Friday, March 15, 2013

MAKALAH REMAJA DAN PERMASALAHANNYA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalamim peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial.
            Masalah psikis yang dihadapi remaja sekarang ini cenderung lebih ke arah yang negatif, sehingga dapat menjadikan remaja yang tidak baik dan atau mengalami hal buruk pada masa depannya. Oleh karena itu perlu adanya media atau sosialisasi untuk menghindarkan remaja itu dari pengaruh-pengaruh buruk yang senantiasa mengelilinginya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian sebenarnya seorang remaja?
2.      Hal-hal apa saja yang dapat mendorong remaja bertindak negatif?
3.      Apa penyebab timbulnya masalah pada remaja?
4.      Bagaimana cara mengantisipasi dan mengatasi permasalahan para remaja tersebut?
C.     Dasar Teori
            Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yangdahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan,namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yangpasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Masa Remaja
            Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah(Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002).Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yangdahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin sajasudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama iajuga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yangpasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
            Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan,namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yangpasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut
1.      Dimensi Biologis
      Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
      Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone(FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone.Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi,sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulaimemperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
2.      Dimensi Kognitif
      Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
      Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya denganpemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini.  
      Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit,dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar mengajarsatu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan caraberpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
3.      Dimensi Moral
      Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik,kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb.  
      Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selamaini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.
      Sebagian besarpara remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalammelihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadilebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan danketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yangada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja.
      Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalankeluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilaitersebut.Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya.
      Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika“lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akanmulai menajam.
4.      Dimensi Psikologis
      Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood(suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago olehMihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remajarata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luarbiasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jamuntuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja iniseringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatansehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengancepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahanyang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness).   Mereka sangatrentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lainsangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi ataumengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangatmemperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percayakeunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran.        Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirikdan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkandirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengansendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidakselalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remajabahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidakberdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantanganuntuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
      Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehinggaseringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka.Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar danbelum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatanmereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebihpercaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab.
      Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jatidiripositif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada dirisendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yanglebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapimasalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai caraakan dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akandilakukan oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti itu.
      Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remajaDari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yangtelah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yangbisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resikodan berdampak negative pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko padamasa remaja misalnya seperti penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya;aktivitas social yang berganti – gantipasangan dan perilaku menentang bahayaseperti balapan, selancar udara, dan layang gantung (Kaplan dan Sadock, 1997).Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah bermacam – macam danberhubungan dengan dinamika fobia balik ( conterphobic dynamic ), rasa takut dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamikakelompok seperti tekanan teman sebaya.
B.     Remaja dan Rokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangattidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi siperokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokoksendiri maupun orang – orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapatdi dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untukmendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma( permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatanmerokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain,terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepadakelompok sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
Penyebab Remaja Merokok :
1.      Pengaruh Orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yangberasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitumemperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebihmudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal darilingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
2.      Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok makasemakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dandemikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi,pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan temantemanremaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnyamereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87%mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitupula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991)
3.      Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskandiri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namunsatu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obata(termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggipada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi penggunadibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson, 1999).
4.      Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaranbahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remajaseringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklantersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).
C.     Penyimpangan Seks Pada Remaja
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukanagar mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyakteman maka banyak pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan denganapa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yangberbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji.benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan.
Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupanmanusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remajaini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masaremaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorangdalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipunmengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan.
Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulaimenyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun nonelektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remajatersebut. Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masaawal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yangterjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadipada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkanrespon dari dua pihak.
Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadikehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolahmeresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswitersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal,lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Haltersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita. Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagaiindividu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruhstrata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan.
Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilantermasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budayayang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akanketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yangsangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangatmenggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.
1.      Pengertian HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Merupakan virus penyebab AIDS yang melemahka sistem kekebalan tubuh. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yangmerupakan kumpulan dari beberapa gejala akibat menurunnya sistem kekebalantubuh yang disebabkan oleh HIV sehingga orang yang telah terinfeksi HIV mudahdiserang berbagai penyakit yang bisa mengancam hidupnya.
2.      Perjalanan Infeksi HIV
HIV menular melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian, jarumsuntik bekas pakai, jarum suntik yang tidak steril, melakukan hubungan seksberganti – ganti pasangan, atau proses penularan dari ibu ke bayi melalui proses : hamil, melahirkan, dan menyusui. Setelah masuk dan menginfeksi manusia selama 2 minggu sampai 6 bulan ( 3 bulan pada 95% kasus) merupakan masa antara masuknya HIV ke dalam tubuh sampai terbentuknya antibody (penangkal penyakit) terhadap HIV atau disebut juga HIV Positif. Pada fase ini HIV sudah dapat ditularkan kepada orang lain walaupun hasil tes masih negatif. Fase ini disebut fase jendela. Setelah melalaui fase jendela. Selama 3 – 10 tahun setelahterinfeksi HIV, Seseorang yang telah mengidap HIV Positif tidak akanmenampakkan gejala, tampak sehat, dan dapat beraktifitas seperti biasa. Barusetelah 1- 2 tahun kemudian mulai timbul infeksi opportunistik ( penyakit lainyang muncul karena sistem kekebalan tubuh menurun). Obat ARV ( Anti Retro Viral ) yang diminum pada fase ini dapat menekan pertumbuhan HIV. Akan tetapi,obat ini tidak dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh.
3.      HIV tidak menular melalui
a)      Gigitan nyamuk atau serangga lain
b)      Keringat, Sentuhan, Pelukan, ataupun Ciuman
c)      Berenang bersama
d)     Terpapar batuk atau bersin
e)      Berbagi makanan atau menggunakan alat makan bersama
f)       Memakai toilet bergantian
4.      Data dan Fakta HIV/AIDS
Dilihat dari jumlah pengidap dan peningkatan jumlahnya dari waktu kewaktu, maka dewasa ini HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS(Acquired Immune Deficiency Syndrome) sudah dapat dianggap sebagai ancamanhidup bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan laporan Departemen Kesehatansampai Juni 2003 jumlah pengidap HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang HidupDengan HIV/AIDS) di Indonesia adalah 3.647 orang terdiri dari pengidap HIV2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari jumlah tersebut, kelompok usia 15 -19 berjumlah 151 orang (4,14%); 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%). Ini berartibahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda. Dari data tersebut, dilaporkan yang sudah meninggal karena AIDS secara umumadalah 394 orang (Subdit PMS & AIDS, Ditjen PPM & PL, Depkes R.I.). Diperkirakan setiap hari ada 8.219 orang di dunia yang meninggal karena AIDS,sedangkan di kawasan Asia Pacific mencapai angka1.192orang.
Data dan fakta tersebut belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya,melainkan hanya merupakan "puncak gunung es", artinya, yang kelihatan atau dilaporkan hanya sedikit, sementara yang tidak kelihatan atau tidak dilaporkanjumlahnya berkali-kali lipat. Para ahli memperkirakan bahwa jumlah sebenarnyabisa 100 kali lipat.
D.    Remaja dan HIV/AIDS
Penularan virus HIV ternyata menyebar sangat cepat di kalangan remajadan kaum muda. Penularan HIV di Indonesia terutama terjadi melalui hubunganseksual yang tidak aman, yaitu sebanyak 2.112(58%) kasus. Dari beberapapenelitian terungkap bahwa semakin lama semakin banyak remaja di bawah usia18 tahun yang sudah melakukan hubungan seks. Cara penularan lainnya adalahmelalui jarum suntik (pemakaian jarum suntik secara bergantian pada pemakai narkoba, yaitu sebesar 815 (22,3%) kasus dan melalui transfusi darah 4 (0,10%)kasus). FKUl-RSCM melaporkan bahwa lebih dari 75% kasus infeksi HIV dikalangan remaja terjadi di kalangan pengguna narkotika. Jumlah ini merupakankenaikan menyolok dibanding beberapa tahun yang lalu.
Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS adalah:
1.      Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upayapencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnyainformasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lainlain,sehingga remaja seringkali tidak memperoleh informasi maupunpelayanan kesehatan reproduksi yang sesungguhnya dapat membantu remajaterlindung dari berbagai resiko, termasuk penularan HIV/AIDS.
2.      2. Perubahan fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi doronganseksual. Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu dan mencoba-cobasesuatu yang baru, termasuk melakukan hubungan seks dan penggunaannarkoba.
3.      3. Adanya informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperolehmelalui seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melaluiberbagai media cetak atau elektronik.
4.      Adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan.
5.      Resiko HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS mempunyai periode inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera terlihat.
6.      Informasi mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum cukup menyebar di kalangan remaja. Banyak remaja masih mempunyai pandangan yang salah mengenai HIV/AIDS.
7.      Remaja pada umumnya kurang mempunyai akses ke tempat pelayanankesehatan reproduksi dibanding orang dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya remaja yang terkena HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, kemudian menyebar ke remaja lain, sehingga sulit dikontrol.
E.     Remaja dan Penyalah Gunaan Minuman Keras dan Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN),jumlah kasuspenyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998 - 2003 adalah 20.301orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun.
1.      Definisi dan Macam – Macam Narkoba
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktifberbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia,baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran,suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkanketergantungan (adiksi ) fisik dan psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukantanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997).
Yang termasuk jenis Narkotika adalah :
a.       Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
b.      Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukannarkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan sarafpusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain: Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf pusat, seperti: Alkohol.
2.      Definisi Alkohol
Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecilmungkin mempunyai efek stimulasi ringan Bahan psikoaktif yang terdapat dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi madu, gula sari buah atau umbi umbian. Nama yang populer : minuman keras (miras), kamput, tomi (topi miring), cap tikus , balo dll. Minuman beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda, misalnya bir dan soda alkohol ( 1-7% alkohol), anggur (10-15% alkohol) dan minuman keras yang biasadisebut dengan spirit (35 – 55% alkohol). Konsentrasi alkohol dalam darah dicapai dalam 30 – 90 menitsetelah diminum.
Dari beberapa penelitian alkohol dapat menyebabkan :
a.       Kecelakaan lalu lintas
b.      Luka bakar
c.       Kasus penganiayaan anak
d.      Bunuh diri
e.       Kecelakaan kerja
Di Indonesia penjualan minuman beralkohol di batasi dan yang boleh membeliadalah mereka yang telah berumur 21 tahun Beberapa etnik di Indonesia menggunakan minuman beralkohol pada acara tertentu dalam jumlah yang sedikit. Mereka juga memproduksi minuman beralkohol dengan nama yang bermacam ragam misalnya : tuak, minuman cap tikus, ciu dll
Pengaruh Terhadap Tubuh (Fisik dan Mental) Pengaruh alkohol terhadap tubuh bervariasi, tergantung pada beberapa faktor yaitu :
a.       Jenis dan jumlah alkohol yang dikonsumsi
b.      Usia, berat badan, dan jenis kelamin
c.       Makanan yang ada di dalam lambung
d.      Pengalaman seseorang minum – minuman beralkohol
e.       Situasi dimana orang minum – minuman beralkohol
1)      Pengaruh jangka pendek
Walaupun pengaruh terhadap individu berbeda – beda, terdapat hubungan antarakonsentrasi alkohol di dalam darah (Blood Alkohol Concentration – BAC) danefeknya. Euphoria ringan dan stimulasi terhadap perilaku lebih aktif seiringdengan meningkatnya konsentrasi alkohol di dalam darah. Sayangnya orangbanyak beranggapan bahwa penampilan mereka menjadi lebih baik dan merekamengabaikan efek buruknya.\
2)      Resiko intoksikasi (”mabuk”)
Gejala intoksikasi alkohol yang paling umum adalah ”mabuk”, ”teler” sehinggadapat menyebabkan cedera dan kematian. Penurunan kesadaran seperti komadapat terjadi pada keracunan alkohol yang berat demikian juga henti nafas dankematian. Selain kematian, efek jangka pendek alkohol dapat menyebabkan hilangnyproduktifitas kerja (misalnya ”teler, kecelakaan akibat ngebut). Sebagai tambahan,alkohol dapat menyebabkan perilaku kriminal. 70 % dari narapidanamenggunakan alkohol sebelum melakukan tindak kekerasan dan lebih dari 40 %kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol
3)      Pengaruh Jangka Panjang
Mengkonsumsi alkohol berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan :
a)      Kerusakan jantung
b)      Tekanan Darah Tinggi
c)      Stroke
d)     Kerusakan hati
e)      Kanker saluran pencernaan
f)       Gangguan pencernaan lainnya (misalnya tukak lambung)
g)       Impotensi dan berkurangnya kesuburan
h)      Meningkatnya resiko terkena kanker payudara
i)         Kesulitan tidur
j)        Kerusakan otak dengan perubahan kepribadian dan suasana perasaan
k)      Sulit dalam mengingat dan berkonsentrasi
Sebagai tambahan terhadap masalah kesehatan, alkohol juga berdampak terhadap hubungan sesama, finansial, pekerjaan, dan juga menimbulkan masalah hukum
4)      Pengaruh alkohol pada perilaku
a)      Perasaan segar (well –being) Sampai dengan 0.50 g%
b)      Banyak bicara
c)      Santai
d)     Lebih percaya diri
e)      Risiko rendah 0.05 – 0.08 g %
f)       Banyak bicara
g)      Bertindak dan lebih merasapercaya diri
h)      Berkurangnya kemampuanuntuk berfikir dan bergerak
i)        Berkurangnya rasa malu
j)        Risikosedang 0.08 – 0.15 g %
k)      Bicara cadel
l)        Berkurangnya keseimbangandan koordinasi tubuh
m)    Refleks menjadi lambat
n)      Penglihatan kabur
o)      Emosi yang labil
p)      Mual, muntah - muntah
q)      Risiko tinggi 0.15 – 0.30 g %
r)       Tidak dapat berjalan tanpa bantuan
s)       Apatis, mengantuk
t)       Kesulitan bernafas
u)      Tidak dapat mengingat beberapa kejadian
v)      Tidak dapat mengendalikan buang air kecil
w)    Kemungkinan kehilangan kesadaran
x)      Koma
y)      Kematian
z)      Kematian > 0.3 g %
5)      Toleransi dan Ketergantungan
Pengguna alkohol yang terus menerus dapat mengalami toleransi danketergantungan. Toleransi adalah peningkatan penggunaan alkohol dari jumlahyang kecil menjadi lebih besar untuk mendapatkan pengaruh yang sama. Sedangkan ketergantungan adalah keadaan dimana alkohol menjadi bagian yangpenting dalam kehidupannya, banyak waktu yang terbuang karena memikirkan (cara mendapatkan, mengkonsumsi dan bagaimana cara berhenti). Penggunaalkohol akan mengalami kesulitan bagaimana cara menghentikan ataumengendalikan jumlah alkohol yang dikonsumsi.
6)      Gejala Putus Alkohol
Seseorang yang mengalami ketergantungan secara fisik terhadap alkohol akanmengalami gejala putus alkohol apabila menghentikan atau mengurangipenggunaannya. Gejala biasanya terjadi mulai 6 – 24 jam setelah minum yangterakhir. Gejala ini dapat berlangsung selama 5 hari, diantaranya adalah :
a)      Gemetar
b)      Mual
c)      Cemas
d)     Depresi
e)      Berkeringat yang banyak
f)       Nyeri kepala
g)      Sulit tidur (berlangsung beberapa minggu)
Gejala putus alkohol sangat berbahaya. Orang yang minum lebih dari 8 standarminum perhari dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter (sebelum memutuskanuntuk berhenti minum) untuk mendapatkan terapi medis guna mencegah komplikasi.
Sedangkan berdasarkan efeknya, narkoba bisa dibedakan menjadi tiga:
1.         Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangiaktifitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisamembuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisamengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, danberbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang populersekarang adalah Putaw.
2.         Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan sertakesadaran. Jenis stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yangsekarang sering dipakai adalah Shabu-shabu dan Ekstasi.
3.         Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi ataumengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu ada jugayang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja.
7)      Penyalahgunaan Narkoba
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan – mulai dari keinginan untuk dicoba – coba, ikut trend/gaya, lambing status social, ingin melupakan persoalan dll , maka narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjutakan menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut juga dengankecanduan.
Tingkatan penyalahgunaan biasanya sebagai berikut:
a)      coba-coba
b)      senang-senang
c)      menggunakan pada saat atau keadaan tertentu
d)     penyalahgunaan
e)      ketergantungan.
8)      Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yangakan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakanpada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.
Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
1.      Dampak Fisik:
                                                              i.      Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
                                                            ii.      Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
                                                          iii.      Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
                                                          iv.      Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
                                                            v.      Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
                                                          vi.      Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
                                                        vii.      Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
                                                      viii.      Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
                                                          ix.      Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian
2.      Dampak Psikis:
                                                                    i.            Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
                                                                  ii.            Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
                                                                iii.            Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
                                                                iv.            Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
                                                                  v.            Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
3.      Dampak Sosiai:
                                                                    i.            Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
                                                                  ii.            Merepotkan dan menjadi beban keluarga
                                                                iii.            Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat(tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.
9)      Bahaya Narkoba Bagi Remaja
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya.
Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.
F.      Menangani Masalah Yang Terjadi Pada Remaja
Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja sepertiyang disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah masalah lain pada Remaja seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar, depresi dll.
Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lah masa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :
1.         Peran Orangtua :
a)      Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
b)      Membekali anak dengan dasar moral dan agama
c)      Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
d)     Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
e)      Menjai tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat
f)       Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
g)      Hindarkan anak dari NAPZA
2.         Peran Guru :
a)      Bersahabat dengan siswa
b)      Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
c)      Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
d)     Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
e)      Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
f)       Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
g)      Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
h)      Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
i)        Mewaspadai adanya provokator
j)        Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
k)      Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan sosial
l)        Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
3.         Peran Pemerintah dan masyarakat :
a)      Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti
b)      Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain
c)      Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
d)     Memberikan keteladanan
e)      Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas
f)       Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
4.         Peran Media :
a)      Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
b)      Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
c)      Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus untuk remaja
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa yang sangat rentan terhadap berbagai ancaman atau pengaruh negatif yang dapat terbentuk karena lingkungan maupun pergaulan. Oleh karena itu diperlukan adanya sebuah penanganan dini untuk para remaja agar terhindar dari segala macam pengaruh buruk tersebut.
Berbagai pihak dapat berperan dalam pencegahan masalah para remaja. Selain itu para remaja sendiri juga harus memiliki kesadaran diri untuk berperilaku hidup sehat.
B.     Saran
Setiap remaja memiliki permasalahan yang dihadapi sendiri, menurut saya beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya akibat yang buruk dari segala macam permasalahan yang timbul antara lain sbb;
1.      Perlu diadakannya sebuah sosialisasi tentang dampak buruk pergaulan remaja
2.      Berbagai pihak saling mendukung dan bersama-sama memberikan bimbingan terhadap remaja
3.      Perlu adanya media bagi remaja untuk mengungkapkan permasalahannya
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azwar, S. 2002. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat (2001). Buku Pedoman Umum Tim
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo & Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.
Pembina, Tim Pengarah & Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa. Direproduksi oleh Proyek Peningkatan Kesehatan Khusus APBD 2002.

0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates