BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun
2010 sebanyak 237 641 326 jiwa.
Jumlah penduduk jawa tengah usia 10-15 tahun sebanyak 2 975 034
jiwa dan usia 15-19 tahun berjumlah 2 712 812 jiwa sedangkan usia 20-24
tahun berjumlah 2 345 814 jiwa (BPS, 2010).
Jumlah remaja yang begitu besar akan
muncul berbagai masalah yang akan di alami. Masa remaja sering dikenal dengan
istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru
mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri
dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di
lingkungan pertemanannya.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statement ini
sudah dikemukakan pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi
Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa
masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang
masih banyak dikutip orang. Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas
atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia
yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity
diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved. Karakteristik remaja yang sedang
berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada
diri remaja (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988,
dalam bkkbn, 2012).
Kenakalan remaja biasanya dilakukan
oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan
jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak
dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis,
dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari
konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak
maupun masa remaja ( Anaahira, 2012).
Masalah yang menimpa remaja
seperti seperti data dari BKKBN
pada tahun ( 2007 ) 42,3% siswi cianjur sudah tidak perawan lagi, dan pada tahun 2010 menunjukan 51% remaja puteri JABOTETABEK sudah tidak perawan
lagi. Angka statistik tentang deviasi atau penyimpangan perilaku seks pra nikah
anak remaja dari tahun ke tahun semakin besar dan semakin membahayakan. Era
tahun 1970, penelitian mengenai perilaku seks pra nikah menunjukkan angka 7-9%.
Tahun 1980, angka tersebut meningkat
menjadi 12-15%. Berikutnya tahun 1990 meningkat lagi menjadi 20%. Di era sekarang
ini, Pusat Studi Kriminologi Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta
menemukan 26,35% dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual
pra nikah dimana 50% menyebabkan kehamilan. Bukan hanya seks pra nikah saja
yang menjadi masalah dalam pergaulan remaja saat ini, penyalah gunaan obat juga
menjadi salah satu dari kenakalan remaja saat ini.
Hasil survey BNN menyebutkan bahwa sebanyak 26.500
kasus narkoba berhasil diungkap selama tahun 2011. Jumlah ini meningkat 12,62
persen dibandingkan tahun 2010 yang sebanyak 23.531 kasus. Ironisnya, jumlah
pengguna narkoba atau zat aditif yang berbahaya lain dan disalahgunakan untuk
kepentingan sesaat paling banyak adalah kelompok usia remaja atau pemuda-pemudi
dengan kisaran usia 15-24 tahun.Terdapat sebanyak 1.037.682 pelajar dan
mahasiswa di Indonesia diketahui telah mengkonsumsi narkotik dan obat-obatan
terlarang lainnya (Jurnal Medan, 2012).
Selain
penyalahgunaan narkoba banyak juga remaja yang mengkonsumsi minuman keras. Remaja yang gemar mengkonsumsi
minuman keras atau alcohol terjadi pada
penduduk berusia 14 tahun atau lebih tua yang mengkonsumsi alkohol setiap harin menurun antara pada tahun2007 (8,1%) dan
2010 (7,2%). Namun, ada sedikit perubahan dalam proporsi orang minum alkohol
pada tingkat yang menempatkan mereka pada risiko bahaya selama hidupnya (20,3%
tahun 2007 dan 20,1% pada tahun 2010), atau dari acara minum tunggal setidaknya
sekali sebulan (28,7 % pada tahun 2007 dan 28,4% pada tahun 2010) ( Hausehold Survay,
2010).
Bukan
hanya minuman keras atau penyalahgunaan obat terlarang
saja yang di lakukan remaja, selain itu juga kekerasan di antara remaja atau
pelajar kerap terjadi perkelahian antar
pelajar atau remaja, yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara
pelajar.Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai
ke kampus-kampus.Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada
remaja. Di kota-kota besar
seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering terjadi. Berdasarkan data Bimmas Polri
Metro Jaya di
Jakarta misalnya, pada
tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat
lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan
tahun berikutnya korban meningkat 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun
jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Di zaman yang serba
moderen dan canggih ini kejahatan bisa menimpa siapa saja termasuk kejahatan
dunia maya. Banyak remaja yang menjadi kejahatan orang yang tidak bertanggung
jawab melalui dunia maya atau internet.
Banyak
kasus kejahatan yang berawal dari dunia maya atau internet misal penculikan
yang sering kali menimpa anak remaja. Hal ini pastilah membuat orangtua sangat
cemas. Komnas Perlindungan Anak sejak januari hingga februari 2010 mendapat laporan sebanyak
36 kasus penculikan anak melalui jejaring sosial atau facebook. Seorang
mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri di
semarang, di tengarai dibawa kabur oleh seorang pria yang di kenalnya lewat
facebook (Okezone, 2012).
Biasanya reaksi pertama orangtua adalah marah
karena perbuatan anak yang buruk ini menimbulkan kesan buruk pada orangtuanya.
Orangtua merasa dipermalukan dan harga
diri seperti diinjak-injak oleh anak lewat perilaku bermasalahnya. Reaksi
berikut adalah orangtua berusaha menutupi masalah anaknya apabila masih
memungkinkan. Orangtua akan berusaha menutupi dampak masalah anaknya agar tidak
menyebar dan tidak diketahui oleh banyak orang. Misalya, jika
anak kedapatan hamil, mungkin berusaha mengaborsi bayi dalam kandungannya atau
mengungsikannya keluar kota untuk sementara. Namun, sebagian masalah tidak
dapat disembunyikan. Orangtua terpaksa
harus menghadapinya sebab jika tidak, masalah akan makin mengakar dan
menimbulkan kerusakan yang lebih parah.
Pada akhirnya orangtua bersikap pasrah. Orangtua tidak lagi peduli dengan pandangan orang dann
menerima kondisi keluarga apa adanya. Seharusnya perhatian pertama yang mesti diberikan orangtua
kepada anak itu sendiri. Saat anaknya tengah mengalami masalah dan orangtua
harus menolongnya ( Paul, {2012 ).
Dari data
studi pendahuluan di Desa Lebo, Gringsing, Batang pada bulan september 2012 terdapat dua remaja
yang putus sekolah karena
hamil di luar nikah. Usia remaja yang hamil diluar nikah berkisar antara 15-18th. Remaja puteri tersebut tinggal
dalam satu rumah dengan setatus bersaudara
tiri.
Berdasarkan data tersebut yang merupakan kenakalan remaja penulis berusaha
meneliti 10 orangtua yang mempunyai anak remaja penulis mendapat hasil bahwa
9 dari 10 orang responden atau orangtua yang memiliki anak remaja merasa cemas
terhadap pergaulan remaja sekarang ini
dan 1 orang responden mengatakan percaya dengan anaknya yang menempuh
pendidikan di pesanteren.
Berdasarkan
latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“GAMBARAN KECEMASAN ORANGTUA YANG MEMMILIKI ANAK REMAJA”.
B.
Rumusan
Masalah
“Bagaimana Tingkat kecemasan Orangtua Yang Mempunyai
Anak Remaja?”
C.
Tujuan Penelitian
Untuk mengidentifikasi
tingkat kecemasan orang tua yang memiliki anak remaja.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Bagi profesi
keperawatan
Diharapkan
hasil dari penelitian ini dapat memberi masukan bagi profesi keperawatan dalam
mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan dilakukan tentang masalah
kecemasan, sehingga dapat diaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan.
2.
Bagi Institusi
Pendidikan
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sekaligus sebagai
tambahan referensi ilmu pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan yang
dapat disosialisasikan dan diaplikasikan dikalangan institusi.
3.
Bagi peneliti yang akan
datang
Hasil
dari penelitian ini dapat memberikan data awal yang dapat digunakan sebagai
bahan referensi bagi peneliti lain
dalam mengetahui tingkat kecemasan orangtua yang memiliki anak remaja.
4.
Bagi Masyarakat
Informasi
ini dapat berguna untuk memberi informasi tentang gambaran tingkat kecemasan
bagi masyarakat yang bersangkutan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Keluarga dengan Anak Remaja
1.
Definisi Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI
(1988) dalam setiadi (2010), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung.Ali (2010)
mengatakan keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dlam satu rumah tangga, yang
berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya. Menurut BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2007)
keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang
antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
Dari beberapa sumber diatas dapat di
atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal dalam satu atap, terikat satu
sama lain bisa melalui ikatatan perkawinan, adopsi dan masing-masing anggota
keluarga mempuyai peranya tersendiri. Serta
mampu memenuhi kebutuhan hidup baik dalam segi materi maupun spiritual hubungan
yang selaras satu anggota dengan angota yang lainya.
2.
Bentuk
Keluarga
Menurut
Sudiharto (2007), beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut:
a.
Keluarga Inti ( nuclear family ), adalah keluarga yang
dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami,
istri, dan anak- anak baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
b.
Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga
tempat asal seseorang dilahirkan.
c.
Keluarga Besar ( extended family ), keluarga inti
ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek,
bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal,
keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families).
d.
Keluarga Berantai,
keluarga yang terbentuk karena perceraiandan/atau kematian pasangan yang
dicintai dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
suatu keluarga inti.
e.
Keluarga duda atau
janda ( single family ), keluarga yang terjadi karena perceraian dan/atau
kematian pasangan yang dicintai.
f.
Keluarga komposit ( composite family), keluarga dari
perkawinan poligami dan hidup bersama.
g.
Keluarga kohabitasis ( Cohabitation ), dua orang menjadi satu
keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk
keluarga ini tidak lazim dan bertebtangan budaya timur. Namun, lambat laun,
keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
h.
Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya
nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk
keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah
kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, paman menikah dengan
keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan satu ibu, dan ayah
menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar
nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar. Halini
dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan
elektronik.
i.
Keluarga tradisional
dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga
tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak
diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak
hasil dari perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah
sekelompok orang tinggal di sebuah asrama.
3.
Ciri-ciri Keluarga
Menurut Ali
(2010) ciri-ciri keluarga di Indonesia adalah:
a.
Mempunyai ikatan keluarga
yang sangat erat yang dilandasi oleh
semangat kegotongroyongan.
b.
Merupakan satu kesatuan
utuh yang dijiwai oleh nilai budaya ketimuran yang kental yang mempunyai
tanggung jawab besar.
c.
Umumnya dipimpin oleh
suami sebagai kepala rumah tangga yang dominan dalam mengambil keputusan
walaupun prosesnya melalui musyawarah dan mufakat.
d.
Sedikit berbeda antara
yang tinggal di pedesaan dan di perkotaan—keluarga di pedesaan masih bersifat
tradisional, sederhana, saling menghormati satu sama lain dan sedikit sulit
menerima inovasi baru.
4.
Definisi Keluarga dan
Anak Remaja
Keluarga dengan anak remaja ialah
keluarga yang mempunyai anak usia 12-24 tahun ( WHO, 2007, dalam Makhfud, 2009
). Keluarga merupakat tempat yang penting dimana anak memperoleh dasar untuk
membentuk kemampuanya agar kelak menjadi orang yang berhasil di masyarakat.Anak
remaja lebih sering menolak sesuatu yang di anggap baik oleh
keluarganya.Prilaku mengkritik orangtua dan menyusahkan orangtua. Namun
demikian anak remaja juga masih perlu kasih sayang dan keserasian dalam
keluarga dirumah dan membutuhkan dukungan emosional oranngtua jika mengalami
kekecewaan dalam pergaulan ( singgih,
2004 ).
a.
Remaja
Masa
remaja adalah priode waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa
(Bobak, 2004).Masa remaja adalah masa yang khusus dan penting, karna merupakan
priode pematangan organ reproduksi manusia (Pinem, 2009).
b.
Perkembangan remaja dan
ciri-cirinya
Berdasarkan
ciri perkembangan menurut Widyastuti (2009)., masa (rentang waktu) remaja ada 3
tahap, yaitu:
1)
Masa remaja awal (10-12
tahun)
a) Tampak
dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebayanya.
b) Tempak
dan merasa ingin bebas.
c) Tempak
dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai mulai berfikir
khayal (abstrak).
2)
Masa remaja tengah
(13-15 tahun)
a)
Timbul perasaan cinta
yang mendalam.
b)
Kemampuan berfikir
abstrak (khayal) makin berkembang.
c)
Berkhayal mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
d)
Tampak ingin mencari
identitas diri.
e)
Ada keinginan berkencan
atau ketertarikan dengan lawan jenis.
3)
Masa remaja akhir
(16-19 tahun)
a)
Menampakan pengungkapan
kebebasan diri.
b)
Dalam mencari teman
sebaya lebih selektif.
c)
Memiliki citra
(gambaran, keadaan, peran) terhadap dirinya.
d)
Dapat mewujudkan
perasaan cinta.
e)
Memiliki kemampuan
berfikir khayal atau abstrak.
c.
Tahap perkembangan
Keluarga dan Anak Remaja
Tugas
perkembangan keluarga dengan anak remaja menurut Setiadi {2010) ):
1)
Pengembang terhadap
remaja ( memberikan kebebasanyang seimbang
dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah orang dewasa muda dan
memiliki otonomi ).
2)
Memilihara komunikasi
terbuka.
3)
Memilihara hubungan
intim pada keluarga.
4)
Mempersiapkan perubahan
sytem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga
d.
Segala Macam
Permasalahan Remaja
Kenakalan remaja adalah prilaku menyimpang atau
melanggar hukum sehingga mengganggu ketenteraman dan ketenangan di masyarakat.
Apapun yang dilakukan remaja, yang di anggap mengganggu ketenteraman dan
ketertiban umum, bisa di katagorikan sebagai kenakalan remaja ( Nurul, 2008 ).
Kenalan Remaja menurut Didik
Hermanan (2008) di bagi kedalam 4 jenis yaitu:
1)
Kenakalan yang
menimbulkan korban fisik terhadap orang lain: perkelahian, pemerkosaan, dan
lain-lain.
2)
Kenakalan yang
menimbulkan korban materi: pencurian, pencopetan, pemerasan, perusakan, dan
lain-lain.
3)
Kenakalan sosial yang
tidak menimbulkan korban di pihak lain: pelacuran, penyalah gunaan obat, dan
lain-lain.
4)
Kenakalan yang melawan
status: misalan melawan status sebagai pelajar dengan membolos.
e.
Dampak Kenakalan Remaja
Dampak
kenakalan remaja pasti akan berimbas pada remaja tersebut. Bila tidak segera
ditangani,akan tumbuh menjadi sosok yang bekepribadian buruk.
1)
Remaja yang melakukan
kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan dihindari atau malah dikucilkan oleh
banyak orang. Remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai pengganggu dan orang
yang tidak berguna.
2)
Akibat dari
dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja tersebut bisa mengalami gangguankejiwaan.
Yang dimaksud gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi ia akan merasa
terkucilkan dalam hal sosialisai, merasa sangat sedih, atau malah akan membenci
orang-orang sekitarnya.
3)
Dampak kenakalan remaja
yang terjadi, tak sedikit keluarga
yang harus menanggung malu. Hal ini tentu sangat merugikan, dan biasanya anak
remaja yang sudah terjebak kenakalan remaja tidak akan menyadari tentang beban
keluarganya.
4)
Masa depan yang suram
dan tidak menentu bisa menunggu para remaja yang melakukan kenakalan. Bayangkan
bila ada seorang remaja yang kemudian terpengaruh pergaulan bebas, hampir bisa
dipastikan dia tidak akan memiliki masa depan cerah. Hidupnya akan hancur
perlahan dan tidak sempat memperbaikinya.
5)
Kriminalitas bisa
menjadi salah satu dampak kenakalan.
Remaja yang terjebak hal-hal negatif bukan tidak mungkin akan memiliki
keberanian untuk melakukan tindak kriminal. Mencuri demi uang atau merampok untuk
mendapatkan barang berharga(Anaahira,
2012).
Munculnya sikap perlindungan overprotected dari orangtua
kepada anaknya karna perasaan khawatir yang terlalu berlebihan disertai
keinginan untuk memberikan perlindungan dan perlakuan terbaik bagi anak
remajanya, dan beberapa pola asuh yang di terapkan orangtua pada anak remajanya ( Surbakti, 2009 ).
B.
Kecemasan
Kecemasan
adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut yang penyebabnya tidak
diketahui. Sedangkan rasa takut mempunyai penyebab yang jelas dan dapat
dipahami (Riyadi & Purwanto, 2009).
kecemasan adalah reaksi
normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang, dan karena itu
berlangsung tidak lama. Penting sekali untuk mengigat bahwa kecemasan bisa
muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan
emosi (Savitri, 2003).Kecemasan merupakan respon emosi dengan objek yang tidak
spesifik yang secara subyektif dialami dan dikomunikasi secara interpersonal
terhadap penilaian individu yang subyektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar
dan tidakdiketahui secara khusus peyebabnya (suliswati, 2005). Kecemasan adalah
kebingungan, ketakutan pada suatu yang akan terjadi dengan penyebeb yang tidak
jelas serta dihubungkan dengan perasaan yang tidak menentu (Kaplan, 2010).
Kecemasan dapat dialami siapa saja, tidak hanya di alami orang yang tinggal
negara-negara berkembang tapi di seluruh dunia. Prevaliasi kecemasan terjadi
pada usia 9 tahun sampai usia17 tahun sebanyak 13% umur 18-54 tahun sebanyak
16,4% dan umur 55 tahun dan lansia sebanyak 11,4%. Kecemasan dua kali lebih
sering dialami oleh perempuan dari pada laki-laki (Fortinash et al.,
2003).Kecemasan dapat terjadi pada orang tua yang mempunyai anak remaja.
Kecemasan yang di alami orang tua sangatlah wajar karna melihat pergaulan yang
semakin bebas, seperti dunia malam remaja,narkoba dan free seks di kalangan
remaja yang menyebabkan orang tua sangat kawatir jika anaknya terjerumus di
dalamnya. Anak banyak belajar dari lingkuan sekitar melalui
penginderaan.Pengeinderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera
penglihatan, penciuman, pendengaran, raba dan rasa (Soekidjo Notoatmojo, 2003).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
kecemasan adalah respon perasaan khawatir, gelisah,dan takut yang muncul
tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya disertai tanda gejala fisiologis dan
emosional pada tubuh. Respons yang
timbul ansietas yaitu khawatir, gelisah, tidak tenang dan dapat disertai dengan
keluhan fisik.Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal.Ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.
Mempunyai anak
remaja suatu hal yang tidak mudah bagi orangtua karna pada masa ini terjadi
bermacam hal permasalahan pada anak remaja. Kecemasan orangtua yang mempunyai
anak remaja akan merasakan khawatir, gelisah dan ketakutan terhadap banyaknya
masalah yang dialami oleh anak remajanya.
1. Faktor Pendukung
Kecemasan
a.
Faktor Predisposisi
Menurut Sujono & Riyadi, (2008)
Faktor predisposisi, yaitu faktor-faktor pendorong timbulnya kecemasan yang
dibagi menjadi :
1)
Dalam pandangan psikoanalitik yang dikemukakan
oleh Sigmund Freud, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian id dan super ego. Id mewakili dorongan insting dan implus
primitif individu, sedangkan super ego `mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya individu. Ego atau aku, berfungsi mediator
antara tuntutan id dan super ego. Menurut teori psikoanalitik ansietas
merupakan konflik emosional yang terjadi antara id dan super ego, yang
berfungsi memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
2)
Menurut pandangan
interpersonal yang dikemukakan oleh Sullivan ansietas timbul dari perasaan
takut dari tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Hal ini juga
berhubungan dengan trauma perkembangan seperti perpisahan, kehilangan yang
menimbulkan individu tidak berdaya. Seseorang dengan harga diri rendah biasanya
sangat mudah mengalami perkembangan ansietas berat.
3)
Menurut pandangan prilaku ansietas merupakan
hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap ansietas sebagai
suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan untuk menghindari rasa
sakit. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang sejak kecil
terbiasa dalam kehidupannya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya. Ahli
teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua kepentingan
yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbale balik antara konflik
dan ansietas. Konflik menimbulkan ansietas dan ansietas menimbulkan perasaan
tidak berdaya yang pada akhirnya akan meningkatkan konflik yang dirasakan.
4)
Kajian keluarga
menunjukan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasanya terjadi dalam
suatu keluarga. Teori ini juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan
depresi.
5) Kajian
biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengaturansietas. Penghambat
asam aminobutirat-gamaneuroregulator (GABA) juga mempunyai peran penting dalam
mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagaimana halnya dengan
endorfin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai
akibat nyata sebagai presdisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor.
Faktor pendukung
kecemasan orangtua yang memiliki anak remaja termasuk dalam pandangan prilaku
ansietas yang merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.orangtua mengalami
kecemasan terhadap anak remajanya karena kekhawatiran akan terjadi hal yang
tidak diinginkan terhadap anak remajanya. Orangtua harus banyak belajar tentang
anak remaja saat ini.
b.
Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi merupakan faktor pencetus
timbulnya kecemasanyang dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi
ketidakmampuan fisiologis yang akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Pada ancaman ini, stresor yang berasal
dari sumber ekstenal adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan fisik
(misal; infeksi virus, populasi udara). Sedangkan yang menjadi sumber
internalnya adalah kegagalan mekanisme fisiologi tubuh (misal; sistem jantung,
sistem imun, pengaturan suhu dan perubahan fisiologis selama kehamilan).
2)
Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang. Ancaman yang berasal
dari sumber eksternal yaitu kehilangan orang yang berarti (meninggal,
perceraian, pindah kerja) dan ancaman yang berasal dari sumber internal berupa
gangguan hubungan interpersonal dirumah,tempat kerja, atau menerima peran
baru.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Suliswati, 2005):
a.
Usia
Ada
yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih mudahmengalami stres dari pada
usia tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya usia muda biasanya mudah
mengalami cemas dan stres dikarenakan bertumpuknya masalah yang mungkin sering
dialami oleh seseorang pada usia muda. Walau usia sukar ditentukan karena
sebagian besar orang akan mengalami kecemasan selama yang dapat mereka ingat.
b.
Jenis kelamin
Umumnya
wanita lebih sering mengalami stres, tetapi umur wanita lebih tinggi dari
pria.Di perkirakan jumlah mereka yang mengalami gangguan kecemasan mencapai 5%
dari jumlah penduduk yang ada.
c.
Pengalaman masa lalu
Pengalaman
masa lalu individu dalam menghadapi kecemasan dapat mempengaruhi individu
ketika menghadapi stressor yang sama karena karena individu memiliki kemampuan
beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih baik. Pengalamnan orangtua yang
pernah mempunyai anak remaja dengan orangtua yang belum pernah punya anak
remaja akan beda mekanisme kopingnya, sehingga tingkat kecemasan pun akan
berbeda dan dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih ringan.
d.
Tingkat pengetahuan
Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui : kepandaian (kamus besar bahasa
Indonesia, 2005). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (over
behavior).Orangtua kurang mengetahui kegiatan anak remajanya diluar
rumah.Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
e.
Status Pendidikan
Tingkat
pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan yang mereka peroleh.orangtua yang berpendidikan tinggi lebih
mengetahui cara merawat anak dibandingkan ibu yang berpendidikan dasar. Dari
kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri sangat diperlukan seseorang agar
lebih tanggap dengan adanya masalah kesehatan dan bisa mengambil tindakan
secepatnya (Notoatmodjo, 2002).
f.
Status ekonomi
(pendapatan)
Pendapatan
biasanya berupa uang yang memepengaruhi daya beli seseorang untuk membeli
sesuatu.Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas maupun
kualitas kesehatan sehingga ada hubungan yang erat antara pendapatan dengan
keadaan kesehatan seseorang.Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi
yang menunjang bagi kesehatan seseorang menjadi memadai (Notoatmodjo, {2002).
g.
Agama
Anak
yang soleh yang gemar beribadah dan menjalankan perintah agama secara konsisten
akan menghilangkan kecemasan dasar pada orangtua. Dengan keimanan dan ketakwaan
yang baik maka seorang anak akan memiliki tameng terhadap berbagai keburukanyang
biasanya mempengaruhi anak-anak yang imannya atau ketakwaannya kurang. Orangtua nantinya tinggal mengarahkan
anaknya saja agar tidak salah salam memahami suatu ajaran agama (organisasi.org).
3. Tanda dan Gejala
Kecemasan
a.
Respon fisiologis
Respon
fisiologis yang mempengaruhi sistem yang ada dalam tubuh manusia menurut
Suliswati, (2009) adalah :
1) Sistem
Kardiovaskuler
Palpitasi,
Jantung berdebar, Tekanan darah meningkat, Denyut nadimenurun, Rasa mau
pingsan.
2)
Sistem respirasi
Napas cepat, Pernapasan dangkal, Rasa tertekan pada
dada, Pembengkakan pada tenggorokan,
Rasa tercekik, Terengah-engah.
3)
Sistem Neuromuskular
Peningkatan
refleks, Reaksi kejutan, Insomnia, Ketakutan, Gelisah, Wajah tegang, Kelemahan
secara umum, Gerakan lambat, Gerakanyang janggal
4)
Sistem gastrointestinal
Kehilangan
nafsu makan, Menolak makan, Rasa tidak nyaman pada abdominal, Rasa terbakar
pada jantung, Nausea, Diare.
5)
Sistem perkemihan
Inkontinensia
urine, Sering miksi
6)
Sistem integument
Rasa terbakar,
Berkeringat banyak pada telapak tangan, Gatal-gatal, Perasaan panas atau dingin
pada kulit, Muka pucat, Berkeringat seluruh tubuh
b.
Respon Perilaku
Kognitif
1)
Perilaku
Gelisah,
Ketegangan fisik, Tremor, Gugup bicara cepat, Tidak ada koordinasi,
Kecenderungan untuk celaka, Menarik diri, Menghindar , Terhambat melakukan
aktifitas
2)
Kognitif
Gangguan
perhatian, Konsentrasi hilang, Pelupa, Salah tafsir , Menurunnya lapangan
persepsi, Kreatifitas dan produktifitas menurun, bingung, rasa khawatir yang
berlebihan, kehilangan penilaian objektifitas, takut akan kehilangan kembali,
takut berlebihan.
4.
Klasifikasi
Tingkatan Kecemasan
Menurut Tarwoto
& wartonah, (2006) ada 4 tingkatan kecemasan, yaitu :
a.
Cemas ringan
Cemas
ringan berhubungan dengan keteganagan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan
waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respons cemas
ringan seperti sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala
ringan pada lambung,muka berkerut dan bibir bergetar, lapangan persepsi meluas,
konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat
duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan.
b.
Cemas sedang
Pada
tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih berfokus
pada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. Respons cemas
sedang seperti sering napas pendek, sering napas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan
luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan
perasaan tidak enak.
c. Cemas
berat
Pada
cemas berat lahan persepsi sangat sempit.Seseorang cenderung hanya memikirkan
hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting.Seseorang tidak mampu
berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak pengaruh/tutunan.Respons
kecemasan berat seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,
berkeringat dan sakit kepala, penglihtan kabur, ketegangan, lapang persepsi
sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, blocking, verbalisasi cepat, dan perasaan ancaman meningkat.
d. Panik
Pada
tahap ini lahan persepsi telah terganggu sehingga individu tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walaupun telah
diberi pengarahan. Respon panik seperti
napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang
persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan,
berteriak-teriak, blocking,
kehilangan kendali, dan persepsi kacau.
5. Rentang Respons
Kecemasan
Menurut Riyadi & Purwanto, (2009),
Rentang respon ansietas berfluktuasi antara renspons adaptif dan maladptif
seperti terlihat pada gambar dibawah :
Sumber: Riyadi & Purwanto
(2009)
Gambar 1.2
RentangResponscemas
6. Kerangka Teori
Gambar
2.1.Memodifikasi dari Suliswati,
2005,Struat, 2006
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Kerangka
Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian
yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2005). Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka
teori di atas, maka
dapat dibuat kerangka konsep sebagai berikut:
Variabel Independent
|
Gambar 3.1.kerangka
Konsep
B.
Desain
Penelitian
Desain
penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitupenelitian yang memaparkan dan
mengambarkan suatu keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan
lain-lain, peneliti tidak melakukan pengubahan dan menambah terhadap objek atau
wilayah yang diteliti (Arikunto, 2006).Rancangan penelitian yang digunakan
adalah dengan pendekatan survei cross sectional, yaitu peneliti melakukan
pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (Alimul, 2011). Artinya tidak
semua subjek penelitian harus diobservasi pada hari atau waktu yang sama, akan
tetapi baik variabel independen maupun dependen di nilai hanya satu kali saja
(Nursalam, 2003).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi
merupakan keseluruhan subyek yang menjadi sasaran penelitian (Masyhuri &
Zainuddin, 2008). Populasi ini seluruh warga di Desa Lebo Kecamatan Gringsing
Kabupaten Batang Yang Mempunyai Anak
Remaja usia 13-20 tahun.Populasi penelitian ini berjumlah 180 orang.
2. Sampel
Sampel
merupkan bagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan mewakili seluruh
populasi. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Simple
Random Sampling dimana teknik pengambilan sempelnya secara acak sederhana
dilakukan secara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak,
dsb. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Sampel
yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah seluruh orangtua yang memiliki anak
remaja di Desa Lebo .
3. Besar
Sempel
Besar sempel
yang dipakai pada penelitian ini dihitung dengan menggunakanrumus sederhana
populasi kecil≤10.000 (Notoadjmodjoo, 2002).
n
Keterangan
:
n =
Besar sampel
N =
Besar populasi
d =
Penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan yaitu sebesar 10% atau
0,1.
Maka
perhitunganya adalah:
n
n
n
n
n = 64
Adapun
sempel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai beriku:
a. Kriteria
inklusi
Kreteria
inklusi merupakan kreteria dimana subyek penelitian dapat mewakili dalam sempel
penelitian yang mempunyai syarat-syaratmenjadi sampel (Alimul, 2002). Kreteria
inklusi dalam penelitian ini adalah:
1)
Orangtua
yang memiliki anak remaja usia 13-20 tahun
2)
Anak remajanya masih
menempuh pendidikan formal
3)
Bersedia menjadi
responden
b.
Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria
dimana subyek penelitian tidak dapat mewakili sempel karna tidak memenuhi
syarat sebagai sempel penelitian, seperti :
1)
Hubungan orangtua
dan anak bukan merupakan keluarga inti
2)
Anak remaja
tersebut putus sekolah
3)
Tidak bersedia menjadi
responden
D.
Tempat
Dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan di di Desa Lebo Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang pada tanggal 16
januari 2012 sampai 23 januari 2013
E. Definisi Operasional,
Variabel Penelitian dan skala Pengukuran
Tabel 3.2 Definisi Operasional,
Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran
:
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Alat ukur
|
Kategori
|
Skala Ukur
|
Tingkat
kecemasan orangtua yang memiliki anak remaja
|
Kecemasan orangtua yang memiliki anak remaja adalah
kecemasan atau perasaan khawatir orangtua yang takut anak remajanya
menghalami hal buruk
|
Menggunakan
kuesioner dengan memakai skala HRS-A, terdiri dari 14 pertanyaan Nilai
- 0 :
Tidak ada gejala (keluhan)
- 1 : Gejala ringan
- 2 : Gejala sedang
- 3 : Gejala berat
- 4 : (panik)
|
1.
Skor <14 = Tidak ada kecemasan
2.
Skor 14-20 = Kecemasan ringan
3.
Skor 21-27 = Kecemasan sedang
4.
Skor 28-41 = Kecemasan berat
5.
Skor 42-56 = panik
|
Ordinal
|
Jenis
kelamin
|
Identitas
seseorang yang membedakan antara laki-laki atau perempuan
|
Menggunakan
kuesioner
|
Kategori
:
Laki-laki
Perempuan
|
Nominal
|
Penghasilan
|
Sesuatu
hasil yang didapatkan dari usaha, dapat berupa benda ataupun yang lain.
|
Menggunakan
kuesioner
|
Kategori
:
- Cukup
- Kurang
- lebih
|
Ordinal
|
F.
Alat
Penelitian Dan Cara Penelitian
1.
Alat Penalitian
Peroses
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yaitu
pertanyaan yang diharapkan akan
dijawab oleh responden. Kuesioner
identitias responden terdiri dari usia, jenis kelamin, penghasilan,
untuk mengukur kecemasan menggunakan checlist dan wawan cara yang sudah
dimodifikasi dengan memakai skala hamilton, terdiri dari 14 pertanyaan yang
sudah baku.
2. Cara
Pengumpulan Data
a.
Data Primer
Data
primer yang disebut juga data tangan pertama.Data primer diperoleh langsung dari
subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambil data,
langsung pada subyek sebagai sumber informasiyang dicari (Sugiyono,
2008).Pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
dilakukan dengan wawancara. Data primer dalam penelitian ini adalah orangtua
yang memiliki anak remaja
b.
Data Sekunder
Data
sekunder disebut juga data tangan kedua.Data sekunder adalah data yang
diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek
penelitian (Sugiyono, 2008).Data sekunderdalam penelitian ini didapat dari
wawancara dengan sodaranya.
5.
Urutan
Pengumlan Data
Cara pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui beberapa tahapan
antara lain:
1)
Mengajukan surat
permohonan ijin melakukan penelitian kepada istitusi STIKES Kendal.
2)
Setelah mendapat
ijin dari istitusi, peneliti mengajukan
ijin penelitian kepada Badan Kesatuan Bangsa dan
perlindungan Masyarakat ( KESBANGLINMAS).
3)
Setelah mendapat
ijin dari KESBANGLINMAS, peneliti memberikan surat rekomendasi dari
KESBANGLINMAS tersebut ke Badan Perencanaan dan pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Batang.
4)
Setelah mendapat
ijin dari BAPPEDA, peneliti mengajukan surat rekomendasi dari BAPPEDA ke
kelurahan Desa Lebo, Gringsing.
5)
Setelah mendapat ijin dari
aparat kelurahan desa setempat
peneliti melakukan penelitian
kepada anggota keluarga yang mempunyai anak remaja.
6)
Sebelum pengisian
kuesioner, peneliti memberikan informasi
singgkat tentang tujuan, manfaat dan peran serta responden dalam
penelitian ini. Bagi keluarga yang bersedia menjadi responden diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.
7)
Peneliti meminta
responden yang setuju dalam penelitian ini untuk mengisi seluruh
pertnyaan-pertanyaan yang tersedia dalam
kuesioner.
8)
Setelah peneliti
melakuakan pengumpulan data dan
kuesioner tersebut diisi oleh
responden secara langsung.
9)
Kemudian data tersebut
diolah dan dilakukan analisa data.
G. Teknik
Pengolahan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan
Data
Pengolahan data dilakukan terhadap data yang diperoleh dari
pertanyaan kuesioner dengan jalan
(Notoatnodjo, 2002):
a.
Editing
Memeriksa
data yang berasal dari kuesioner untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah
cukup dan menghindari data yang salah.
b.
Coding
Data
yang telah terkumpul dan
telah di edit diberi kode atau tanda agar mudah dalam pengolahan dan
peyajianya.
c. Transfering
Memindahkan data
dalam bentuk kode
kedalam master tabel. Denagn
memilih data dalam bentuk tabel agar mudah dibaca dan dipahami
.
d. Tabulading
Merupakan
proses dari data menth (raw data) dilakukan penataan data (array data) kemudian
menysun dalam bentuk tabel disteribusi frekwensi atau tabel silang.
e.
Scoring
(memberi skor)
Melakukan
pemberian skor pada item.
2.
Analisa Data
Analisa
data menggunakan alat bantu komputer melalui program SPSS.
Analisa yang digunakan adalah analisa univariat yaitu untuk mendiskripsikan
masing-masing variable (Notoatmojo,
2005).
Analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase
dari tiap variabel yang
meliputi tingkat kecemasan pada orangtua yang mempunyai anak remaja.
Rumus presentase yang
digunakan adalah :
|
Keterangan
:
P : persentase
f : skore diperoleh
n : skore maksimal
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian perlu mendapat adanya
rekomendasi dari institusi atau lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat
persetujuan baru melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika (Alimul, 2011) sebagai berikut :
1.
Informed consent
Merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan setulembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consen dalah
agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani
lembar persetujuan.Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak pasien.
2.
Anonimity (tanpa nama)
Peneliti
tidak mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode
pada lembar pengumpulan
data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3.
Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti
memberikan jaminan kerahasiaan
hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti
I.
Jadwal
Penelitian
Terlampir
BAB IV
HASIL
PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada bulan februari – maret 2013
dengan jumlah 64 responden orangtua yang memiliki anak remaja. Pada bab ini
akan menguraikan tentang hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Lebo
Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang yang meliputi gambaran wilayah penelitian,
tingkat kecemasan orangtua yang memiliki anak remaja.
A.
Gambaran Wilayah Peneliti
Desa Lebo terletak di kecamatan
gringsing Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah, Desa Lebo luasnya 168.98 Ha.
Mayoritas penduduk adalah suku jawa, dengan jumlah penduduk 5.282 jiwa yang
perempuan sebanyak 2.621 jiwa laki-laki 2.661 jiwa, jumlah kepala keluarga
1.451 kepala keluarga, batas wilayah Desa Lebo sebagai berikut: sebelah utara
berbatasan dengan Desa Krengseng, sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Kuthosari, sebelah barat berbatasan dengan Desa Pelelen dan sebelah timur
berbatasan dengan Desa Gringsing.
B.
Hasil Uji Univariat
1.
Gambaran Kecemasan
Orangtua yang Memiliki Anak Remaja
Tabel
4.1 Distribusi Gambaran Kecemasan Orangtua yang Mempunyai Anak Remaja pada
bulan februari 2013
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
||
Valid Kecemasan Sedang
|
17
|
26.6
|
26.6
|
26.6
|
|
Kecemasan Berat
|
47
|
73.4
|
73.4
|
100.0
|
|
Total
|
64
|
100.0
|
100.0
|
Pada
tabel 4.1 menunjukan bahwa variabel kecemasan orangtua yang memiliki anak
remaja menunjukan 73.4% orangtua mengalami cemas berat dan 26.6% orangtua
mengalami cemas sedanng.
2.
Penghasilan
responden orangtua yang memiliki anak remaja
Tabel
4.2 distribusi gambaran pendapatn orangtua yang memiliki anak remaja
Penghasilan
|
||||||
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
|||
valid Kurang
|
15
|
23.4
|
23.4
|
23.4
|
||
Cukup
|
49
|
76.6
|
76.6
|
100.0
|
||
Total
|
64
|
100.0
|
100.0
|
|||
Pada
tabel 4.2 menunjukan bahwa responden orangtua yang memiliki anak remaja
berpenghasilan cukup sebanyak 49 responden dari 64 responden atau 76.6% dan
responden yang berpenghasilan kurang 15 responden dari 64 responden atau 23.4%.
3.
Jenis kelamin
responden orangtua yang memiliki anak remaja
Tabel
4.3 distribusi kelamin responden orangtua yang memiliki anakremaj
Jenis_Kelamin
|
||||||
Frequency
|
Percent
|
Valid Percent
|
Cumulative Percent
|
|||
valid Lakilaki
|
31
|
48.4
|
48.4
|
48.4
|
||
Perempuan
|
33
|
51.6
|
51.6
|
100.0
|
||
Total
|
64
|
100.0
|
100.0
|
|||
Pada
tabel 4.3 menunjukan terdapat 31 responden berjenis kelamin laki-laki dari
jumlah keseluuhan responden sebanyak 64 responden atau 48.4% dan 33 responden berjenis
kelamin perempuan dari jumlah seluruh responden sebanyak 64 responden atu 51.6%
responden.
BAB V
PEMBAHASAN
A.
Gambaran Kecemasan Orangtua yang Memiliki Anak Remaja di
Desa Kecamatan Lebo Gringsing
Hasil penelitian menunjukanbahwa rata-rata responden
mengalami cemas berat. Dari 14 item pertanyaan tentang kecemasan terhadap anak
remaja, diketahui bahwa sebagian besar responden cemas berat terhadap kenakalan
anak remaja sekarang ini. Penghasilan masyarakat yang menjadi responden rata-rata
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari namun responden mengalami cemas
berat hal ini dimungkinkan karna ada beberapa kasus pernikahan dini remaja di
desa tersebut saat di lakukan penelitian.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
rata-rata responden mengalami kecemasan berat
0 comments:
Post a Comment