Thursday, May 24, 2012

PENYAKIT-PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH STAFILOKOKUS

Infeksi oleh stafilokokus menyebabkan penyakit dengan manifestasi klinis yang sangat
bervariasi; mulai dari timbulnya pustula sampai kepada sepsis yang menyebabkan kematian.
Mula-mula terbentuk lesi dengan pus yang kemudian berkembang menjadi abses. Virulensi
berbagai strain stafilokokus sangat bervariasi.
Staphylococcus aureus adalah yang paling penting untuk diketahui yang paling sering
menginfeksi manusia. Kebanyakan strain stafilokokus memfermentasi mannitol dan
coagulase positif. Namun belakangan ini strain coagulase negatif menjadi semakin penting
karena sering menginfeksi terutama infeksi yang menyebabkan terjadinya bakteriemi pada
penderita yang dilakukan kateterisasi, pada wanita yang mengalami infeksi saluran kemih
serta pada infeksi nosokomial.
Gambaran klinis dan epidemiologis dari infeksi stafilokokus sangat berbeda jika menyerang
masayarakat umum, bayi baru lahir, wanita yang sedang menstruasi dan jika menyerang
penderita yang sedang dirawat di Rumah Sakit. Oleh karena itu masing-masing akan
diuraikan secara terpisah.
Keracunan makanan yang disebabkan infeksi stafilokokus dibicarakan dalam bab tersendiri
(lihat Intoksikasi makanan, seksi I, stafilokokus).
I. Penyakit Infeksi Stafilokokus di Masyarakat
Boils (bisul), Carbuncles ( Bisul), Furuncles , Abscesses ( abses)
ICD-9 680, 041.1; ICD -10 L02;B95.6-B95.8
Impetigo ICD-9 684, 041.1;ICD-10 L01
Cellulitis ICD-9 682.9;ICD-10 L03
Staphylococcal Sepsis ICD-9 038.1;ICD-10A41A41.2
Staphylococcal Pneuminia ICD-9 482,4;ICD-10J15.2
Arthritis ICD-9 711.0,041.1;ICD-10 M00.0
Osteomylietis ICD-9 730,041;ICD-10 M86
Endocarditis ICD-9 421.0,041.1;ICD-10 133.0
1. Identifikasi
481
Infeksi bakteri pada kulit umumnya dalam bentuk impetigo, folliculitis, furuncle,
carbuncle, abses dan luka lecet yang terinfeksi. Dasar dari lesi pada impegtigo dijelaskan
pada seksi II, dibawah: sebagai tambahan sindroma “scalded skin” (luka Bakar) yang
lain daripada yang lain disebabkan oleh strain Staphylococcus aureus, sebagian besar
tergolong phage group II, yang memproduksi toksin epidermolitik. Lesi kulit bentuk lain
adalah berupa lesi diskret dan terlokalisir. Gejala umum jarang ditemukan, jika lesi
bertambah dan meluas, dapat timbul demam, mailase ( lesu), sakit kepala dan tidak nafsu
makan. Biasanya tidak terjadi komplikasi, tetapi bila bakteri masuk aliran darah dapat
memicu terjadinya pneumonia, abses pada paru-paru, osteomiielitis, sepsis, endokarditis,
Pyarthrosis, meningitis atau abses otak. Sebagai tambahan pada infeksi primer kulit,
staphylococcal conjunctivitis dapat terjadi pada bayi baru lahir dan pada orang tua.
Staphylococcal pneumonia adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada influensa.
Staphylococcal endocarditis dan kompikasi yang lain sebagai akibat dari staphylococal
bacteremia karena akibat dari pemakaian obat terlarang melalui intravena atau karena
infeksi nasokomial pada pasien yang dikateterisasi atau tindakan lain. Lesi emboli di kulit
sering menimbulkan komplikasi berupa endokarditis , dan bakteriemia.
Stafilokokus coagulase negative dapat menyebabkan terjadinya sepsis, meningitis,
endokarditis atau infeksi saluran kemih dan makin sering ditemukan, biasanya disebabkan
pemakaian alat-alat portesa dan pemakaian kateter.
Diagnosa ditegakkan dengan adanya konfirmasi laboratorium dengan cara isolasi dari
bakteri tersebut.
2. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit adalah bermacam-macam strain coagulase positive dari Stafilokokus
auereus. Jika diperlukan, hampir semua strain dari Stafilokokus dapat diidentifikasi
dengan metode molekuler seperti pulsed field gel electrophoresis, phage type, profil dari
resistensi terhadap antibiotika atau dengan aglutinasi serologi. KLB disebabkan oleh
beberapa strain spesifik yang jarang. Sebagian besar isolat S. aureus, yaitu yang diambil
dari masyarakat dan dari pasien yang sedang dirawat di Rumah Sakit resisten terhadap
penicillin G, dan juga multi resisten (termasuk resisten terhadap methicillin) dan mungkin
strain ini sudah tersebar secara luas. Beberapa temuan menunjukkan bahwa strain
stafilokokus coagulase negetive yang meproduksi lendir mungkin lebih patogen, namun
belum pasti. S.saprophyticus paling sering sebagai penyebab infeksi saluran kemih pada
wanita muda.
3. Distribusi Penyakit
Penyakit tersebut tersebar di seluruh dunia. Insiden tertinggi ditemukan di daerah yang
kebersihan perorangannya jelek (mandi tidak menggunakan sabun dan air bersih) dan di
daerah dengan penduduk yang padat biasanya menyerang anak-anak, khususnya pada
musim kemarau. Penyakit tersebar secara sporadis dan dapat menyebabkan wabah kecil di
lingkungan keluarga dan orang yang kamping pada musim panas, anggota keluarga yang
berbeda terkena penyakit berulang dengan strain stafilokokus yang sama.
4. Reservoir: Reservoir adalah manusia dan jarang pada hewan.
5. Cara-cara Penularan
Sebagian besar koloni hidup pada nares anteriores (lubang hidung): 20%-30% penduduk
482
pada pemeriksaan usap hidung adalah carrier dari stafilokokus coagulase positive.
Autoinfeksi terjadi pada 1/3 dari kejadian infeksi. Orang yang mempunyai lesi berair atau
yang mengeluarkan discharge purulen merupakan sumber penularan yang paling sering
menyebabkan wabah. Penularan melalui kontak dengan orang yang mempunyai lesi
purulen atau orang tanpa gejala (nasal carrier dari strain yang patogenik). Carrier tertentu
lebih efektif menyebarkan infeksi dari pada yang lain. Peran dari obyek yang
terkontaminasi terlalu dilebih-lebihkan, tangan adalah instrumen yang paling penting
dalam penyebaran infeksi. Penularan lewat udara sangat jarang terjadi tetapi pernah
ditemukan pada bayi dengan infeksi virus pada saluran pernafasan.
6. Masa Inkubasi
Masa inkubasi bervariasi dan tidak pasti biasanya antara 4-10 hari.
7. Masa Penularan
Masa penularan berlangsung selama masih ada lesi yang purulen tetap mengeluarkan pus
atau selama tetap sebagai carrier. Auto infeksi tetap berlangsung selama kolonisasi bakteri
di hidung tetap berlangsung atau selama lesinya masih aktif.
8. Kerentanan Dan Ketahanan
Mekanisme terjadinya imunitas tidak diketahui dengan jelas. Bayi baru lahir dan orang
dengan penyakit kronis sangat rentan terhadap infeksi. Orang tua dan orang dengan
debilitas, pecandu obat bius, orang dengan diabetes militus, cystic fibrosis, penderita gagal
ginjal kronis, agammaglobulinemia, kelainan fungsi neutrofil (seperti agranulositosis,
penyakit granulomatus kronis), neoplasma dan luka bakar biasanya juga sangat rentan
terhadap penyakit ini. Penggunaan streroid dan anti metabolit juga meningkatkan
kerentanan.
9. Cara – cara Pemberantasan
A. Cara Pencegahan
1) Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang kebersihan perorangan, khususnya
membudayakan kebiasaan cuci tangan dan menghindari pemakaian bersama alatalat
ditoilet (handuk, sapu tangan, dll).
2) Obati dengan segera penderita yang ditemukan, anak-anak maupun angota
keluarga lainnya.
B. Pengawasan penderita, Kontak Dan Lingkungan Sekitarnya.
1) Laporan kepada dinas kesehatan setempat: laporkan segera jika terjadi KLB
disekolah, ditempat Camping Musim Panas, dan kelompok penduduk yang lain,
begitu juga jika diketahui ada konsentrasi kasus pada penduduk. Tidak ada
kewajiban untuk melaporkan kasus individu, termasuk Kelas 4 (lihat laporan
penyakit menular).
2) Isolasi: Tidak praktis dilakukan; penderita harus menghindari kontak dengan bayi
dan orang-orang dengan debilitas mental.
3) Disinfeksi: Tempatkan pembalut luka dan discharge dalam kantong khusus dan
dibuang dengan cara yang aman sesuai dengan prosedur
4) Karantina: Tidak perlu
483
5) Imunisasi terhadap kontak: Tidak ada
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Cari dan temukan penderita dengan lesi
yang mengeluarkan cairan, kadangkala perlu dilakukan penyelidikan adanya
carrier terhadap strain yang patogenik diantara anggota keluarga.
7) Pengobatan spesifik: Infeksi yang hanya terjadi pada kulit, pemberian antimikroba
sistemik tidak diperlukan apabila tidak ada penyebaran penyakit yang signifikan
atau tidak ada komplikasi; luka cukup dicuci saja kemudian dilanjutkan dengan
pemberian antimikroba topikal (seperti mupirocin, 4 kali sehari). Hindari kompres
basah yang mana dapat menyebarkan infeksi. Abses harus di insisi untuk
mengeringkan pus. Untuk infeksi stafilokokus yang berat gunakan penicillinaseresistant
penicillin; untuk mereka yang hipersentif terhadap penisilin gunakan
cephalosporin yang aktif untuk stafilokokus atau dapat diberikan clindamycin.
Untuk infeksi sistemik yang berat perlu dipilih antibiotika yang sesuai dengan
hasil tes kerentanan dari isolat. Vancomycin adalah obat pilihan untuk infeksi berat
yang disebabkan oleh stafilokokus Coagulase negative dan yang disebabkan oleh
infeksi S. aureus yang resisten terhadap metisilin diberikan sesegera mungkin
secara parentral.
Strain Starphylococcus aureus yang menurun kerentanannya terhadap
Vancomycin dan terhadap antibiotika jenis glikopeptida disebut sebagai strain
GISA ditemukan dan dilaporkan dari Jepang dan AS pada tahun 1990an.
Strain ini diisolasi dari penderita yang diberi pengobatan dengan vancomycin
dalam waktu yang lama (berbulan-bulan). Isolat ini sebagai bukti terjadinya
peningkatan munculnya S. aureus yang resisten terhadap antibiotika ini.
C. Upaya penanggulangan wabah
1) Cari dan temukan penderita terutama mereka dengan lesi yang mengeluarkan
discharge, berikan pengobatan yang tepat. Terapkan prosedur kebersihan
perorangan yang ketat pada institusi-institusi dan tekankan kebiasaan mencuci
tangan. Kultur dilakukan pada pasien nasal carrier dari strain yang dapat
menimbulkan KLB dan obati dengan mupirocin topikal dan jika gagal obati
dengan antibiotika oral.
2) Lakukan Investigasi kalau ada kejadian meningkatnya prevalensi infeksi
stafilokokus secara tiba-tiba di masyarakat yang cara penularannya kemungkinan
“Common source”, seperti halnya KLB di Rumah Sakit yang tidak diketahui.

0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates