Seperti pada artikel sebelum-sebelumnya di blog Kisah Motivasi ini, saya akan terlebih dahulu memberi sebuah cerita dongeng sebelum lanjut dalam tahap pembahasan. Dan di dongeng kali ini, saya akan bercerita tentang seorang penggosip.
Dongeng:
Di sebuah desa kecil, tinggallah seorang pria yang tiap harinya gemar
menggosip, dia selalu saja menggosipkan tetangga-tetangganya meskipun
dia tak mengenal siapa mereka. Namun karena ingin berubah, suatu hari
dia mendatangi seorang tua bijak untuk meminta saran. Pria bijak ini
memerintahkannya untuk membeli ayam segar di pasar dan membawakan
untuknya sesegera mungkin. Dan ayam itu harus ia cabuti bulu-bulunya
sementara ia berlari, tak boleh sehelai bulu pun tersisa. Si penggosip
ini menuruti semua, dia mencabuti bulu-bulu ayam sementara ia berlari
kembali ke rumah pria bijak itu. Sesampainya disana ia menyerahkan ayam
tersebut, namun pria bijak lagi-lagi memintanya untuk pergi mengumpulkan
semua helai bulu yang sudah dia cabuti dan membawanya kembali. Si
penggosip ini tentu saja protes, hal itu tidak masuk akal untuk
dilakukan. Angin pasti sudah menerbangkan bulu ayam itu ke segala
penjuru dan dia takkan pernah bisa mengumpulkannya lagi. Pria bijak
kembali berkata, "Hal itu benar. Dan begitu pulalah halnya dengan gosip.
satu gosip dapat terbang ke segala sudut, lalu bagaimana kamu akan
mengembalikannya? Jadi sebaiknya jangan pernah memulainya dari awal."
***
Benar kata dongeng di atas. Sekali saja anda menceritakan sebuah gosip,
maka gosip itu akan dengan cepat menyebar bagaikan debu tertiup
angin. Tapi sebenarnya gosip ini baik atau buruk sih? Jawabannya tentu
saja tergantung pada isi dari gosip dan tujuan dari orang yang
menyampaikan gosip ini. Gosip itu sendiri kan bisa di deskripsikan
sebagai mengobrol atau menceritakan sesuatu kepada orang lainnya.
Jadi kalau yang dicerikan merupakan hal-hal yang baik dengan maksud ingin berbagi, berarti itu bagus kan?
Sisi baik lainnya dari gosip itu, terkadang gosip justru lebih memperat
atau mendekatkan hubungan dengan teman-teman kita. Misalnya sudah lama
kita tidak bertemu atau terputus komunikasi dengan teman kita, namun
ketika ada seseorang yang bercerita tentang dia kita jadi tahu, 'oh
keadaan dia sekarang begini', 'oh dia sekarang berada disini'. Dan
jangan salah, gosip juga bisa memberikan kita pelajaran loh. Coba
bayangkan, misalnya ada seseorang yang menggosip tentang suatu keadaan
atau hal yang terjadi di kantor atau disekitar kita, maka dengan
mendengar dan berbagi cerita itu kita akan belajar tentang norma-norma
sosial tak tertulis yang berlaku di sekitar kita. Kita belajar bagaimana
untuk bertindak, dan bagaimana untuk tidak bertindak dalam suatu
situasi tertentu.
Namun masalahnya gosip terkadang lebih diartikan dengan menyebarkan
rumor, atau hal-hal yang belum tentu benar kebenarannya dan kebanyakan
merupakan cerita berbau negatif. Kalau demikian ini yang terjadi, maka
sebaiknya anda memang menghindarinya. Bukan hanya karena adanya
norma-norma sosial yang menilai bagaimana buruknya bergunjing hal-hal
negatif itu, akan tetapi saya rasa semua ajaran agama pun memang tidak
membenarkan kegiatan bergunjing ini.
Dengan tidak bermaksud menghakimi, tapi sebenarnya apa sih yang membuat
seseorang begitu entengnya menggunjingkan aib orang lain? Demi kepuasan
batin? Karena senang melihat mereka yang digosipkan jadi tercoreng
namanya di mata publik? Atau karena memang ingin agar publik tahu sosok
seperti apa yang tersembunyi dibalik kedok si korban gosip ini?
Terlepas dari apapun alasan orang-orang menyebarkan gosip, sebelum
bergosip itu sendiri kenapa kita tidak coba tengok terlebih dahulu pada
diri kita? Apa kita ini memang sempurna tanpa cela, hingga membicarakan
keburukan orang lain bukanlah sebuah kesalahan? Jangan sampai kita
menjadi seperti kata pepatah bijak 'semut di seberang lautan nampak jelas, namun gajah di pelupuk mata tak nampak'.
Terhadap beredarnya sebuah rumor (gosip), sesungguhnya ada tiga pihak yang terkuak aibnya:
- korban gosip yang aib hidupnya di gosipkan,
- dia yang menyebarkan gosip, dengan maksud menjelekkan,
- mereka yang mendengarkan gosip yang kemudian menanggapinya dengan mengucapkan hal-hal buruk lainnya atau bahkan menyebarkannya lagi ke orang lain.
Tapi paling tidak dalam kasus gosip tersebut, yang digosipkan itu merupakan korban. Berarti si penyebar gosip bisa dibilang sebagai pelakunya dong? Gak asik juga kan di cap penggosip? :)
0 comments:
Post a Comment