapkan etika keperawatan.
j.        Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan mengutamakan keselamatan klien.
k.      Mencatat semua tindakan yang dilakukan.
l.        Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan.
5.      Standar Evaluasi.
Kriteria standar evaluasi :
a.       Pengkajian ulang diarahkan pada tercapainya tujuan atau tidak.
b.      Prioritas dan tujuan ditetapkan serta pendekatan keperawatan lebih lanjut dilakukan dengan tepat dan akurat.
c.       Tindakan keperawatan yang baru ditetapkan dengan cepat dan tepat.

2.1.8        Prinsip – Prinsip Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Potter dan Perry (1989) memberikan panduan sebagai petunjuk cara pendokumentasian dengan benar, yaitu :
1.      Jangan menghapus menggunkan tipe – X atau mencoret tulisan yang salah ketika mencatat, cara yang benar dengan menggunakan garis pada tulisan yang salah, kata yang salah lalu diparaf kemudian tulis catatan yang benar.
2.      Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien maupun tenaga kesehatan lain, karena bisa menunjukkan perilaku yang tidak profesional atau asuhan keperawatan yang tidak bermutu.
3.      Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis diikuti dengan kesalahan tindakan.
4.      Catat hanya fakta, catatan harus akurat dan reliable pastikan apa yang ditulis adalah fakta, jangan berspekulasi atau menulis perkiraan saja.
5.      Jangan biarkan bagian kosong pada akhir catatan perawat, karena orang lain dapat menambahkan informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tadi. Untuk itu buat garis horozontal sepanjang area yang kosong dan bubuhkan tanda tangan di bawahnya.
6.      Semua catatan harus bisa dibaca, ditulis dengan tinta dan menggunakan bahasa yang lugas.
7.      Jika perawat menanyakan suatu instruksi, catat bahwa perawat sedang mengklarifikasi karena jika perawat melakukan tindakan diluar batas kewenangannya dapat di tuntut.
8.      Tulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya.
9.      Hindari penggunaan tulisan yang bersifat umum (kurang spesifik) karena informasi yang spesifik tentang kondisi klien atas kasus bisa secara tidak sengaja terhapus jika informasi bersifat terlalu umum, oleh karena itu tulisan harus secara lengkap, singkat, padat dan obyektif.
10.  Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan tanda tangani setiap selesai menulis dokumentasi. Dengan demikian dokumentasi keperawatan harus bersifat obyektif, komprehensif, akurat dan menggambarkan keadaan klien serta apa yang terjadi pada dirinya.
2.1.9        Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Dokumentasi
Baik tidaknya mutu dokumentasi proses keperawatan sangat dipengaruhi oleh unsur masukan, proses pencatatan dan lingkungan dari institusi yang bersangkutan (Azrul Azwar, 1986) :
1.      Unsur Masukan.
a.       Tenaga Perawat (Sumber Daya Manusia)
Pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan sangat diperlukan dalam meningkatkan mutu dokumentasi, yaitu ketrampilan dalam berkomunikasi, ketrampilan untuk dapat memenuhi standar dokumentasi dan ketrampilan dalam mencatat proses keperawatan (Nursalam, 2001). Disamping itu diperlukan juga motivasi perawat dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan, karena masih banyak perawat yang tidak menyukai tentang pencatatan dokumentasi keperawatan (Capernito, 1995).
b.      Format Dokumentasi.
Menurut Capernito (1995) bahwa format dokumentasi masih banyak ragamnya, dalam pencatatan perawat merasa rumit dan banyak memakan waktu. Maka dalam pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan diperlukan sistem dokumentasi yang efisien, komprehensif dapat mendokumentasikan lebih banyak data dalam waktu yang lebih sedikit dan sesuai standar yang berlaku.


2.      Unsur Proses.
Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan yang meliputi aspek dokumentasi, yaitu : pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi, yang harus dilaksanakan secara terus menerus sampai tujuan berhasil. Sedangkan kendala dalam pelaksanaan dokumentasi adalah kemapuan perawat dalam mendokumentasikan proses keperawatan. Disini dipengaruhi oleh beban kerja dan motivasi kerja perawat (Capernito, 1995).

3.      Unsur lingkungan.
Unsur lingkungan yang dimaksud disini adalah kebijakan organisasi dan manajemen institusi atau rumah sakit yang melaksanakan dokumentasi proses keperawatan. Apabila ketiganya tidak saling mendukung, maka sulit diharapkan akan mendapatkan hasil dokumentasi proses keperawatan yang baik (Azrul Azwar, 1996).

2.1.10    Karakteristik data dalam Pendokumentasian
1.      Lengkap.
Seluruh data yang diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien dicatat dengan terperinci (Nursalam, 2001). Data yang terkumpul harus lengkap, guna membantu mengatasi masalah klien yang adequat.
2.      Akurat dan Nyata.
Dalam pengumpulan data ada kemungkinan terjadi salah paham. Untuk mencegah hal tersebut, maka perawat harus berfikir akurasi dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang telah didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang sekiranya meragukan.
3.      Relevan.
Pencatatan data yang komprehensif biasanya banyak sekali data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk mengidentifikasi. Kondisi yang seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data komprehensif tetapi singkat dan jelas. Mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah klien yang merupakan data fokus terhadap klien sesuai dengan situasi khusus.

2.1.11    Trens dan Perubahan yang Berdampak terhadap Dokumentasi
Trens dan perubahan yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap dokumentasi keperawatan dan masalah – masalah kegiatan pencatatan oleh perawat dalam melaksanakan kegiatan sehari – hari. Masalah yang timbul perlu diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum penyelesaian masalah yang dapat ditemukan dalam dokumentasi. Masalah – masalah dokumentasi dan perubahan yang mempengaruhi pentingnya pendokumentasian keperawatan sebagai berikut :
1.      Praktik Keperawatan.
Dengan terjadinya perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peran perawat dalam praktik keperawatan profesional juga mengalami perubahan. Revisi atau perubahan tersebut meliputi penemuan kasus penyakit yang baru, pendidikan kesehatan, konseling dan intervensi keperawatan dan medis terhadap respon klien aktual atau potensial. Perubahan lain adalah pengobatan oleh dokter atau tim kesehatan lainnya, kerjasama dengan tim kesehatan, serta metode pemberian pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut berdampak terhadap kegiatan pencatatan keperawatan.
2.      Lingkup Praktik Keperawatan.
Perubahan dalam lingkup praktik keperawatan, berdampak terhadap pendokumentasian. Dengan berkembangnya lingkup praktik keperawatan berdasarkan trens praktik keperawatan di Indonesia, persyaratan akreditasi, peraturan pemerintah, perubahan sistem pendidikan keperawatan, meningkatnya masalah klien yang semakin kompleks, serta meningkatnya praktik keperawatan secara mandiri dan kolaborasi, maka persyaratan pencatatan keperawatan harus sesuai. Akibatnya data yang masuk harus semakin lengkap dan tajam sebagai manifestasi bukti dasar lingkup wewenang dan pertanggung jawaban. Kemampuan perawat sering disamakan dengan kemampuan dalam membuat keputusan dan kegiatan lainnya yang dapat dilihat pada dokumentasi.
3.      Data Statistik Keperawatan.
Pencatatan yang lengkap dan akurat sangat bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, data statistik yang sangat bermanfaat dalam penelitian atau pengembangan peleyanan serta penentuan jasa pelayanan.
4.      Intensitas Pelayanan Keperawatan dan Kondisi Penyakit.
Pencatatan yang lengkap dan akurat tentang tingkat keparahan penyakit dan tipe atau jumlah tindakan yang diperlukan dapat sebagai dasar pertimbangan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan kasus yang sama dan perkiraan pembiayaan yang diperlukan.
5.      Keterampilan Keperawatan.
Tren meningkatnya justifikasi perawat dalam akurasi perumusan masalah dan tindakan keperawatan padapendekatan proses keperawatan, terutama perubahan keadaan klien yang cepat akan sangat bermanfaat dalam pencatatan.
6.      Konsumen
Trens dan perubahan penggunaan layanan kesehatan oleh konsumen berpengaruh terhadap pendokumentasian. Waktu rawat inap yang pendek, biaya yang terjangkau dan adanya home care bagi klien yang tidak memerlukan perawatan maksimal merupakan trens perubahan pelayanan di masa depan. Perubahan tersebut memerlukan suatu pembenahan tentang pencatatan yang lengkap dan akurat khususnya waktu klien masuk rumah sakit, tingkat asuhan keperawatan dan keahlian dalam pemberian pelayanan.

7.      Biaya.
Trens dan perubahan biaya layanan berdampak terhadap pendokumentasian. Pencatatan yang baik akan memberikan gambaran tentang pengeluaran biaya yang harus ditanggung oleh klien.
8.      Kualitas Asuransi dan Ausit Keperawatan.
Pendokumentasian juga dipengaruhi oleh prosedur kendali mutu, terutama tentang audit catatan pelayanan kesehatan. Data tentang keadaan klien sebelum masuk RS, pertanyaan dan wawancara dengan klien merupakan sumber utama audit data.
9.      Akreditasi Kontrol.
Perubahan tentang standar pelayanan kesehatan yang disusun oleh institusi yang berwenang, membawa pengaruh terhadap pendokumentasian. Institusi pelayanan harus mengikuti dan menyesuaikan aturan pendokumentasian yang berlaku.
10.  Coding dan Klasifikasi.
Trens tentang klasifikasi tingkat ketergantungan klien berdampak terhadap pendokumentasian. Pada waktu dulu klasifikasi klien hanya didasarkan pada diagnosa medis, pelayanan klinik atau tipe pelayanan. Saat ini dalam keperawatan, klien diklasifikasikan berdasar Diagnosis Related group. Sedang informasi tentang daftar kode memberikan gambaran kebutuhan klien, asuhan yang telah diterima harus ada di catatan keperawata.
11.  Prospektif Sistem Pembayaran.
Trens dan perubahan dalam sistem pembayaran berdampak terhadap dokumentasi. Prospektif pembayaran merujuk pada sistem pembayaran terhadap asuhan keperawatan yang diterima oleh semua klien khususnya pada waktu klien masuk rumah sakit.
12.  Resiko Tindakan.
Ketergantungan terhadap dokumentasi yang komprehensif berarti mengurangi dan mencegah terjadinya  faktor resiko manajemen atau pengelolaan. Manajemen resiko adalah pengukuran keselamatan klien untuk melindungi klien dan profesi keperawatan aspek legal serta melindungi perawat dari tindakan kelalaian. Manajemen resiko ditekankan pada keadaan klien yang mempunyai resiko terjadinya perlukaan atau kecacatan. Pencatatan yang penting meliputi ; catatan tentang kejadian, perintah verbal atau nonverbal, infomed concent, dan catatan penolakan klien terhadap tindakan.

DAFTAR PUSTAKA


Azwar, A (1996). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Carpenito, L.J. (1999) Rencana asuhan & dokumentasi keperawatan. Terjemahan. Edisi ke-2. EGC. Jakarta. (11 – 12, 23, 24, 29, 32)

Departemen Kesehatan (1998). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1596 / Menkes / per II / 1998. Depkes RI. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2001). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di rumah sakit. Depkes RI. Jakarta.

Doenges, M.E. (1998). Penerapan Proses Keperawatan & Diagnosa Keperawatan. Terjemahan. Edisi ke-2. EGC. Jakarta (135 – 139)

Doenges, M.E. (1999). Rencana asuhan keperawatan ; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Terjemahan. Edisi ke-3. EGC. Jakarta (6 – 10, 36)

Fisbach (1991). Documenting Care Comunication, The Nursing Process and Documenting & Tandort. Davis Company. USA (99)

Nursalam (2001). Proses dan dokumentasi Keperawatan. Konsep dan Praktik. Salemba Medika. Jakarta (17 – 30, 77 – 88, 134 - 135)

Nursalam (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Salemba Medika. Jakarta (135 – 185)

Nursalam (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta (55 – 133)



 

 chatting dapat duit DOLAR LAGI DUITNYA, JIKA MAU KLIK SAJA JANGAN RAGU

SAP (SATUAN ACARA PEMBELAJARAN) STIKES KENDAL HIV / AIDS






































Oleh :
Mukhamad rif’an











SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (PSIK)
2009-2010

SATUAN PEMBELAJARAN

Mata  Ajar                         

Pokok Bahasan               

Sub Pokok Bahasan        

Sasaran      


Hari/Tanggal                  

Waktu                               
: Pencegahan Penyakit Menular

: HIV / AIDS

: Pencegahan Penyakit HIV / AIDS

: Anggota POKJAKES RW II, Kelurahan Wiyung, Surabaya.

 :                           2002

:                            ( teori )

 


I.                   ANALISIS SITUASI
a.      Peserta Pelatihan
Sasaran pelatihan adalah anggota POKJAKES, RW II kelurahan Wiyung kota, Surabya, berjumlah 20 orang.
Peserta didik telah memiliki pengetahuan  :
-         Membaca dan menulis.
b.      Ruang Kuliah
-         Balai RW II, Kelurahan Wiyung.
-         Cukup luas dan memadai
-         Penerangan dan ventilasi cukup memadai
-         Prasarana yang tersedia dikelas : Flip chart, OHP.
c.       Pengajar
Staf pengajar Pelatihan POKJAKES


II.                TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah mengikuti proses pembelajaran diharapkan peserta Pelatihan mampu menerapkan konsep pencegahan Penyakit HIV/AIDS.

III.             TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Setelah mengikuti proses Pelatihan diharapkan peserta didik mampu:
1.              Menjelaskan pengertian penyakit HIV/AIDS
2.              Menyebutkan penularan Penyakit HIV/AIDS
3.              Menjelaskan cara pencegahan penyakit HIV/AIDS
4.              Memberikan penyuluhan cara pencegahan penyakit HIV/AIDS

IV.             MATERI
1.      Pengertian HIV/AIDS
2.      Jumlah penderita HIV/AIDS dunia  menurut WHO
3.      Bagaimana cara penularan HIV/AIDS ?
4.      Apakah saya beresiko tertular penyakit HIV/AIDS ?
5.      Apakah HIV/AIDS bisa sembuh?
6.      Apa yang terjadi jika seseorang tertular HIV/AIDS ?
7.      Apa yang harus dilakukan bila tertular penyakit HIV/AIDS ?
8.      Bagaimana cara mencegahan penularan penyakit HIV/AIDS ?

V.                METODE
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab

VI.               KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
TAHAP WAKTU
KEGIATAN
Pengajar
Peserta Pelatihan
Persiapan
5  menit


F      Menyiapkan ruangan
F      Menanyakan kepada Peserta pelatihan tentang pengertian HIV/AIDS
F      Menjawab pertanyaan


Pelaksanaan
35 Menit















Menjelaskan :
F      Pengertian HIV/AIDS
F      Jumlah penderita HIV/AIDS dunia  menurut WHO
F      Bagaimana cara penularan HIV/AIDS ?
F      Apakah saya beresiko tertular penyakit HIV/AIDS ?
F      Apakah HIV/AIDS bisa sembuh?
F      Apa yang terjadi jika seseorang tertular HIV/AIDS ?
F      Apa yang harus dilakukan bila tertular penyakit HIV/AIDS ?
F      Bagaimana cara mencegahan penularan penyakit HIV/AIDS?
F      Mendengar-kan dan memperhati-kan Penjelasan













Penutup
10 menit
F      Memberi umpan balik terhadap penjelasan HIV/AIDS
F      Memberi kesempatan pada Peserta pelatihan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas.
F      Memberi jawaban atas pertanyaan Peserta pelatihan.

F      Memperhati-kan
F      Mengajukan pertanyaan


F      Memperhatika


VII.          MEDIA/ ALAT
1.      Flip chart
2.      OHP
3.      Transparansi

VIII.       EVALUASI
1.      Prosedur  : Evaluasi dilakukan setelah selesai pelatihan.
2.      Jenis tes                : Praktek penyuluhan
3.      Waktu                  : 30  menit





IX.              PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penyakit HIV/AIDS merupakan pengakit menular melalui kontak langsung. Anggota POKJAKES perlu dibekali pengetahuan tentang pengakit ini dn cara pencegahannya.
B.     Saran
1.      Setelah mendapatkan pengetahuan mengenai Penyakit HIV/AIDS dan konsep penularan dan pencegahan, peserta pelatihan dapat menerapkannya teknik pencegahan dalam sehari-hari.
2.      Diharapkan anggota POKJAKES dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya masyarakat di RW II kelurahan Wiyung kota.




















MATERI :
v     Pengertian HIV/AIDS
HIV, Merupakan singkattan dari “ Human Imunodeficiency Virus”.
ü      Human artinya manusia.,
ü      imuno artinya sistem imun atau sistem kekebalan,
ü      deficiency  artinya kekurangan / kerusakan,
ü      Virus adalah microba yang amat kecil yang dapat menyebabkan penyakit.
Jadi  HIV adalah virus  yang menyebar dari satu orang ke orang lainnya  yang merusak sistem imun sapai tidak berfungsi.

AIDS, merupakan singkatan dari “ Acquired Imunodeficiency Syndrome”
ü      Acquired artinya didapat atau diperoleh,
ü      Imunodeficiency artinya sistem imun mengalami kerusakan dan tidak dapat berfungsi untuk melawan infeksi atau penyakit.
ü      Syndrome artinya gabungan dari tanda-tanda atau gejala fisik.
Jadi AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat seseorang mengalami kekurangan sistem kekebalan tubuh akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh virus HIV

v     Jumlah penderita HIV/AIDS dunia  menurut WHO tahun 1992:
1.      Menurut Pusat pengendalian penyakit, Terdapat sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat yang tertular penyakit HIV pada tahun 1992.
2.      Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 1992, terdapat sekitar 10 sampai 12 juta orang diseluruh dunia mengandung HIV.
3.      WHO Memperkirakan pada tahun 2000, 40 juta orang didunia menderita HIV

v     Bagaimana cara penularan HIV/AIDS ?
1.      HIV/AIDS dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang menderita penyakit HIV/AIDS
2.      HIV/AIDS dapat ditularkan melalui Penggunaan jarum suntik dan alat lain yang tercemar oleh virus HIV
3.      HIV/AIDS dapat ditularkan melalui tranfusi darah dari seseorang yang terinfeksi.
4.      HIV/AIDS dapat ditularkan melalui wanita hamil yang mengidap HIV dengan menularkan virus pada anaknya sebelum atau setelah lahir.

v     Apakah saya beresiko tertular penyakit HIV/AIDS ?
HIV/AIDS dapat mengancam siapa saja, dimana saja dan kapan saja, tergantung pada apa yang anda lakukan.

v     Apakah HIV/AIDS bisa sembuh?
Tidak, sampai saat ini belum dapat disembuhkan. Belum ada obat yang dapat menghilangkan inveksi HIV. Kebanyakan orang mengidak HIV akan berlanjut dengan AIDS. Walaupun perkembangan ke AIDS untuk setip orang jangkanya berbeda.beda. berkisar antara 5 – 10 tahun.

v     Apa yang terjadi jika seseorang tertular HIV/AIDS ?
Seseorang bila terkena infeksi HIV akan mengalama 5 thapan penyakit yang lamanya setiap tahap untuk masing masing orang berbeda.
1.      Tahap serokonvensi akut.
·        Gejala tidak khusus
·        Terjadi sekitar 6 minggu setelah tertular HIV
·        Penderita sangat menular

2.      Tahap infeksi HIV asimtommatik.
·        Tidak ada keluhan maupun gejala.
·        Penderita sudah sero-positif.


3.      Tahap persisten generalized lymphadenopathy (PGL)
·        Pembesaran kelenjar pada 2 tempat atau lebih pada lipat aha, leher, ketiak dan bawah dagu.
·        Paling sedikit sudah 3 bulan lamanya.

4.      Tahap AIDS related compleks (ARC)
·        Memasuki tahap awal dari AIDS
·        Terdapat dua atau lebih keluhan / gejala selama 3 bulan atau lebih.

5.      Tahap AIDS
·        Merupakan tahap akhir dari infeksi HIV
·        Pasien mengalami infeksi berat atau adanya tumor.

v     Apa yang harus dilakukan bila tertular penyakit HIV/AIDS ?
Jangan bersedih dan jangan panik. Tanyakan pada dokter, dengan demikian akan dapat diketahui dan mengatasinya bila mengobatinya dengan tepat.

v     Bagaimana cara mencegahan penularan penyakit HIV/AIDS ?
Cara pencegahan penularan penyakit ini tidaklah sulit, hindari kontaminasi dengan cairan tubuh penderita yang mengalami infeksi HIV. dIlihat dari cara penularan penyakit ini maka hindarilah:
1.      Hubungan seksual dengan pasangan yang menderita penyakit HIV/AIDS.
2.      Hindari Penggunaan jarum suntik / narkoba dan alat lain yang tercemar oleh virus HIV
3.      Pastikan ranfusi darah yang diperoleh tidak terinfeksi virus HIV.
4.      Bila seorang wanita hamil yang mengidap HIV, periksakan diri ke dokter dan mintalah nasihat bagaimana caranya agar bayi yang kelak dilahirkan tidak terkena infeksi HIV. (di AS 75 % bayi lahir dari ibu yang mengidap virus HIV, dapat hidup bebas dari infeksi HIV)




Template by:

Free Blog Templates