Tuesday, March 13, 2012

Askep Sistem Imunitas Tubuh

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1991, hlm. 372). Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Beck, William dan Rawlin (1986, hlm.293) lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh : fiskal , emosional, intelektual, sosial dan spiritual.
Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri atas komponen : citra tubuh, ideal diri, penampilan peran dan identitas personal. Respon individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang respon konsep diri yaitu dari adaptif samapai maladaptif (Gambar 1).

RENTANG RENSPONS KONSEP DIRI

           Respon adaptif                                                                 Respon maladaptif
 

Aktualisasi          Konsep Diri             Harga Diri          Kerancuan         Depersonalisasi
     Diri                    Positif                     Rendah              Identitas
Pada klien yang mengalami gangguan fisik, dirawat di rumah sakit, mengalami perubahan peran dan lingkungan, mempunyai resiko terjadinya gangguan konsep diri. Untuk itu akan dijelaskan tiap komponen tentang perubahan yang dapat terjadi.

CITRA TUBUH

(body image)
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak secra terus menerus (anting, make-up, kontak lensa, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun sekarang.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
Pada klien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Stresor pada tiap perubahan adalah :
·         Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit.
·         Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan infus.
·         Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasanagan alat di dalam tubuh.
·         Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh.
·         Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan.
·         Makna dan objek yang sering kontak : penampilan dan dandan yang berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi, respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).
Tanda dan gejala gangguan pada citra tubuh :
1.      Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
2.      Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/ akan terjadi.Menolak penjelasan pada tubuh.
3.      Persepsi negatif pada tubuh.
4.      Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
5.      Mengungkapkan keputusasaan.
6.      Mengungkapkan ketakutan.
Masalah keperawatan yang mungkin timbul :
1.      Gangguan citra tubuh
2.      Gangguan harga diri
3.      Keputusasaan
4.      Ketidakberdayaan
5.      Kerusakan penyesuaian

IDEAL DIRI

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis. Ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut.
Pada klien yang dirawat di rumah sakit karena sakit maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
1.      Mengungkapakan keputusasaan terhadap penyakitnya, misalnya : saya tidak bisa ikut ujian karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi pragawati karena bekas operasi dimuka saya, kaki saya yang dioperasi membuat saya tidak dapat main bola.
2.      Mengungkapkan keinginannya yang terlalu tinggi, misalnya : saya pasti bisa sembuh padahal prognosanya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah.
Masalah keperawatan yang mungkin timbul adalah :
1.      Ideal diri tidak realistis
2.      Gangguan harga diri : harga diri rendah
3.      Ketidakberdayaan
4.      Keputusasaan

HARGA DIRI

(Self-Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri/cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, marasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
1.      situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
      Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
·         Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
·         Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
·         Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
2.      Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan akan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadapa dirinya.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
1.      Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2.      Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3.      Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4.      Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5.      Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih altenatif tindakan.
6.      Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah desertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Masalah keperwatan yang mungkin timbul :
1.      gangguan harga diri : harga diri rendah situasional atau kronik.
2.      Keputusasaan
3.      Isolasi sosial : manarik diri
4.      Risiko perilaku kekerasan

 

IDENTITAS

Identitas adalah kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber dari penilaian dan observasi diri sendiri. Identitas ditandai dengan kemampuan memandang diri sendiri beda dengan orang lain, mempunyai percaya diri, dapat mengontrol diri, mempunyai persepsi tentang peran serta citra diri.
Gangguan identitas adalah keburukan/ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan. Pada klien yang dirawat di rumah sakit karena penyakit fisik maka identitas dapat terganggu, karena :
·         Tubuh klien dikontrol oleh orang lain. Misalnya : pelaksanaan pemeriksaan dan pelaksanaan tindakan tanpa penjelasan dan persetujuan klien.
·         Ketergantungan pada orang lain. Misalanya : untuk “self-care” perlu dibantu orang lain sehingga otonomi/kemandirian terganggu.
·         Perubahan peran dan fungsi. Klien menjalankan peran sakit, peran sebelumnya tidak dapat dijalankan.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
1.      Tidak ada percaya diri
2.      Sukar mengambil keputusan
3.      Ketergantungan
4.      Masalah dalam hubungan interpersonal
5.      Ragu/tidak yakin terhadap keinginan
6.      Projeksi (menyalahkan orang lain)
Masalah keperwatan yang mungkin timbul :
1.      Gangguan identitas personal
2.      Perubahan penampilan peran
3.      Ketidakberdayaan
4.      Keputusasaan
5.       

PERAN

Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap individu mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu. Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja.Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosial klien berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah
·         Peran dalam keluarga
·         Peran dalam pekerjaan/sekolah
·         Peran dalam berbagai kelompok
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
1.      Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
2.      Ketidakpuasan peran
3.      Kegagalan menjalankan peran yang baru
4.      Ketegangan menjalankan peran yang baru
5.      Kurang tanggung jawab
6.      Apatis / bosan / jenuh dan putus asa.
Masalah keperawatan yang mungkin timbul :
1.      Perubahan penampilan peran
2.      Gangguan haraga diri
3.      Keputusasaan
4.      Ketidakberdayaan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
MASALAH KEPERAWATAN
Dari pengkajian seluruh komponen konsep diri dapat disimpulkan masalah keperawatan, yaitu :
1.      Gangguan harga diri : harga diri rendah situasional atau kronik
2.      Gangguan citra tubuh
3.      Ideal diri tidak realisits
4.      Gangguan identitas personal
5.      Perubahan penampilan peran
6.      Ketidakberdayaan
7.      Keputusasaan
8.      Isolasi sosial : manarik diri
9.      Risiko perilaku kekerasan
1.      Pohon masalah
Perubahan penampilan peran


 

       Gangguan harga diri :               Masalah utama
Harga diri rendah


 

Gangguan :
Citra tubuh
Diagnosa :
            Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
            Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
2.      Pohon masalah
Keputusasaan


 

Gangguan harga diri : harga diri rendah


 

Ideal diri tidak realistis
Diagnosa :
            Keputusasaan berhubungan dengan harga diri rendah
            Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri tidak realistis
3.      Pohon masalah
Isolasi sosial : menarik diri


 

Gangguan harga diri : harga diri rendah


 

Gangguan citra tubuh
Diagnosa :
3.1.   Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3.2.      Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Pada makalah ini akan diuraikan tindakan keperawatan pada 2 (dua) diagnosa, yaitu :
A.    Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
B.     Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA
A.    DIAGNOSA : Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan Umum : Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawabnya
Tujuan Khusus :
1.       Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2.       Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.       Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
4.       Klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai kemampuan yang di miliki
5.       Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan
6.       Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
TINDAKAN KEPERAWATAN
                          Bina hubungan saling percaya
                   Salam terapeutik
                   Perkenalan diri
                   Jelaskan tujuan interaksi
 Ciptakan lingkungan yang tenang
 Buat kontak yang jelas (apa yang akan dilakukan/dibicarakan, waktu)
            Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang diderita
            Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
            Katakan pada klien bahwa ia seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
2.1.  Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pesan. Dapat dimulai dari bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik, kemampuan lain yang dimiliki oleh klien, aspek positif (keluarga, lingkungan) yang dimiliki klien. Jika klien tidak mampu mengidentifikasi maka dimulai oleh perawat memberi “reinforcement” (pujian) terhadap aspek positif klien.
2.2. Setiap bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negatif. Utamakan memberi pujian yang realistis.
3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya : penampilan klien dalam “self-care”, latihan fisik dan ambulasi serta aspek asuhan dengan gangguan fisik yang dialami klien.
3.3.      Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien.
            Rencanakan bersama klien, aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan sosial.
            Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
            Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (sering klien takut melaksanakannya).
                          Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
                          Beri pujian atas keberhasilan klien
                          Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
            Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah
            Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
            Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.      Klien mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang diderita
2.      Klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya (fisik, intelektual, sistem pendukung)
3.      Klien berperan serta dalam perawatan dirinya
4.      Percaya diri klien dengan menetapkan keinginan atau tujuan yang realistis.
B.     DIAGNOSA : Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
TUJUAN UMUM : Klien menunjukkan peningkatan harga diri
TUJUAN KHUSUS :
1.      Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya
2.      Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
3.      Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
4.      Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
5.      Klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
6.      Klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh
TINDAKAN KEPERAWATAN
1.1.   Bina hubungan perawat-klien yang terapeutik
1.1.1.      Salam terapeutik
1.1.2.      Komunikasi terbuka, jujur, dan empati
1.1.3.      Sediakan waktu untuk mendengarkan klien. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan klien terhadap perubahan tubuh
1.1.4.      Lakukan kontrak untuk program asuhan keperawatan (pendidikan kesehatan, dukungan, konseling dan rujukan).
2.1.   Diskusikan perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
2.2.   Observasi ekspresi klien pada saat diskusi
3.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki (tubuh, intelektual,  keluarga) oleh klien di luar perubahan yang terjadi
3.2.   Beri pujian atas aspek  positif dan kemampuan yang masih dimiliki klien
            Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan klien secara bertahap
            Libatkan klien dalam kelompok klien dengan masalah gangguan citra tubuh
            Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan
5.1. Diskusikan cara-cara (booklet, leaflet sebagai sumber informasi) yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
5.2.   Dorong klien memilih cara yang sesuai bagi klien
5.3.   Bantu klien melakukan cara yang dipilih
            Membantu klien mengurangi perubahan citra tubuh. Misalnya : protesa untuk bagian tubuh tertentu, tongkat.
            Rehabilitasi bertahap bagi klien
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.      Klien menerima perubahan tubuh yang terjadi
2.      Klien memilih beberapa cara mengatasi perubahan yang terjadi
3.      Klien adaptasi dengan cara-cara yang dipilih dan digunakan
BAB V
KECEMASAN
Kecemasan adalah kebingungan, ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas yang dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.
Merupakan respon emosi dengan objek yang tidak spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Pengalaman kecemasan dimulai pada masa bayi dan berlangsung selama kehidupan.
RENTANG RESPON KECEMASAN
Respon adaptif                                                                                        Respon Maladaptif


 

      Antisipasi              Ringan                   Sedang                      Berat                     Panik
Tingkat kecemasan (PAPLAU) :
1.   Kecemasan ringan (Mild Anxiety)
-          Kecemasan normal, menajamkan indra, menaikkan motivasi, menyiapkan untuk bertindak waspada
-       Meningkatkan lapangan persepsi individu
-    Memotivasi  individu dalam kehidupan sehari-hari
-       Mampu belajar dan memecahkan masalah secara efektif
2.      Kecemasan sedang (Moderate Anxiety)
-       Lapangan persepsi menyempit
-       Belajar dengan pengarahan orang lain
-          Rangsangan luar tidak mampu diterima tapi sangat memperhatikan hal yang menjadi pusat perhatiannya.
3.      Kecemasan berat ( Severe Anxiety)
-    Pusat perhatian pada detail yang kecil
-    Lapangan persepsi sangat berkurang
-          Tidak mampu memecahkan masalah atau menggunakan proses belajar semua perilakunya bertujuan untuk meminta pertolongan
4.      Panik (Disorganisasi Personality)
-          Individu itu kacau sehingga berbahaya untuk diri sendiri atau orang lain/                    kehilangan kontrol
-    Tidak mampu bertindak, berkomunikasi, berfunsi secara efektif
-    Agitasi / hiperaktif
-    Kemampuan berhubungan dengan orang lain menurun
-    Kehilangan fikiran yang rasional
-          Karena kehilangan kontrol, individu tidak dapat mengerjakan sesuatu tanpa pengarahan.

PROSES KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
   A. Faktor Predisposisi
1.      Teori psikoanalitik
2.      Teori interpersonal
3.      Teori perilaku
4.      Teori keluarga
5.      Teori biologik
    B. Faktor Presipitasi :
               1.  Ancaman terhadap integritas fisik
         2.  Ancaman terhadap self system
    C. Perilaku
    D. Mekanisme koping
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
III. PERENCANAAN
IV. EVALUASI

I. PENGKAJIAN

A.Faktor predisposisi

1.      Teori psikoanalitik (Freud).
Kecemasan timbul secara otomatis dmanastimulus berlebihan, melampaui kemampuan untuk menanganinya (dapat berasal dari luar maupun dari dalam diri)
Ada 2 (dua) tipe kecemasan :
·         “Primary Anxiety”      yaitu   suatu    keadaan yang menegangkan yang disebabkna  oleh  faktor luar.
Contoh : Keadaan traumatik yang dialami bayi akibat dari stimulus secara tiba-tiba pada waktu proses kelahiran
·         uent Anxiety”    yakni dipandang sebagai konflik emosi diantara 2  elemen kepribadian yaitu Id dan Superego
2.      Teori Interpersonal (Sullivan)
·         Kecemasan timbul akibat ketidakmampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan.
·         Seseorang yang mempunyai predisposisi mengalami kecemasan adalah orang yang mudah merasa terancam, harga diri turun, mempunyai opini yang negatif terhadap dirinya, ragu-ragu dengan kemampuannya untuk mencapai sukses.
3.      Teori Perilaku
·         Teori  belajar  dimana individu yang mengalami ketakutan pada kehidupan waktu kecil akan mengalami kecemasan pada waktu mendatang
·         Teori konflik    dimana konflik menghasilkan kecemasan.
  1. Teori Keluarga
Kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dan sifatnya heterogen.
  1. Teori Biologik
Dalam otak terdapat reseptor spesifik yang mengatur timbulnya kecemasan.
GABA (Gamma Amino Butyric Acid) merupakan neurotransmitter yang penting dalam mengatur inhibisi presinaptik di dalam susunan saraf pusat.

B. Stressor Presipitasi

Disebabkan oleh sumber internal dan eksternal.
  1. Ancaman terhadap integritas fisik.
Ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kemampuan orang untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.
-          Sumber eksternal :       - inveksi virus / bakteri
- polusi lingkungan
- injury
                  -   Sumber internal :   - Kegagalan mekanisme fisik seseorang (turunnya     sistem imun dan turunnya temperatur regulator).
                                                           -  Perubahan biologis normal, misalnya  hamil
  1. Ancaman terhadap Self-System
            Sesuatu yang dapat merusak identitas harga diri dan integritas fungsi sosial.
-    Sumber eksternal : Berbagai kehilangan  seperti    kehilangan pasangan, orang tua,   perceraian, perubahan dalam status pekerjaan, pindah rumah.
-          Sumber internal karena  menerima peran baru, misalnya : sebagai orang tua
     

C. Perilaku

Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisik dan perilaku serta secara tidak langsung melalui pembentukan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.
  1. Respon fisiologis
-          Kardiovaskuler
Palpitasi, tekanan darah naik, jantung berdebar-debar.
-          Castrointestinal
Nafsu makan turun, tidak nyaman pada perut, diare.
-          Respiratory
Pernafasan cepat, dangkal, terengah-engah.
-          Neuromuskular
Reaksi terkejut, tremor, gugup, kelemahan umum, insomnia
-          Traktur Urinarius
Sering kencing
-          Kulit
Muka merah, muka pucat, gatal.
  1. Respon perilaku
      Efeknya bisa personal dan interpersonal.
-          Gelisah
-          Tremor
-          Ketegangan fisik
-          Reaksi kaget
-          Bicara cepat
-          Menghindari
-          Menarik diri dari hubungan interpersonal
  1. Respon kognitif
-          Perhatian terganggu
-          Tidak mampu berkonsentrasi
-          Tidak mampu mengambil keputusan
-          Menurunnya lapangan Persepsi
-          Menurunnya kreatifitas
-          Bingung
-          Takut injury
  1. Respon Afektif
-          Tidak sabar
-          Gelisah
-          Tegang
-          Ketakutan
-          Waspada
-          Gugup

D. Mekanisme Koping

Bila individu sedang mengalami kecemasan, ia akan mencoba menetralisir, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping.
Kecemasan ringan :
-          Menangis
-          Tidur
-          Makan
-          Tertawa
-          Olahraga
-          Berkhayal
-          Merokok
-          Minum-minum
Kecemasan sedang, berat, panik :
Bentuk ancaman yang besar pada ego dan memerlukan banyak energi untuk mengatasi ancaman tersebut.
                                                                     Koping
 

o   Task Oriented Reaction
o   Ego Oriented Reaction
Task Oriented Reaction :
Meliputi kemampuan kognitif dalam usaha memecahkan masalah-masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi suatu kebutuhan             individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif.
Ada 3 tipe Task Oriented Reaction :
  • Attack behavior (perilaku menyerang)
  • Withdrawal behavior (perilaku menarik diri)
  • Compromise (Kompromi)
Attack Behavior  :
-  Mungkin destruktif dan konstruktif
- Destruktif : Rasa marah dan bermusuhan yang hebat, tingkah laku yang negatif seperti melanggar kebenaran
- Konstruktif : berupa pendekatan pemecahan masalah dan peristiwa dengan tingkah laku asertif, yaitu  sesuatu yang dianggapnya baik juga baik untuk orang lain.

0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates