|
Ada sebuah cerita yang
unik yang buat
perut buncit atau mual dan bisa jadi sakit., cerita ini bermula di dalam sebuah
kereta api. seorang pemuda yang berpenampilan biasa saja, usianya sekitar 24
tahun, duduk di sebuah kursi sambil membaca sebuah novel yang lumayan tebal.
Saat sedang membaca ia mencoba mengingat-ingat apa yang belum dilakukannya,
sejenak si pemuda tersebut melirik kesebelahnya, ternyata ada seorang Bapak yang
wajahnya sedikit menyeramkan karena memiliki kumis yang tebal dan jenggot yang
memutih. Usia Bapak tersebut sekitar 50-an tahun, sipemuda akhirnya bisa ingat
apa yang ia inginkan lakukan, ia melihat si Bapak mengenakan arloji di
tangannya.
Dengan sedikit ragu sembari memotivasi dirinya
untuk memberanikan bertanya kepada si Bapak tersebut, menjoba berdehem dan
menutup bukunya sambil membatasinya dengan jari telunjuk pada halaman yang dia
baca, kemudian memindahkan novel tersebut ketangan kiri. Ia mulai bertanya
kesebelah kanan dimana si Bapak tersebut duduk, “pak, Jam berapa ya sekarang ?”,
tanya si pemuda, sedang si Bapak diam.
Mengira volume suaranya kurang besar dan
mencoba memanggil ulang , “Pak jam berapa sekarang?”, dengan volume suara
sipemuda mencapai 40 persen, ternyata tak berpengaruh sedikitpun untuk si Bapak,
karena ia tetap diam tanpa respon apapun. Kali ini di dalam benak si pemuda
Bapak tersebut tengah melamun, pemuda itu lagi-lagi mengulangi panggilannya,
“paaak, jam berapa ya?”, kali ini menambah volume suaranya hingga 70 persen,
namun tidak juga ada perubahan, si Bapak diam tidak bergeming sedikitpun,
membuat si pemuda bingung.
Merasa kesal seolah pura-pura tidak didengarkan
, si pemuda akhirnya nekat mencolek siku tangan bapak itu dengan berkata “Saya
heran, mengapa bapak tidak jawab pertanyaan saya ?, apa sih susahnya cuma tanya
jam berapa doang?”, ujar si pemuda ketus.
Niat hati ingin menambah lagi “kata-kata
mutiara” kepada si Bapak, namun belum habis sipemuda merepet, Bapak tersebut
mulai kesal juga, “hei nak, saya itu bukannya gak mau jawab, tapi nanti kalau
saya jawab , pasti bakal panjang urusannya, yang inilah itulah, apalah,
iseng-isenglah, salah kirimlah, tinggal dimanalah, family atau bukanlah, terus
nanti saya dan kamu jadi akrab nak, itu yang saya tidak mau”, sambil menatap
mata sipemuda tajam, kemudian kembali cuek merasa tak bersalah.
Si pemuda hanya bisa diam tak berdaya, heran,
kesal dan malu menyatu dalam dirinya mendengar kata-kata si bapak yang diluar
prediksinya, si pemuda melanjutkan pertanyaannya dengan wajah heran, “Lalu apa
ada yang salah kalau kita akrab pak?, ada yang aneh? Malah lebih bagus
bukan?”
Si bapak langsung menjawab pertanyaan si pemuda
itu, “gini ya nak, Nanti anak gadis dan istri saya akan menjemput saya di
stasiun A, kalau kita sudah akrab bisa panjang, kita bakal turun sama-sama,
terus saya pasti harus memperkenalkan mereka berdua sama kamu. Nah, istri saya
tuh tipe orang yang mudah baik sekali sama semua orang , pasti nanti dia pasti
menawarkan kamu mampir kerumah, nanti kamu disuru mandi dirumah saya, terus
makan dirumah saya, kemudian kamu lama-lama bisa akrab dengan anak gadis saya,
dan kamu bisa jadi pacar anak saya, lama-lama kelamaan kamu bakal jadi menantu
saya.”,terangnya.
Si pemuda merasa tersinggung dan masih dalam
keadaan bingung, tadinya sudah dibuat bingung, sekarang ia makin tambah bingung
lagi. Tanpa berfikir panjang lantas pemuda itu bertanya kepada si Bapak, “lha,
Terus apa hubungannya dengan pertanyaan saya semula ?”, ujarnya penuh kekesalan
dan berniat membuat si Bapak terdiam, “skak mat”, fikirnya.
Kali ini si Bapak sudah merasa sangat tidak
tahan lagi dan sangat merasa kesal sekali mendengar pertanyaan tersebut, Ia
berdiri dan memiringkan posisinya sambil menatap si pemuda yang masih terduduk,
si Bapak berkata, “Masalahnya anak muda, saya tidak akan mau punya menantu
seperti kamu, gimana anak saya bisa bahagia ?, wong jam aja kamu gak punya “,
tegasnya sambil membawa tas dan mencari kursi lain yang tidak ditempati.
Sementara si pemuda tetap duduk diam beberapa
saat tak bergeming, semakin keheranan dan kesal akibat ulah si Bapak. Lalu
sipemuda menutup novelnya dan memasukkanya kedalam tas yang ia bawa karena
merasa sudah kehilangan semangat untuk melanjutkan bacaannya, dalam hati ia
melanjutkan pertanyaannya, “jadi jam berapa sekarang pak?”.
*Jadi mulailah berhati-hati untuk bertanya
masalah “sekarang jam berapa”, semoga terhibur.
0 comments:
Post a Comment