Sunday, April 1, 2012

Kontroversi Membuat Blog Autogenerated Content

Autogenerated content, sebagian rekan blogger menuliskannya sebagai Auto Generated Content (AGC), memang menjadi pilihan mudah untuk bisa meraih trafik ke blog kita tanpa harus bersusah payah menambahkan konten secara manual. Namanya juga AUTO, artinya otomatis.
Enak memang, bahkan berdasarkan pengalaman saya sendiri, autogenerated content ini bisa memberikan penghasilan yang lumayan terutama bagi blogger yang menekuni bisnis pay per click (PPC), baik adsense maupun PPC lokal lain. Bayangkan saja, sebuah blog dengan jumlah postingan tidak lebih dari 10 buah bisa menjaring hingga ribuan bahkan puluhan ribu pengunjung setiap hari. Luar biasa!

Bagaimana cara kerja autogenerated content ini?

Ada beberapa jalan yang bisa dilakukan, tetapi yang umum dilakukan adalah memanipulasi kata kunci yang mengarah ke salah satu konten blog kita lalu mereproduksinya menjadi kata kunci lain yang diarahkan pada halaman pencarian blog. Bagi anda yang blognya memakai wordpress (tulisan di sini juga lebih foksu untuk membahas AGC di blog wordpress), ada beberapa plugin yang bisa digunakan untuk ini, antara lain:
  • SEO SearchTerms Tagging 2, karya Purwedi Kurniawan
  • Recent Google Searches Widget, karya Keith Graham
Secara meskipun tidak punya basic pengetahuan tentang HTML dan CSS yang mumpuni, dengan menggunakan 2 plugins di atas Anda sudah bisa mendapatkan traffik dengan sistem autogenerated content.
Apa cukup sampai di sini? Oh tidak! Anda masih bisa melakukan langkah selanjutnya (advance) dengan mengutak-atik kode-kode php dan menambahkan beberapa script tertentu ke dalam halaman search.php blog Anda. Bukan itu saja, Anda juga bisa menambahkan script tertentu itu ke dalam halaman single.php blog Anda sehingga setiap kali ada yang mengunjungi blog Anda melalui postingan yang ada akan mereproduksi hasil pencarian baru yang akan mengarah ke blog Anda.
Lalu apa persoalannya?
Salah seorang staff Google, menyebutkah hal seperti ini dalam tulisannya yang berjudul “Search results in search results” yang artinya kurang lebih seperti ini:
Seperti halnya kita mengenali penyakit AIDS agar kita bisa menghindari penyakit tersebut, begitu juga Auto Content. Meski saya tidak bermaksud mengidentikkan Auto Content dengan hal-hal negatif, penyalahgunaan Auto Content dapat merugikan user mesin pencari dan juga… website Anda sendiri!
Kehadiran sistem autogenerated content memang begitu signifikan terasa sejak awal 2010 ini, terutama untuk skala lokal Indonesia. Cobalah membuka google.co.id dan ketik kata kunci “cara membuat autogenerated content“, maka pada halaman 2 akan muncul hasil pencarian seperti di bawah ini:
Hasil Pencarian Autogenerated Content
Beberapa hasil pencarian yang nama domainnya saya coret adalah hasil pencarian berupa autogenerated content. Masih bingung? Autogenerated content adalah suatu teknik membuat konten secara otomatis dari berbagai sumber, kadang memang ada yang berguna, namun sayangnya kebanyakan para pembuat situs itu hanya mengambil hasil pencarian di Google kemudian menampilkannya di situs yang anda punya.
Nah, dari hasil pencarian pada gambar di atas terlihat jelas bahwa situs-situs itu tidak benar-benar menyediakan informasi, namun membuat informasi tersebut seolah-olah ada di situs tersebut. Makanya banyak pencari informasi di internet dibuat terkecoh oleh situs-situs dengan autogenerated content ini. Mereka akan terputar-putar pada situs yang bersangkutan tanpa pernah mendapatkan informasi sebenarnya yang mereka cari.
Inikah yang diinginkan oleh penyedia layanan mesin pencari seperti google dan para pencari informasi? Pasti bukan! Setiap waktu mesin pencari senantiasa berupaya memberikan hasil pencarian yang seakurat dan seefektif mungkin bagi semua penggunanya. Nah, bagaimana jika kasus autogenerated content ini semakin marak di internet?
Salah satu konsekuensinya adalah mesin pencari seperti google akan menendang (bann) situs-situs yang memberikan informasi tidak berguna, terutama situs yang menggunakan autogenerated content untuk hanya mencari trafik saja. Selain itu, pencari informasi akan segera meninggalkan situs seperti ini begitu menyadari bahwa situs tersebut hanya menyediakan informasi bayangan berupa autogenerated content. Siapa yang akan rugi? Betul kata Matt Cuts, penyalahgunaan Auto Content dapat merugikan user mesin pencari dan juga… website Anda sendiri!

Autogenerated Content yang Aman

Dibalik sisi negatif penggunaan sistem autogenerated content seperti di atas, sebenarnya terbersit sedikit celah. Coba garis bawahi kembali pernyataan si Matt Cuts: penyalahgunaan Auto Content dapat merugikan user mesin pencari dan juga… website Anda sendiri!. Yah, fokus kita adalah pada kalimat penyalahgunaan Auto Content. Secara logika, penyalahgunaan dapat dimaksudkan sebagai tindakan yang tidak memberikan guna/manfaat yang sebenarnya.
Pada kasus autogenerated content, jika situs yang menggunakannya hanya menyajikan informasi semu tanpa detail yang bisa dibaca dan digunakan oleh pencari informasi, maka itu menurut saya adalah salah satu bentuk penyalahgunaan. Akan lain halnya jika autogenerated content benar-benar menyajikan informasi yang dapat diakses oleh para pencari informasi tanpa menyisakan kekecewaan, sepanjang informasi yang disajikan memang ada hubungannya dengan apa yang menjadi fokus pencarian pengunjung situs kita.
Bagaimana caranya membuat autogenerated content yang berguna dan tidak melanggar ketentuan Google? Ayo diskusi di sini!

0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates