Kalau Anda berani tanpil beda, itu berarti Anda memiliki jiwa entrepreneur
Kutipan
di atas, sangat mungkin, mengundang senyum meremehkan. Masa, berbeda saja,
sampai menjadi ciri jiwa enterpreneur. Kalimat itu terasa berlebihan. Pembaca,
entrepreneur sendiri adalah dunia yang unik. Itu sebabnya, mengapa entrepreneur
atau wirausahawan dituntut untuk selalu kreatif setiap saat. Dengan
kreativitasnya, tak mustahil akan terbukti bahwa ía betul-betul memiliki citra
kemandirian yang memukau banyak orang. Karenanya, ia pantas dikagumi, dan
selanjutnya diikuti.
Menjadi
entrepreneur kreatif di saat krisis ekonomi, tentu saja tantangan yang sangat
berat. Siapa saja yang mencoba terjun menjadi entrepreneur kreatif, ia harus
bekerja 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu. Ini masih harus dijalankan
sedikitnya untuk kurun waktu sekitar dua tahun pertama. Sebuah babak baru yang
berat, berjuang tanpa henti dengan berbagai tekanan fisik maupun psikis.
Bisnis
modern? Apalagi! Ia boleh dikatakan,
mustahil bisa eksis dan berkembang tanpa kemampuan menciptakan sesuatu yang
baru pada setiap harinya. Berpikirlah kreatif setiap hari. Dari mana ia datang?
Dari mana saja, dari siapa saja. Interaksi sosial Anda, menjadi stimulan
munculnya ide inovatif. Memang, tak mudah melahirkan sesuatu yang orisinal atau
sama sekali baru. Bisa saja, ia adalah kombinasi “sentuhan baru” pada karya-karya yang sudah ada. Kesan,
aksentuasi disain, modifikasi, adalah bagian dari proses kreatif.
Milik
siapakah kemampuan ini? Apakah ini hanya dimiliki pribadi tertentu? Tegas, kami
nyatakan: tidak. Pada dasarnya, kita semua kreatif. Tentu saja, dengan kualitas
dan kuantitas yang berbeda-beda.
Kemampuan kreatif itu
terdistribusi hampir secara universal kepada seluruh umat di muka bumi ini.
Kreativitas, bak sebuah mata air, jangan biarkan sumbernya mengering. Agar
tetap berair, gali terus, agar “mata air kreativitas” kita tetap berair.
Raudsepp, peneliti dari Princeton Research Inc.
Kreativitas: Keharusan
dalam Kewirausahaan
Jangan terpaku saja melihat gemerlap perubahan! Anda,
satu di antara sekian orang yang sanggup menghadirkan hal baru! Pikirkanlah hal
ini sebagai kebiasaan. Karena Anda hidup dalam abad kreativitas. Kreatif
adalah, kunci memenangkan kompetisi. Ada
banyak konsep kreativitas. Salah satunya, mengambil inspirasi dari dunia musik,
tepatnya, musik jazz. Dalam musik jazz, ada istilah jam session, saat
pemusik tidak memainkan lagu tertentu, tapi alat musiknya mengalunkan paduan
nada tanpa terikat lagu, bebas-mengalir saja. Jamming, menjadi inspirasi John Kao menuangkan
teorinya dalam buku yang sudah beredar dalam bahasa Indonesia, “Jamming: Seni dan
Disiplin Kreativitas Bisnis”.
Kalau jamming bisa menggelitik
telinga dengan alunan musik indah,
bisnis pun, amat mungkin mengambil langkah alternatif di luar yang biasa
berlaku. Hasilnya, seperti jamming dalam jazz, tetap “berirama dan enak
didengar”. Begitulah analogi teori Kao dalam dunia bisnis.
Jamming dalam bisnis, adalah ikhtiar kreatif. Ada imajinasi, totalitas berkreativitas,
menyerap pendar-pendar inspirasi dari mana-mana. Dari sana
tercipta ide-ide kreatif dalam pengembangan bisnis. Siapa “sparing partner”
seorang wirausahawan dalam mengeksplotasi gagasan kreatifnya? Ia bisa sesama
wirausahawan, meskipun tak ada salahnya dengan orang lain yang sangat berbeda
dunia kerja (bukan wirausahawan).
Bekerja “serba
rutin”, “manut pakem”, di level pengambilan keputusan tertinggi, terutama
sebagai pusat penyikapan terhadap realitas bisnis, diyakini merupakan sebuah
sikap berbahaya bagi keberlangsungan usaha. Rutinitas, pakem-pakem itu, menjadi
belenggu bagi kemajuan. Namun begitu, jangan salah memaknainya. Manajemen
kreativitas, bukan “anti aturan”. Aturan tertentu, harus tetap ada, tetapi
keberadaannya tidak memasung kreativitas. Ada
yang “ekstrim” dalam kasus pembaharuan ini. Misalnya, produsen piranti keras
komputer yang mendunia, Intell. Intell, secara berkala selalu menghancurkan produk
lama mereka setelah memproduksi produk baru hasil kreativitas timnya. Langkah
yang serupa, meskipun “tak sengaja”
dialami perusahaan Unilever. Begitu produk barunya muncul, produk
lama Unilever “otomatis” dikalahkan produk barunya sendiri.
Kalau ada contoh
Intell dan Unilever di bagian ini, dua dari sekian big corporate dunia,
sejatinya kreativitas tidak menjadi monopoli korporat besar. Dalam sektor usaha
kecil pun, ide kreatif muncul dari perenungan dan perbincangan akan hal-hal
yang tak pernah terpikirkan. Justru dalam usaha kecillah, kreativitas
seharusnya lebih berkembang, karena biasanya usaha kecil, punya sumber daya
insani tak banyak. Ini poin lebih sehingga usaha kecil relatif lebih kompak
orang-orangnya, sehingga transfer kreativitas baru bisa lekas merata. Dalam
usaha berskala kecil transfer kreativitas lebih pendek jalurnya. Seorang
inovator dalam tempo pendek ia bisa langsung mentransfer temuan barunya kepada
semua orang yang bekerja bersamanya. Bukan mustahil, proses mentransfer temuan
baru itu, sekaligus bisa memicu tumbuhnya kreativitas.
Luwes Menyikapi Peluang
Jika Anda termasuk
dalam golongan orang yang selalu ingin tahu, kemudian dapat melihat suatu
peristiwa dan pengalaman untuk dijadikan sebuah peluang, di mana orang lain
tidak melihatnya, kemudian memiliki keberanian berpikir kreatif dan inovatif,
bersiaplah Anda untuk menjadi entrepreneur.
Banyak contoh yang
dapat memberikan gambaran kepada kita, bahwa tidak ada sesuatu yang tidak
mungkin dilakukan wirausahawan. Keluarkan semua ide atau gagasan Anda, jangan
takut diremehkan atau dihina orang. ‘Ide gila” yang Anda sampaikan, boleh jadi
suatu waktu akan mengundang kekaguman banyak orang. Begitu Anda mulai menuai
sukses, barulah orang akan berguman, “Mengapa itu tak terpikirkan oleh saya
sejak dulu, ya?”
Kalau Anda berani
tampil beda, itu berarti Anda berjiwa entrepreneur. Saya setuju pendapat yang
mengatakan, keberhasilan entrepreneur ibarat kesabaran dan ketenangan seorang
aktor akrobatik meniti tambang tipis hingga sampai ke tujuan. Ia tidak
menghabiskan waktunya dengan perasaan khawatir, tapi konsentrasinya tertuju
pada tujuannya. Tak kalah pentingnya, jangan malu akan kesalahan yang kita
buat. Seorang entrepreneur memang tidak menyukai kesalahan, tapi ia tetap akan
menerimanya sepanjang hal itu dapat memberikan pelajaran berharga. Ia harus
mampu meloloskan diri dari situasi-situasi yang hampir mustahil bisa diatasi.
Dalam era global sekarang ini, kegiatan usaha yang kita jalankan hampir 90%
justru tidak sesuai rencana.
Karena itu, kita
harus luwes dengan rencana yang telah kita buat. Bersiaplah berpindah dari satu
rencana ke rencana lainnya. Seorang entrepreneur juga tidak boleh mudah
berputus asa. Ia harus yakin dengan kreativitasnya. Selalu ada jalan yang tidak
pernah terbayang sebelumnya.
Proses Kreatif
Berwirausaha
Kita berani berpikir
kreatif.
Itu berarti kita sudah berani mengambil
risiko
SALAH satu tugas kita sebagai pengusaha,
selain memiliki ketrampilan interpersonal,
leadership, dan managerial,
juga harus mampu melakukan tugas kreatif. Kreativitaslah, unsur penting
eksis dan berkembangnya sebuah usaha. bagi entrepreneur, seolah tiada hari
tanpa kreativitas. Saatnya kita terus kreatif. Apalagi, kalau di bagian
sebelumnya, kerap disebut-sebut angka luar biasa pertumbuhan kewirausahaan di
Amerika Serikat, di Indonesia sendiri, keragaman usaha maupun jumlah
wirausahawannya, belum sebanyak di Amerika Serikat ataupun di negara lain.
Di Amerika Serikat misalnya, ada bisnis
yang masih langka dan belum memasyarakat di Indonesia, yakni bisnis menyewakan
pakaian dan perlengkapan bayi. Jadi sebenarnya banyak macam usaha yang bisa
kita kerjakan, asal kita mau kreatif. Dalam hal apa saja, kita harus kreatif?
Kreatiflah dalam beberapa hal, antara lain, memilih jenis usaha dan memilih
waktu untuk memulainya.
Maka, jangan ragu menciptakan kondisi yang
memungkinkan setiap unsurnya bisa kreatif. Jadikan setiap sudut, setiap suasana
dalam usaha Anda, kondusif bagi munculnya ide-ide kreatif. Kreativitas itu
sendiri, memang memerlukan proses, yakni proses kreatif. Jadi pada awalnya,
untuk kreatif itu perlu persiapan, meski secara tidak formal. Tinggal,
bagaimana kita sendiri membuat suasana kerja itu kreatif.
Dalam prosesnya, ternyata kreatif itu juga
membutuhkan konsentrasi kita. Padahal, yang kerap terjadi, saat kita melakukan
konsentrasi, malah menemui jalan buntu. Akibatnya, kita tak bisa berbuat
apa-apa, dan berangsur-angsur menjadi frustrasi. Dan, sebenarnya frustasi itu
merupakan bagian dari proses kreatif itu sendiri.
Dalam kondisi inilah, menurut saya,
sebaiknya kita tidak menyerah atau putus asa. Jangan berhenti sampai di situ.
Yakinlah, pada saatnya, wawasan atau iluminasi akan muncul. Kemudian, kita
melewati proses kreatif berikutnya: inkubasi atau pengendapan masuk ke dalam alam
bawah sadar. Pada saatnya, yaitu pada kondisi yang tidak disengaja, bisa saja
muncul iluminasi itu artinya ide kreatif telah kita temukan.
Langkah penting untuk ini, mengolah atau menjalankan ide kreatif
menjadi konkret, demi kemajuan bisnis kita. Bahkan menurut kami, demi kepuasan
pelanggan pun, perlu pendekatan kreatif. Kreatif, juga kata kunci dalam urusan
mencari modal atau dana pengembangan usaha, peningkatan kegiatan produksi,
perbaikan desain, pemasaran, dan lain sebagainya.
Orang kreatif, adalah orang yang
berani mengambil risiko. Hanya tinggal seberapa besar sebenarnya kualitas
kreativitas itu akan mempengaruhi risiko usaha yang dijalankan. Bahkan,
seseorang yang berani berpikir kreatif, berarti dia sudah berani mengambil
risiko. Kami pun yakin, hanya pengusaha yang berani mengambil risiko itulah
yang usahanya dapat berkembang maju, baik untuk saat ini ataupun untuk masa
depan.
0 comments:
Post a Comment