4 Tipe Manusia. Coba Anda renungkan kembali kira-kira benar apa tidak apa yang saya katakan di bawah ini. Sebenarnya ini bukan ide murni dari saya tetapi ide dari banyak motivator ternama baik lokal atau taraf Internasional. Kalau Anda suka mengikuti seminar-seminar bisnis, seminar investasi mencari uang, seminar properti, seminar multi level marketing, nah kurang lebih Anda akan menjumpai apa yang saya bahas di bawah ini. Tapi Anda tidak perlu bayar mahal-mahal hanya untuk mengetahui ilmu tersebut. Di sini, Anda pun sudah bisa mendapatkannya secara gratis. Enak sekali, bukan? Mari kita pelajari.
Punya Waktu Tidak Punya Uang
Inilah tipe manusia pertama. Maksudnya apa? Maksudnya adalah orang-orang yang memang memiliki banyak waktu luang untuk kita ajak berbagi berbagai acara kegiatan tetapi mereka tidak memiliki uang. Jadi untuk acara-acara tersebut kita yang harus menyokongnya, membayarnya atau dengan kata lain mentraktirnya. Ada lumayan banyak orang seperti ini. Mungkin menduduki porsi urutan terbesar kedua. Siapa saja orang-orang seperti ini? Contohnya: pelajar anak-anak sekolah, orang tua yang lanjut usia, tokoh-tokoh agama, pekerja sosial, dsb. Kapanpun Anda ajak mereka diskusi, main basket, nonton film, jalan-jalan, kapan pun mereka punya waktu buat Anda. Tetapi ya itu tadi, Anda yang harus membayar atau menyokong mereka. Sebab jika tidak, mereka tidak bisa membayar Anda. Karena mereka memang tidak punya penghasilan yang cukup.
Tentu mentraktir mereka adalah pekerjaan mulia. Masa ada orang sudah menemani kita, tetapi tidak kita traktir? Pelit sekali artinya. Coba sekarang Anda renungkan baik-baik, apakah Anda sekarang berada di posisi seperti ini? Kapan saja teman Anda ajak pergi, ayo langsung cabut saja. Menurut saya, tidak bagus menjadi orang tipe seperti ini. Jika masih single oke lah, tetapi bagaimana jika nanti punya keluarga dan anak? Teman satu per satu pun ketika mereka berkeluarga akan meninggalkan kita. Nanti tinggal diri kita sendiri menatap sunyi dan jadi perjaka lapuk. Anda mau seperti ini? Mari persiapkan masa depan kita dengan sebaik-baiknya.
Menggantungkan hidup kita kepada orang lain baik itu anak cucu, orang tua, bos atasan, teman, tetangga, sponsor bahkan negara amatlah riskan. Bagaimana jika suatu hari orang-orang yang mensupport kita tiba-tiba sakit, meninggal, atau karena suatu hal menyetop semua dukungan mereka? Hal ini bisa terjadi, bukan? Lalu bagaimana dengan kehidupan kita? Semuanya itu akan kacau balau. Impian dan misi visi hidup kita pun akan berhenti. Makanya tidak semua pengurus LSM-LSM itu benar-benar ingin membantu, malah kebanyakan itu manipulatif mencari dan memakan uang dari sponsor-sponsor yang ada. Kegiatan sosial atau LSM dijadikan sumber mata pencaharian. Hebat euy!
Anda harus bangkit dan tinggalkan posisi seperti ini jika Anda bukan pelajar, anak kecil atau orang tua lanjut usia. Anda punya tenaga, pikiran, semangat untuk mengubah hidup Anda. Tetapi jika tetap ingin menjadi orang yang punya banyak waktu tetapi tidak punya uang, monggo saja sih. Semoga masih ingat pembahasan saya tentang kekuatan uang.
Punya Uang Tidak Punya Waktu
Kalau ini kebalikan dari yang di atas. Di sini orang tersebut memiliki banyak uang tetapi tidak punya waktu. Emang ada orang seperti ini? Ada Bos! Perhatikan baik-baik sekitar Anda. Orang-orang seperti ini jumlahnya tidak banyak tetapi cukup lumayan banyak. Menurut analisa saya jumlahnya menduduki posisi ketiga. Siapakah orang seperti ini? Masa ada orang yang bisa punya uang tapi tidak punya waktu? Saya berikan contohnya.
Anda pernah melihat orang kaya Dari Senin - Minggu selalu ada di toko. Padahal tokonya omset besar sekali dan ramai. Nah, itulah orang seperti ini. Banyak duit tetapi tidak punya waktu. Kalau tidak percaya coba deh tanya atau iseng-iseng ajak jalan-jalan ke Tretes, Puncak atau liburan ke luar negeri. Jawabannya pasti,
"Aduh maaf. Saya sibuk, tidak bisa ninggalin toko. Tar pelanggan tidak ada yang layani."
Menurut seorang yang bernama Robert T. Kiyosaki - gurunya Cashflow Quadrant - orang-orang seperti ini biasanya masuk dalam kuadran: self employed atau sebagian di kuadran: business owner. Siapakah self employed? Self employed adalah orang yang bekerja untuk dirinya sendiri, seperti pengacara, dokter, akuntan publik, tukang pijat pribadi, konsultan, dsb. Intinya mereka bekerja berdasarkan fee dan bukan terima gaji bulanan. Tidak ada bos, tidak ada karyawan. Diri mereka adalah bos yang merangkap karyawan. Sedangkan business owner atau pemilik bisnis adalah orang yang memiliki usaha, mempekerjakan orang. Istilahnya adalah seorang bos. Di luar dua tipe tersebut ada lagi kelompok yang namanya karyawan (employed) dan investor.
Tentu seorang dokter tidak selalu menjadi seorang self employed. Jika dia membuka praktek maka baru bisa disebut self employed. Jika dia memiliki klinik atau saham di sebuah rumah sakit, maka disebut juga business owner (pemilik usaha). Jika dalam kehidupan yang sama, dia membuka praktek di sebuah rumah sakit, memiliki klinik kecil-kecil di sebuah kompleks perumahan, lalu membuka praktek sendiri di rumah, maka dokter tersebut menjadi employee (karyawan), self employed sekaligus business owner. Ini bagus sekali. Apalagi ketika dia punya banyak uang hasil kerja keras lalu berinvestasi di sarana-sarana investasi seperti surat berharga, valuta asing, emas batangan, saham, reksadana, dsb. Maka otomatis menjadi seorang investor. Jadi sumber mata air keuangannya begitu berlimpah ruah. Luar biasa!
Business owner atau self employed yang kurang bijak, tidak pintar atau tidak menguasai manajemen dengan baik, yang tidak bisa mempercayai orang, tidak rela mendelegasikan tugasnya nanti akan terperangkap di sini. Mereka akan menjadi manusia yang punya uang tapi tidak punya waktu. Mengapa dikatakan demikian? Karena mereka layaknya mesin uang. Jadi bukan lagi individu yang menikmati uang. Contoh yang paling nyata adalah dokter yang sangat lihai, penjual bakmi atau martabak sukses, pemilik toko kelontong, dsb. Mereka tidak akan pernah berani meninggalkan usahanya meski hanya sebentar karena takut pelanggannya berpindah ke kompetitor lain. Sebuah dilema yang sangat sulit kalau tidak mau berakhir dead end.
Semakin Anda lihai sebagai dokter maka semakin laris. Otomatis akan membuat Anda semakin kaya, bekerja semakin keras, buka praktek lebih awal hingga larut malam. Namanya ahli maka akan semakin dicari. Pasien menumpuk, mengantri dan minta diobati. Etika profesi membuat Anda tidak bisa melepas tangan. Bukan cuma karena alasan harus menolong sesama tetapi mereka memang membayar Anda. Jika Anda menolak dengan alasan yang tidak masuk akal, citra Anda akan menurun dan orang-orang akan enggan berobat kepada Anda meski Anda pandai sekali. Lama-lama berita ini menyebar dan akhirnya pasien semakin berkurang dicaplok kompetitor Anda. Sebab untuk sukses menjadi dokter di zaman sekarang ini bukan saja dituntut harus pandai mengobati dan mendiagnosis berbagai penyakit melainkan juga harus bisa memperlakukan pasien sebagai seorang manusia bahkan seorang konsumen pembeli. Bukan sebagai binatang percobaan seenaknya Anda perlakukan. Karena sebagai dokter Anda menginginkan uang dari orang lain. Tanpa uang mereka, Anda tidak bisa hidup.
Begitu juga dengan penjual bakmi terkenal. Kalau diganti tukang masak lain maka takut hasil olahan atau rasanya berbeda lalu pelanggan kecewa dan kabur. Karena itu mereka terjun masak sendiri dan tidak bisa kemana-mana. Dari hari Senin - Minggu, tahun ke tahun harus selalu di kedai. Akhirnya uang yang dikumpulkan dibawa mati dalam hayalan, karena memang uang tidak bisa dibawa mati. Hidup seperti ini juga sangat disesali. Punya uang tidak bisa nikmati hidup. Tidur saja mesti awal karena takut bangun kesiangan tidak bisa cari uang. Anda tahukan kalau menjual bakmi mesti pagi-pagi ke pasar membeli bahan-bahannya untuk diolah kembali. Saya pernah merasakan suka dukanya seperti ini. Meski cukup bagus mendapatkan posisi seperti ini, saya harap Anda tidak bertahan di sini. Jangan mau jadi tipe manusia seperti ini. Hidup ini hanya satu kali saja. Saya termasuk yang paling malas menjadi pedagang toko kelontong apalagi penjaga warung, karena tiap hari di toko-toko itu saja. Banyak uang tetapi tidak bisa nikmati hidup buat apa? Bukankah begitu?
Dulu peluang memang terbatas sebelum adanya Internet dan kemajuan teknologi. Tetapi saat ini peluang ada di mana-mana jika kita jeli, mau belajar dan cukup pintar. Banyak orang sukses tidak selalu harus memiliki toko. Anda ingat beberapa pemain Internet marketing yang hanya online-online beberapa jam saja penghasilan mereka puluhan juta rupiah? Mungkin Anda tidak mengerti sehingga anggap itu tidaklah nyata, tetapi saya mengerti dan cukup merasakan benefitnya. Sekali lagi, kalo mau lebih jelas saya sudah buatkan vcdnya yang akan memandu Anda step by step untuk berhasil meraih penghasilan,silahkan beli vcdnya tersebut.
Jadi kita harus meloncat ke posisi lebih bagus. Posisi punya uang tidak punya waktu tidak bisa menjadi sasaran hidup kita untuk jangka panjang. Untuk jangka pendek ya lumayanlah daripada punya waktu tidak punya uang, atau daripada yang satu di bawah ini.
Tidak Punya Waktu Tidak Punya Uang
Orang yang tidak punya waktu dan tidak punya uang adalah orang yang paling banyak di dunia ini. Rankingnya nomor satu. Bahkan karena saking banyaknya maka jumlahnya mengalahkan "orang punya waktu tidak punya uang". Itu loh orang tipe yang pertama. Sangat ironis bukan? Seperti apakah orang yang tidak punya waktu dan tidak punya uang? Biar memudahkan saya berikan contohnya saja yakni orang-orang yang berprofesi sebagai – dan mungkin salah satunya adalah Anda -: karyawan kantor, pegawai negeri bawahan, guru, dosen, buruh pabrik, cleaning service, tukang tambal ban jalanan, karyawan toko, dsb. Intinya lebih kepada mereka yang bekerja untuk orang lain sebagai karyawan dan menerima gaji bulanan (employed).
Untuk gampangnya saya sederhanakan saja, kalau saat ini Anda menerima gaji bulanan, itulah orang yang tidak punya waktu, tidak punya uang. Jika gaji Anda saat ini tidak lebih dari Rp 2,5 juta per bulan, maka Anda masuk golongan seperti ini. Jangankan Rp 2,5 juta, gaji atau penghasilan Rp 4 juta saja di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya tidak akan pernah cukup. Apakah dengan gaji Rp 4 juta per bulan bisa hidup di Jakarta? Anda yang tentukan sendiri. Jika Anda masih single mungkin masih lumayan, tetapi bagaimana jika sudah berkeluarga dan punya anak? Belum lagi anak mesti sekolah, dsb. Saya tidak sedang menakut-takuti Anda atau membuat Anda down tanpa harapan. Justru saya menceritakan fakta nyatanya agar Anda bangkit dari tidur atau mimpi Anda selama ini. Apakah yang saya katakan tadi tidak realistis? Mau saya buatkan hitung-hitungannya? Saya rasa tidak perlu karena Anda pasti sudah tahu seperti berapa biaya kontrakkan rumah, makan minum, kebutuhan sehari-hari seperti perlengkapan mandi, perlengkapan wanita, uang jajan anak, biaya sekolah anak, biaya buku, dsb. Itu belum bermasuk biaya berobat ketika sakit, biaya rokok jika Anda perokok, dsb…dsb… Makin saya rinci, Anda bisa makin putus asa. Lalu mungkin dari antara Anda akan berkata,
“Tetapi saya tidak tinggal di kota besar Suhu. Saya tinggal di kampung dan gaji di bawah Rp 1 juta sudah sangat besar.”
Oke, memang benar untuk keluar dari golongan orang miskin, gaji per bulan Rp 1 juta sudah lebih dari cukup. Sebab patokan orang miskin adalah penghasilan per hari di bawah Rp 20.000 ($2). Tetapi di sini kita bicara meraih taraf hidup yang lebih baik. Tolong Anda jujur pada diri sendiri, apakah Anda ingin hidup selamanya seperti ini dengan gaji Rp 1 juta per bulan? Apakah Anda tidak ingin tinggal di kota besar, bila perlu rumahnya bersebelahan dengan gubernur, bupati, bahkan presiden di kompleks Cikeas atau daerah Menteng? Bagaimana dengan biaya kuliah anak Anda nanti? Apakah Anda ingin anak Anda cuma tamat SMU lalu stop? Jika sekarang saja sudah begitu susah, apalagi ketika zaman anak cucu kita nanti. Jadi, mari kita persiapkan yang lebih baik di masa depan.
Seperti saya katakan, saya bukan hanya akan memotivasi Anda melainkan juga akan memberikan solusi dan jalan keluar. Sekali lagi, saya tidak menjanjikan Anda akan kaya raya. Karena itu sama saja berbohong dan mustahil. Itu penipuan! Saya hanya ingin menceritakan sebuah peluang bisnis nyata yg telah berkembang go internasional. Anda yang tentukan sendiri nanti. Saya hanya mengajarkan seni berinvestasi.
Gaji sebulan yang tidak seberapa, yang hanya cukup buat makan dan membayar kontrakkan saja, ini sama artinya tidak punya uang. Tidak ada uang sisa untuk ditabung. Tidak bisa jalan-jalan ke luar negeri meski cuma satu kali di akhir tahun. Tidak bisa makan di restoran terkenal bersama kekasih atau keluarga meski cuma satu kali sebulan. Gaji habis di akhir bulan bahkan di pertengahan bulan karena kebutuhan hidup dan biaya hidup yang semakin mahal. Dan konyolnya mereka tidak bisa menghindar dari beban kerjaan atau tugas. Mereka tidak punya waktu. Kalau penggangguran masih bisa pergi ke Puncak, memancing, dsb. Orang tipe ini justru terjebak pandora rat race. Layaknya tikus berlari ke sana ke mari tetap saja tidak akan pernah keluar. Berputar-putar di tempat tanpa hasil. Bolos kerja kena sanksi, hujan banjir badai tetap harus masuk kerja, jika tidak masuk akan dikurangi gaji atau tunjangannya, dsb. Mau pindah kerja takut tidak diterima, apalagi mereka yang sudah berusia 40 tahun ke atas. Pindah kerja baru belum tentu juga situasi kerja tersebut lebih baik dari perusahaan yang lama. Meski gaji dan tunjungan tinggi, belum tentu lebih baik suasana kerjanya bukan?
Saat ini mencari pekerjaan baru sulitnya bukan main. Lalu apakah ini berarti saya mengatakan bahwa semua orang yang saat ini bekerja pada orang lain itu membuang-buang waktu atau sia-sia? Tentu tidak! Saya tidak pernah mengatakan demikian dan tidak pernah mengajarkan demikian. Saya hanya memberikan fakta dan analisis realita bahwa jika hanya mengandalkan gaji bulanan tanpa memikirkan peluang lainnya, itu artinya nyumbang nyawa untuk masa depan kita. Anda harus memikirkan peluang lainnya selain berdasarkan gaji bulanan. Istilahnya cari uang tambahan. Sudah saya katakan bahwa saat ini ada banyak peluang yang bisa Anda lakukan tanpa harus meninggalkan profesi atau kerja utama Anda. Seperti membuka sumur, makin banyak mata air yang Anda temukan maka makin cepat sumur itu meluap dan tidak akan pernah habis air yang Anda konsumsi dari sana. Tentu saat ini jika Anda bekerja, ya bekerjalah dengan baik dan penuh tanggung jawab. Jangan korup atau mencoba menilap uang perusahaan atau mengelabui bos Anda. Orang yang sudah jadi bos pasti sudah jauh lebih pintar dari Anda.
Punya Waktu Punya Uang
Inilah tipe manusia yang harus kita capai. Punya waktu sekaligus punya uang. Kekayaan mereka sudah bisa beranak pinak sendiri buat mereka. Jadi mereka hanya tinggal menikmati hasilnya saja. Orang-orang ini memang bekerja tetapi kerja mereka sudah tidak berorientasi lagi seperti tipe tiga manusia sebelumnya. Mereka bekerja karena memang ingin bekerja. Bukan bekerja hanya karena ingin mencari uang. Untuk menjadi politikus sejati juga harus berangkat dari tipe seperti ini, sehingga keputusan politik yang mereka wakili tidak lagi hanya untuk memupuk kekayaan dan kepentingan pribadi atau kelompok. Toh mereka sudah lebih dari cukup. Emangnya mati bawa uang? Mereka hanya ingin berbakti dan mengabdi bagi bangsa, negara dan terutama rakyat yang memilih mereka. Ingin mengangkat harkat martabat rakyat-rakyat miskin dan menderita.
Orang-orang tipe ini punya banyak waktu untuk jalan-jalan santai ke mall, melancong ke luar negeri beberapa kali dalam setahun, menikmati masakan seluruh dunia, sesekali menginap di hotel terkenal, dsb. Memang tidak semua orang kaya begitu tetapi saya hanya menceritakan kemungkinan yang bisa dilakukan oleh orang-orang kaya seperti ini. Yang saya maksud bukan orang kaya yang tidak punya waktu tetapi orang kaya yang punya waktu. Tentu yang kita sebutkan ini adalah pekerja tulen bukan koruptor lho. Bukan orang yang memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi apalagi model penilap pajak seperti Gayus Tambunan atau Melinda Dee, dsb. Orang pajak nilap pajak, apa kata dunia?
Anda harus menjadi orang tipe terakhir seperti ini. Penghasilan mereka sudah memasuki penghasilan multiplikasi. Seperti apakah penghasilan multiplikasi ini? Nanti akan kita bahas. Beberapa pejabat teras pemerintahan masuk tipe ini, termasuk konglomerat dan beberapa pengusaha hebat. Anda tidak perlu menjadi pejabat teras atau konglomerat untuk mencapai posisi ini. Asal Anda tahu cara mencari uang yang tidak akan habis dengan pola hidup Anda, maka Anda bisa menjadi tipe manusia seperti ini. Jika Anda bisa dan pintar memutar gaji atau penghasilan Anda, Anda bisa menjadi manusia seperti ini juga. Tidaklah harus menjadi pengusaha nasional untuk mencapai posisi ini. Menjadi pengusaha kecil yang kreatif, juga bisa membuat Anda mencapai posisi ini. Intinya adalah otak yang pintar agar Anda bisa mendapatkan uang yang cukup untuk menutup biaya kehidupan Anda. Setelah itu delegasikan dan jangan hanya mati di satu profesi atau sumber penghasilan. Pintar-pintarlah! Sekarang Anda ingin menjadi tipe bagaimana? Tentu yang terakhir ini bukan?
Saya memang tidak bisa memberikan atau menunjukkan jalan singkat untuk menjadi tipe seperti ini karena memang tidak ada. Kecuali Anda punya modal sangat besar maka tinggal beli atau investasi di sarana investasi yang paten seperti franchise McDonald. Sudah pasti sistem operasionalnya akan berjalan dan Anda tinggal nikmati hasilnya. Tetapi apakah Anda memiliki uang Rp 10 milyar untuk membeli franchise tersebut? Tetapi jika Anda bisa mengumpulkan banyak uang, Anda cukup kreatif dan pintar, Anda bisa berinvestasi atau ikut bisnis yang riil untuk hidup di posisi seperti ini. Inilah yang disebut dengan investor. Saya punya saran buat Anda. Kalau ingin menjadi seorang investor hendaknya dicapai sebelum usia 50 tahun. Jika usia 50 tahun Anda masih harus bekerja, ini sia-sia. Sekali lagi, saya tidak mengatakan bahwa usia 50 tahun ke atas tidak bisa sukses. Tidak! Kolonel Sanders pemilik KFC (Kentucky Fried Chicken) justru sukses di atas usia 50 tahun. Bagi dia mungkin pepatah ini cocok, “Life begin at 50th.” Tetapi belum tentu cocok buat kita, bukan?
Mari saya ajak Anda main matematika. Katakanlah hidup manusia itu paling lama 70 tahun. Bisa mencapai 70 tahun di zaman sekarang? Di mana banyak polusi, kemacetan yang bikin stress, pencemaran air tanah, zat kimia dan pewarna di makanan sejak kita kecil, apalagi seperti nipagin di kecap mie instant? Anda jawab sendiri. Bagi orang luar nipagin itu bahaya bagi rakyat mereka, tetapi bagi orang Indonesia itu sumber vitamin tambahan. Makin banyak zat tersebut dalam mie instant maka makin bagus buat orang Indonesia. Begitu juga dengan bakteri sakazakii, makin banyak makin mantap buat masa depan orang Indonesia yang cerdas-cerdas. Mengapa negara lain bisa menurunkan dosisnya sedangkan negara kita justru ditambahkan dosisnya? Mengapa negara lain pemerintah dan lembaga kesehatannya begitu ketat mengawasi makanan rakyatnya sementara kita tidak? Bahkan MUI saja meloloskan susu bersakazakii ini dengan sertifikasi halal. Oh..no! Jadi meski ada racun asal tidak mengandung babi, alkohol maka adalah halal! Anda tanyakan saja kepada bapak-bapak pejabat kita yang terhormat di DPR yang setiap kali sidang selalu tidur atau bagaikan paduan suara seperti lagu Bung Iwan Fals. Mengapa oh mengapa?
Usia manusia katakanlah 70 tahun. Kita sekolah dan kuliah, hidup enak dari bayi oekkk … oekkk … hingga usia 25 tahun. Dari 70 tahun kita kurangi 25 tahun menjadi 45 tahun. Jadi paling bagus adalah pensiun di usia 45 tahun, di mana masa kerja kita 20 tahun sejak tamat kuliah 25 + 20 = 45. Kerja selama 20 tahun, lalu pensiun menikmati sisa hidup 25 tahun, rasanya pas dan seimbang. Jangan Anda kerja 40 tahun yakni pensiun 65 tahun di mana mulai start bekerja 25 tahun, lalu hanya sisa 5 tahun nikmati hidup. Ini konyol sekali, bukan? Anda pikirkan lagi baik-baik. Coba hitung kembali jika akal sehat Anda masih berfungsi dengan baik. Ini juga peringatan bagi mereka yang tidak ingin kuliah melainkan tamat SMU langsung bekerja. Hendaknya Anda lebih cepat pensiun dari mereka yang kuliah, sebab jika tidak rasanya tak seimbang antara masa kerja dengan masa menikmati hidup.
Jangan sampai nanti Anda berkata,
"Waktu muda siulin cewek, waktu tua siulin burung. Waktu muda korbankan nyawa dan kesehatan demi uang, e…waktu tua korbankan uang demi kesehatan."
Bukankah banyak orang seperti ini? Buat apa? Kumpulkan uang setengah mati, bekerja keras waktu muda dan ujung-ujungnya buat biaya berobat. Sama saja kumpulin uang berobat. Menurut saya makin cepat pensiun makin bagus. Dan pintar-pintarlah memilih pekerjaan dan profesi. Jaga pola makan dan hidup sehat juga sangat penting. Satu hal yang ingin saya bagikan adalah: pendidikan atau gelar itu bukan sesuatu yang sangat menentukan dalam hidup ini! Sekolah itu penting, tetapi kesuksesan tergantung pada orang tersebut dan kepada siapa dia bergaul dan mencari ilmu. Kadang orang sukses karena teman pergaulannyalah yang membuka peluang buat mereka. Ingat!! Hidup Itu Indah Untuk Sekarang Dan Masa Depan Value Your Life.
Punya Waktu Tidak Punya Uang
Inilah tipe manusia pertama. Maksudnya apa? Maksudnya adalah orang-orang yang memang memiliki banyak waktu luang untuk kita ajak berbagi berbagai acara kegiatan tetapi mereka tidak memiliki uang. Jadi untuk acara-acara tersebut kita yang harus menyokongnya, membayarnya atau dengan kata lain mentraktirnya. Ada lumayan banyak orang seperti ini. Mungkin menduduki porsi urutan terbesar kedua. Siapa saja orang-orang seperti ini? Contohnya: pelajar anak-anak sekolah, orang tua yang lanjut usia, tokoh-tokoh agama, pekerja sosial, dsb. Kapanpun Anda ajak mereka diskusi, main basket, nonton film, jalan-jalan, kapan pun mereka punya waktu buat Anda. Tetapi ya itu tadi, Anda yang harus membayar atau menyokong mereka. Sebab jika tidak, mereka tidak bisa membayar Anda. Karena mereka memang tidak punya penghasilan yang cukup.
Tentu mentraktir mereka adalah pekerjaan mulia. Masa ada orang sudah menemani kita, tetapi tidak kita traktir? Pelit sekali artinya. Coba sekarang Anda renungkan baik-baik, apakah Anda sekarang berada di posisi seperti ini? Kapan saja teman Anda ajak pergi, ayo langsung cabut saja. Menurut saya, tidak bagus menjadi orang tipe seperti ini. Jika masih single oke lah, tetapi bagaimana jika nanti punya keluarga dan anak? Teman satu per satu pun ketika mereka berkeluarga akan meninggalkan kita. Nanti tinggal diri kita sendiri menatap sunyi dan jadi perjaka lapuk. Anda mau seperti ini? Mari persiapkan masa depan kita dengan sebaik-baiknya.
Menggantungkan hidup kita kepada orang lain baik itu anak cucu, orang tua, bos atasan, teman, tetangga, sponsor bahkan negara amatlah riskan. Bagaimana jika suatu hari orang-orang yang mensupport kita tiba-tiba sakit, meninggal, atau karena suatu hal menyetop semua dukungan mereka? Hal ini bisa terjadi, bukan? Lalu bagaimana dengan kehidupan kita? Semuanya itu akan kacau balau. Impian dan misi visi hidup kita pun akan berhenti. Makanya tidak semua pengurus LSM-LSM itu benar-benar ingin membantu, malah kebanyakan itu manipulatif mencari dan memakan uang dari sponsor-sponsor yang ada. Kegiatan sosial atau LSM dijadikan sumber mata pencaharian. Hebat euy!
Anda harus bangkit dan tinggalkan posisi seperti ini jika Anda bukan pelajar, anak kecil atau orang tua lanjut usia. Anda punya tenaga, pikiran, semangat untuk mengubah hidup Anda. Tetapi jika tetap ingin menjadi orang yang punya banyak waktu tetapi tidak punya uang, monggo saja sih. Semoga masih ingat pembahasan saya tentang kekuatan uang.
Punya Uang Tidak Punya Waktu
Kalau ini kebalikan dari yang di atas. Di sini orang tersebut memiliki banyak uang tetapi tidak punya waktu. Emang ada orang seperti ini? Ada Bos! Perhatikan baik-baik sekitar Anda. Orang-orang seperti ini jumlahnya tidak banyak tetapi cukup lumayan banyak. Menurut analisa saya jumlahnya menduduki posisi ketiga. Siapakah orang seperti ini? Masa ada orang yang bisa punya uang tapi tidak punya waktu? Saya berikan contohnya.
Anda pernah melihat orang kaya Dari Senin - Minggu selalu ada di toko. Padahal tokonya omset besar sekali dan ramai. Nah, itulah orang seperti ini. Banyak duit tetapi tidak punya waktu. Kalau tidak percaya coba deh tanya atau iseng-iseng ajak jalan-jalan ke Tretes, Puncak atau liburan ke luar negeri. Jawabannya pasti,
"Aduh maaf. Saya sibuk, tidak bisa ninggalin toko. Tar pelanggan tidak ada yang layani."
Menurut seorang yang bernama Robert T. Kiyosaki - gurunya Cashflow Quadrant - orang-orang seperti ini biasanya masuk dalam kuadran: self employed atau sebagian di kuadran: business owner. Siapakah self employed? Self employed adalah orang yang bekerja untuk dirinya sendiri, seperti pengacara, dokter, akuntan publik, tukang pijat pribadi, konsultan, dsb. Intinya mereka bekerja berdasarkan fee dan bukan terima gaji bulanan. Tidak ada bos, tidak ada karyawan. Diri mereka adalah bos yang merangkap karyawan. Sedangkan business owner atau pemilik bisnis adalah orang yang memiliki usaha, mempekerjakan orang. Istilahnya adalah seorang bos. Di luar dua tipe tersebut ada lagi kelompok yang namanya karyawan (employed) dan investor.
Tentu seorang dokter tidak selalu menjadi seorang self employed. Jika dia membuka praktek maka baru bisa disebut self employed. Jika dia memiliki klinik atau saham di sebuah rumah sakit, maka disebut juga business owner (pemilik usaha). Jika dalam kehidupan yang sama, dia membuka praktek di sebuah rumah sakit, memiliki klinik kecil-kecil di sebuah kompleks perumahan, lalu membuka praktek sendiri di rumah, maka dokter tersebut menjadi employee (karyawan), self employed sekaligus business owner. Ini bagus sekali. Apalagi ketika dia punya banyak uang hasil kerja keras lalu berinvestasi di sarana-sarana investasi seperti surat berharga, valuta asing, emas batangan, saham, reksadana, dsb. Maka otomatis menjadi seorang investor. Jadi sumber mata air keuangannya begitu berlimpah ruah. Luar biasa!
Business owner atau self employed yang kurang bijak, tidak pintar atau tidak menguasai manajemen dengan baik, yang tidak bisa mempercayai orang, tidak rela mendelegasikan tugasnya nanti akan terperangkap di sini. Mereka akan menjadi manusia yang punya uang tapi tidak punya waktu. Mengapa dikatakan demikian? Karena mereka layaknya mesin uang. Jadi bukan lagi individu yang menikmati uang. Contoh yang paling nyata adalah dokter yang sangat lihai, penjual bakmi atau martabak sukses, pemilik toko kelontong, dsb. Mereka tidak akan pernah berani meninggalkan usahanya meski hanya sebentar karena takut pelanggannya berpindah ke kompetitor lain. Sebuah dilema yang sangat sulit kalau tidak mau berakhir dead end.
Semakin Anda lihai sebagai dokter maka semakin laris. Otomatis akan membuat Anda semakin kaya, bekerja semakin keras, buka praktek lebih awal hingga larut malam. Namanya ahli maka akan semakin dicari. Pasien menumpuk, mengantri dan minta diobati. Etika profesi membuat Anda tidak bisa melepas tangan. Bukan cuma karena alasan harus menolong sesama tetapi mereka memang membayar Anda. Jika Anda menolak dengan alasan yang tidak masuk akal, citra Anda akan menurun dan orang-orang akan enggan berobat kepada Anda meski Anda pandai sekali. Lama-lama berita ini menyebar dan akhirnya pasien semakin berkurang dicaplok kompetitor Anda. Sebab untuk sukses menjadi dokter di zaman sekarang ini bukan saja dituntut harus pandai mengobati dan mendiagnosis berbagai penyakit melainkan juga harus bisa memperlakukan pasien sebagai seorang manusia bahkan seorang konsumen pembeli. Bukan sebagai binatang percobaan seenaknya Anda perlakukan. Karena sebagai dokter Anda menginginkan uang dari orang lain. Tanpa uang mereka, Anda tidak bisa hidup.
Begitu juga dengan penjual bakmi terkenal. Kalau diganti tukang masak lain maka takut hasil olahan atau rasanya berbeda lalu pelanggan kecewa dan kabur. Karena itu mereka terjun masak sendiri dan tidak bisa kemana-mana. Dari hari Senin - Minggu, tahun ke tahun harus selalu di kedai. Akhirnya uang yang dikumpulkan dibawa mati dalam hayalan, karena memang uang tidak bisa dibawa mati. Hidup seperti ini juga sangat disesali. Punya uang tidak bisa nikmati hidup. Tidur saja mesti awal karena takut bangun kesiangan tidak bisa cari uang. Anda tahukan kalau menjual bakmi mesti pagi-pagi ke pasar membeli bahan-bahannya untuk diolah kembali. Saya pernah merasakan suka dukanya seperti ini. Meski cukup bagus mendapatkan posisi seperti ini, saya harap Anda tidak bertahan di sini. Jangan mau jadi tipe manusia seperti ini. Hidup ini hanya satu kali saja. Saya termasuk yang paling malas menjadi pedagang toko kelontong apalagi penjaga warung, karena tiap hari di toko-toko itu saja. Banyak uang tetapi tidak bisa nikmati hidup buat apa? Bukankah begitu?
Dulu peluang memang terbatas sebelum adanya Internet dan kemajuan teknologi. Tetapi saat ini peluang ada di mana-mana jika kita jeli, mau belajar dan cukup pintar. Banyak orang sukses tidak selalu harus memiliki toko. Anda ingat beberapa pemain Internet marketing yang hanya online-online beberapa jam saja penghasilan mereka puluhan juta rupiah? Mungkin Anda tidak mengerti sehingga anggap itu tidaklah nyata, tetapi saya mengerti dan cukup merasakan benefitnya. Sekali lagi, kalo mau lebih jelas saya sudah buatkan vcdnya yang akan memandu Anda step by step untuk berhasil meraih penghasilan,silahkan beli vcdnya tersebut.
Jadi kita harus meloncat ke posisi lebih bagus. Posisi punya uang tidak punya waktu tidak bisa menjadi sasaran hidup kita untuk jangka panjang. Untuk jangka pendek ya lumayanlah daripada punya waktu tidak punya uang, atau daripada yang satu di bawah ini.
Tidak Punya Waktu Tidak Punya Uang
Orang yang tidak punya waktu dan tidak punya uang adalah orang yang paling banyak di dunia ini. Rankingnya nomor satu. Bahkan karena saking banyaknya maka jumlahnya mengalahkan "orang punya waktu tidak punya uang". Itu loh orang tipe yang pertama. Sangat ironis bukan? Seperti apakah orang yang tidak punya waktu dan tidak punya uang? Biar memudahkan saya berikan contohnya saja yakni orang-orang yang berprofesi sebagai – dan mungkin salah satunya adalah Anda -: karyawan kantor, pegawai negeri bawahan, guru, dosen, buruh pabrik, cleaning service, tukang tambal ban jalanan, karyawan toko, dsb. Intinya lebih kepada mereka yang bekerja untuk orang lain sebagai karyawan dan menerima gaji bulanan (employed).
Untuk gampangnya saya sederhanakan saja, kalau saat ini Anda menerima gaji bulanan, itulah orang yang tidak punya waktu, tidak punya uang. Jika gaji Anda saat ini tidak lebih dari Rp 2,5 juta per bulan, maka Anda masuk golongan seperti ini. Jangankan Rp 2,5 juta, gaji atau penghasilan Rp 4 juta saja di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya tidak akan pernah cukup. Apakah dengan gaji Rp 4 juta per bulan bisa hidup di Jakarta? Anda yang tentukan sendiri. Jika Anda masih single mungkin masih lumayan, tetapi bagaimana jika sudah berkeluarga dan punya anak? Belum lagi anak mesti sekolah, dsb. Saya tidak sedang menakut-takuti Anda atau membuat Anda down tanpa harapan. Justru saya menceritakan fakta nyatanya agar Anda bangkit dari tidur atau mimpi Anda selama ini. Apakah yang saya katakan tadi tidak realistis? Mau saya buatkan hitung-hitungannya? Saya rasa tidak perlu karena Anda pasti sudah tahu seperti berapa biaya kontrakkan rumah, makan minum, kebutuhan sehari-hari seperti perlengkapan mandi, perlengkapan wanita, uang jajan anak, biaya sekolah anak, biaya buku, dsb. Itu belum bermasuk biaya berobat ketika sakit, biaya rokok jika Anda perokok, dsb…dsb… Makin saya rinci, Anda bisa makin putus asa. Lalu mungkin dari antara Anda akan berkata,
“Tetapi saya tidak tinggal di kota besar Suhu. Saya tinggal di kampung dan gaji di bawah Rp 1 juta sudah sangat besar.”
Oke, memang benar untuk keluar dari golongan orang miskin, gaji per bulan Rp 1 juta sudah lebih dari cukup. Sebab patokan orang miskin adalah penghasilan per hari di bawah Rp 20.000 ($2). Tetapi di sini kita bicara meraih taraf hidup yang lebih baik. Tolong Anda jujur pada diri sendiri, apakah Anda ingin hidup selamanya seperti ini dengan gaji Rp 1 juta per bulan? Apakah Anda tidak ingin tinggal di kota besar, bila perlu rumahnya bersebelahan dengan gubernur, bupati, bahkan presiden di kompleks Cikeas atau daerah Menteng? Bagaimana dengan biaya kuliah anak Anda nanti? Apakah Anda ingin anak Anda cuma tamat SMU lalu stop? Jika sekarang saja sudah begitu susah, apalagi ketika zaman anak cucu kita nanti. Jadi, mari kita persiapkan yang lebih baik di masa depan.
Seperti saya katakan, saya bukan hanya akan memotivasi Anda melainkan juga akan memberikan solusi dan jalan keluar. Sekali lagi, saya tidak menjanjikan Anda akan kaya raya. Karena itu sama saja berbohong dan mustahil. Itu penipuan! Saya hanya ingin menceritakan sebuah peluang bisnis nyata yg telah berkembang go internasional. Anda yang tentukan sendiri nanti. Saya hanya mengajarkan seni berinvestasi.
Gaji sebulan yang tidak seberapa, yang hanya cukup buat makan dan membayar kontrakkan saja, ini sama artinya tidak punya uang. Tidak ada uang sisa untuk ditabung. Tidak bisa jalan-jalan ke luar negeri meski cuma satu kali di akhir tahun. Tidak bisa makan di restoran terkenal bersama kekasih atau keluarga meski cuma satu kali sebulan. Gaji habis di akhir bulan bahkan di pertengahan bulan karena kebutuhan hidup dan biaya hidup yang semakin mahal. Dan konyolnya mereka tidak bisa menghindar dari beban kerjaan atau tugas. Mereka tidak punya waktu. Kalau penggangguran masih bisa pergi ke Puncak, memancing, dsb. Orang tipe ini justru terjebak pandora rat race. Layaknya tikus berlari ke sana ke mari tetap saja tidak akan pernah keluar. Berputar-putar di tempat tanpa hasil. Bolos kerja kena sanksi, hujan banjir badai tetap harus masuk kerja, jika tidak masuk akan dikurangi gaji atau tunjangannya, dsb. Mau pindah kerja takut tidak diterima, apalagi mereka yang sudah berusia 40 tahun ke atas. Pindah kerja baru belum tentu juga situasi kerja tersebut lebih baik dari perusahaan yang lama. Meski gaji dan tunjungan tinggi, belum tentu lebih baik suasana kerjanya bukan?
Saat ini mencari pekerjaan baru sulitnya bukan main. Lalu apakah ini berarti saya mengatakan bahwa semua orang yang saat ini bekerja pada orang lain itu membuang-buang waktu atau sia-sia? Tentu tidak! Saya tidak pernah mengatakan demikian dan tidak pernah mengajarkan demikian. Saya hanya memberikan fakta dan analisis realita bahwa jika hanya mengandalkan gaji bulanan tanpa memikirkan peluang lainnya, itu artinya nyumbang nyawa untuk masa depan kita. Anda harus memikirkan peluang lainnya selain berdasarkan gaji bulanan. Istilahnya cari uang tambahan. Sudah saya katakan bahwa saat ini ada banyak peluang yang bisa Anda lakukan tanpa harus meninggalkan profesi atau kerja utama Anda. Seperti membuka sumur, makin banyak mata air yang Anda temukan maka makin cepat sumur itu meluap dan tidak akan pernah habis air yang Anda konsumsi dari sana. Tentu saat ini jika Anda bekerja, ya bekerjalah dengan baik dan penuh tanggung jawab. Jangan korup atau mencoba menilap uang perusahaan atau mengelabui bos Anda. Orang yang sudah jadi bos pasti sudah jauh lebih pintar dari Anda.
Punya Waktu Punya Uang
Inilah tipe manusia yang harus kita capai. Punya waktu sekaligus punya uang. Kekayaan mereka sudah bisa beranak pinak sendiri buat mereka. Jadi mereka hanya tinggal menikmati hasilnya saja. Orang-orang ini memang bekerja tetapi kerja mereka sudah tidak berorientasi lagi seperti tipe tiga manusia sebelumnya. Mereka bekerja karena memang ingin bekerja. Bukan bekerja hanya karena ingin mencari uang. Untuk menjadi politikus sejati juga harus berangkat dari tipe seperti ini, sehingga keputusan politik yang mereka wakili tidak lagi hanya untuk memupuk kekayaan dan kepentingan pribadi atau kelompok. Toh mereka sudah lebih dari cukup. Emangnya mati bawa uang? Mereka hanya ingin berbakti dan mengabdi bagi bangsa, negara dan terutama rakyat yang memilih mereka. Ingin mengangkat harkat martabat rakyat-rakyat miskin dan menderita.
Orang-orang tipe ini punya banyak waktu untuk jalan-jalan santai ke mall, melancong ke luar negeri beberapa kali dalam setahun, menikmati masakan seluruh dunia, sesekali menginap di hotel terkenal, dsb. Memang tidak semua orang kaya begitu tetapi saya hanya menceritakan kemungkinan yang bisa dilakukan oleh orang-orang kaya seperti ini. Yang saya maksud bukan orang kaya yang tidak punya waktu tetapi orang kaya yang punya waktu. Tentu yang kita sebutkan ini adalah pekerja tulen bukan koruptor lho. Bukan orang yang memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi apalagi model penilap pajak seperti Gayus Tambunan atau Melinda Dee, dsb. Orang pajak nilap pajak, apa kata dunia?
Anda harus menjadi orang tipe terakhir seperti ini. Penghasilan mereka sudah memasuki penghasilan multiplikasi. Seperti apakah penghasilan multiplikasi ini? Nanti akan kita bahas. Beberapa pejabat teras pemerintahan masuk tipe ini, termasuk konglomerat dan beberapa pengusaha hebat. Anda tidak perlu menjadi pejabat teras atau konglomerat untuk mencapai posisi ini. Asal Anda tahu cara mencari uang yang tidak akan habis dengan pola hidup Anda, maka Anda bisa menjadi tipe manusia seperti ini. Jika Anda bisa dan pintar memutar gaji atau penghasilan Anda, Anda bisa menjadi manusia seperti ini juga. Tidaklah harus menjadi pengusaha nasional untuk mencapai posisi ini. Menjadi pengusaha kecil yang kreatif, juga bisa membuat Anda mencapai posisi ini. Intinya adalah otak yang pintar agar Anda bisa mendapatkan uang yang cukup untuk menutup biaya kehidupan Anda. Setelah itu delegasikan dan jangan hanya mati di satu profesi atau sumber penghasilan. Pintar-pintarlah! Sekarang Anda ingin menjadi tipe bagaimana? Tentu yang terakhir ini bukan?
Saya memang tidak bisa memberikan atau menunjukkan jalan singkat untuk menjadi tipe seperti ini karena memang tidak ada. Kecuali Anda punya modal sangat besar maka tinggal beli atau investasi di sarana investasi yang paten seperti franchise McDonald. Sudah pasti sistem operasionalnya akan berjalan dan Anda tinggal nikmati hasilnya. Tetapi apakah Anda memiliki uang Rp 10 milyar untuk membeli franchise tersebut? Tetapi jika Anda bisa mengumpulkan banyak uang, Anda cukup kreatif dan pintar, Anda bisa berinvestasi atau ikut bisnis yang riil untuk hidup di posisi seperti ini. Inilah yang disebut dengan investor. Saya punya saran buat Anda. Kalau ingin menjadi seorang investor hendaknya dicapai sebelum usia 50 tahun. Jika usia 50 tahun Anda masih harus bekerja, ini sia-sia. Sekali lagi, saya tidak mengatakan bahwa usia 50 tahun ke atas tidak bisa sukses. Tidak! Kolonel Sanders pemilik KFC (Kentucky Fried Chicken) justru sukses di atas usia 50 tahun. Bagi dia mungkin pepatah ini cocok, “Life begin at 50th.” Tetapi belum tentu cocok buat kita, bukan?
Mari saya ajak Anda main matematika. Katakanlah hidup manusia itu paling lama 70 tahun. Bisa mencapai 70 tahun di zaman sekarang? Di mana banyak polusi, kemacetan yang bikin stress, pencemaran air tanah, zat kimia dan pewarna di makanan sejak kita kecil, apalagi seperti nipagin di kecap mie instant? Anda jawab sendiri. Bagi orang luar nipagin itu bahaya bagi rakyat mereka, tetapi bagi orang Indonesia itu sumber vitamin tambahan. Makin banyak zat tersebut dalam mie instant maka makin bagus buat orang Indonesia. Begitu juga dengan bakteri sakazakii, makin banyak makin mantap buat masa depan orang Indonesia yang cerdas-cerdas. Mengapa negara lain bisa menurunkan dosisnya sedangkan negara kita justru ditambahkan dosisnya? Mengapa negara lain pemerintah dan lembaga kesehatannya begitu ketat mengawasi makanan rakyatnya sementara kita tidak? Bahkan MUI saja meloloskan susu bersakazakii ini dengan sertifikasi halal. Oh..no! Jadi meski ada racun asal tidak mengandung babi, alkohol maka adalah halal! Anda tanyakan saja kepada bapak-bapak pejabat kita yang terhormat di DPR yang setiap kali sidang selalu tidur atau bagaikan paduan suara seperti lagu Bung Iwan Fals. Mengapa oh mengapa?
Usia manusia katakanlah 70 tahun. Kita sekolah dan kuliah, hidup enak dari bayi oekkk … oekkk … hingga usia 25 tahun. Dari 70 tahun kita kurangi 25 tahun menjadi 45 tahun. Jadi paling bagus adalah pensiun di usia 45 tahun, di mana masa kerja kita 20 tahun sejak tamat kuliah 25 + 20 = 45. Kerja selama 20 tahun, lalu pensiun menikmati sisa hidup 25 tahun, rasanya pas dan seimbang. Jangan Anda kerja 40 tahun yakni pensiun 65 tahun di mana mulai start bekerja 25 tahun, lalu hanya sisa 5 tahun nikmati hidup. Ini konyol sekali, bukan? Anda pikirkan lagi baik-baik. Coba hitung kembali jika akal sehat Anda masih berfungsi dengan baik. Ini juga peringatan bagi mereka yang tidak ingin kuliah melainkan tamat SMU langsung bekerja. Hendaknya Anda lebih cepat pensiun dari mereka yang kuliah, sebab jika tidak rasanya tak seimbang antara masa kerja dengan masa menikmati hidup.
Jangan sampai nanti Anda berkata,
"Waktu muda siulin cewek, waktu tua siulin burung. Waktu muda korbankan nyawa dan kesehatan demi uang, e…waktu tua korbankan uang demi kesehatan."
Bukankah banyak orang seperti ini? Buat apa? Kumpulkan uang setengah mati, bekerja keras waktu muda dan ujung-ujungnya buat biaya berobat. Sama saja kumpulin uang berobat. Menurut saya makin cepat pensiun makin bagus. Dan pintar-pintarlah memilih pekerjaan dan profesi. Jaga pola makan dan hidup sehat juga sangat penting. Satu hal yang ingin saya bagikan adalah: pendidikan atau gelar itu bukan sesuatu yang sangat menentukan dalam hidup ini! Sekolah itu penting, tetapi kesuksesan tergantung pada orang tersebut dan kepada siapa dia bergaul dan mencari ilmu. Kadang orang sukses karena teman pergaulannyalah yang membuka peluang buat mereka. Ingat!! Hidup Itu Indah Untuk Sekarang Dan Masa Depan Value Your Life.
0 comments:
Post a Comment