Yogyakarta- Inovasi berkelanjutan (sustainable innovation) jangan sampai tuna nilai, tetapi harus diisi dengan nilai atau makna. Seperti pada konsep sustainable development with meaning, maka inovasi berkelanjutan juga harus bermakna.
Hal tersebut disampaikan Din Syamsuddin dalam sambutannya pada pembukaan Konferensi Internasional Inovasi Berkelanjutan atau The 1st International Conference on Sustainable Innovation 2012 (IcoSI 2012) dan International Joint Seminar ke-3 Tahun 2012 di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin (19/03/2012). Din Syamsuddin menjelaskan dengan situasi dunia yang saat ini gagal menciptakan kesejahteraan, kemajuan, dan kedamain secara merata, dan ditambah dengan peradaban yang mengalami kerusakan, maka konsep sustainable innovation with meaning saat ini memiliki yang pas untuk dikembangkan. “Saat ini sedang terjadi pergeseran paradigma peradaban, maka perlu paradigma baru sebagai alternative,”jelasnya.
Dalam pembukaan konferensi internasional yang juga dihadiri wakil Presiden RI Boediono, Din Syamsuddin mengungkapkan, bahwa Negara-negara di Asia harus berperan aktif dan kreatif dalam mengantisipasi pergeseran gravitas ekonomi dunia ke Asia Timur. kebangkitan Cina dan India menurut Din, perlu ditarik ke dalam wawasan ke-Asia-timuran agar tidak mengganggu Negara-negara di sekitarnya. “Maka perlu dirumuskan secara bersama suatu Asiatic Mode of Innovation dengan mencari titik temu dari berbagai agama dan budaya di Asia yang pada akhirnya dapat mendorong kemajuan dan kesejahteraan umat manusia,” pungkasnya.
Tags: muhammadiyah, din syamsuddin, sustainable innovation, sustainable development with meaning
0 comments:
Post a Comment