(Apapun yang tertulis berikut ini, murni
hanyalah berdasar pemikiran dan pemahaman ku yang nampaknya masih kurang
baik, semoga tidak menyinggung pihak siapapun,,dan semoga bermanfaat
tentunya…)
Perawat adalah seorang pribadi yang “sebaiknya” munafik.
(Bila anda membaca hanya sampai baris pertama
ini, maka kemungkinan besar anda (apalagi bila berprofesi perawat) akan
segera membenci saya dan menghubungi badan kode etik atau lembaga sensor
apapun serta melayangkan somasi serta gugatan hukum dan lainnya.)
Statement tersebut memang mesti dipahami dulu baru
dapat diterima seluruh kalangan perawat maupun yang bukan perawat.
Hypocrite, tidak serta merta harus ditanggapi secara negatif. Munafik
kali ini kita selami dari sisi positifnya (emang ada ya positifnya?).
Iya ada. Namun memang tidak untuk setiap waktu dan kesempatan. Munafik,
kurang lebih diartikan dengan “menampilkan keluar perasaan, sikap dan
perilaku yang tidak sesuai dengan apa yang dirasakan sesungguhnya
didalam pribadi seseorang”.
Hubungannya dengan Perawat, adalah ketika seorang
perawat berada dalam waktu bertugas melayani pasien/klien. Serupa dengan
pasien/klien yang adalah manusia pada hakekatnya, maka pribadi seorang
perawat pun perlu dipahami. Perawat juga manusia. Dan karena manusia, ia
mesti sangat manusiawi demi merawat manusia lainnya. Perawat, yang
bertugas dalam waktu dinas yang berbeda, datang dari tempatnya
masing-masing untuk bertugas di tempat yang berbeda, dengan tanggung
jawab dan tingkat stress yang beda pula.
Imajinasi sederhananya, seorang perawat “Sisi”
datang dari rumah/tempat tinggalnya menuju ke tempat kerja. Sebelumnya
dirumah, Sisi bertengkar dengan orang tuanya. Tanpa menyelesaikan
masalah, Sisi yang diburu waktu bergegas berangkat. Hari ini Sisi
bertanggung jawab sebagai perawat Assisten Dokter.
Dan inilah dua kepribadian yang bisa saja ditampilkan Sisi.
1. Mengikuti Suasana Hati.
Terpengaruh dengan amarah, kecewa
dan berbagai persaan negatif lainnya, Sisi cenderung bersikap agak
ketus, bercakap dengan suara tidak ramah. Bahkan kemarahannya tergambar
dengan jelas di wajahnya. Pengaruhnya? Tentu saja terhadap siapa saja
yang ditemuinya. Pengaruh ini bisa membias; kepada pasien, sikap Sisi
yang ketus dan atau tidak ramah bisa membuat pasien mengajukan
“complaint” atau penilaian yang kurang baik terhadap keseluruhan
pelayanan Klinik/ Rumah Sakit (dengan Generalisasi Umum), berakibat
akhir pada berkurangnya tingkat kepuasan klien terhadap perusahaan, dan
tentu berefek pada berkurangnya tingkat pemasukan secara finansial dan
client trust. Kepada sesama perawat, berefek pada menularnya energi
negatif yang bisa berakibat, sesama rekan kerja ikut merasa kesal dan
membias terhadap seluruh pelayanan dengan efek akhir seperti pada
pasien. Intinya, satu aura negatif dari Sisi dapat menyebar seperti
kapuk tertiup angin yang tak bisa dikumpulkan kembali.
2. Menutupi perasaan, menampilkan sikap dan sifat yang berbalik dari yang sedang dirasakan.
Mengesampingkan amarah dan
kesalnya, Sisi meninggalkan semua aura itu dirumah dan segera mengubah
sikap sejak melangkah menuju tempat kerja. Mungkin selama waktu bekerja,
akan ada moment dimana Sisi teringat dengan kekesalannya yang belum
terselesaikan, namun tetap menunjukkan sifat dan kualitas terbaiknya.
Sisi menutupi semua perasaan yang tidak menyenangkan itu, dan sejak
masuk ke klinik/Rumah Sakit, Sisi berusaha menampilkan perilaku yang
sebaliknya; tersenyum, bersikap ramah dengan tulus (sebisa mungkin),
bersikap ceria dan positif.
Ke”munafikan” yang hendak
digambarkan disini adalah kapasitas seorang perawat dalam mengolah
amarahnya (Anger Management) atau mengelola perasaan negatif yang
dialaminya. Tidak semata demi kepentingan sendiri, melainkan untuk
kepentingan yang lebih luas karena menyangkut rekan kerja, klien dan
perusahaan.
Terlepas dari benar tidaknya penggunaan kata “munafik” dalam gambaran
ini, poin utamanya adalah bagaimana cara seorang perawat yang tidak
hanya mengandalkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan komunikasi,
namun juga kemampuan mengendalikan emosi dan perasaan negatif.
Kualitas pribadi seorang
perawat memang tidak mudah dibentuk dan dimiliki. Butuh penempaan dan
melewati berbagai proses. Perawat mesti berhadapan dengan beragam klien
dan rekan kerja yang notabene jelas-jelas sangat berbeda satu sama
lainnya. Namun, perawat wajib memenuhi kebutuhan klien dan kepentingan
relasi antar rekan kerja dengan kemampuan beradaptasi, pengetahuan yang
luas, kecakapan ketrampilan dan ketangguhan mental.
Setiap hari, seberapa baik pun
seorang perawat berusaha mengembangkan diri tetap saja akan ada kerikil
kecil entah dari sesama rekan kerja atau seorang klien yang menyampaikan
keluhan. Dan hal-hal itu dapat berbentur dengan kepribadian sang
perawat.
Manakala kepentingan pribadi kita
kesampingkan demi keuntungan bersama, maka kepuasan kerja dan kenyamanan
berprofesi bukan mustahil kita raih.
Dan itulah, Pelayanan Ramah (Yang Datang Dari) Hati.
Sudahkah Saya Melayani Dengan Ramah Sepenuh Hati, Hari Ini?
0 comments:
Post a Comment