1.Vitamin A
1.1.Pengertian Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat di perlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit infeksi lain). (Puspitorini, 2008)
Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. (Gsianturi, 2004).
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A / karotenoid mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol. (Suhardjo, 2002)
1.2.Fungsi Vitamin A
Fungsi vitamin A antara lain :
1. Berhubungan dengan proses melihat yaitu sebagai retinene atau retinal, yang merupakan bagian dari pigmen penglihatan, yang peka terhadap cahaya.
2. Menjaga kesehatan jaringan epitel agar dapat berfungsi dengan baik
3. Berperan dalam proses penyempurnaan gigi, khususnya dalam pembentukan sel-sel epitel email.
4. Meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh
5. Ikut berperan serta dalam pertumbuhan badan
6. Ikut berperan dalam proses reproduksi. Kebutuhan vitamin A selama hamil meningkat,untuk pertumbuhan janin dan untuk persiapan menyusui. (Hendra, 2006)
Salah satu fungsi vitamin A adalah memelihara kesehatan jaringan epitel, termasuk kulit dan selaput-selaput yang melapisi semua saluran yang terbuka keluar badan dan kelenjar-kelenjar serta saluran-salurannya. Jaringan-jaringan epitel tersebut dapat mengalami keratinisasi (timbul lapisan tanduk) bila terjadi kekurangan vitamin A. (Clara M, 2007)
1.3.Asal Usul Vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang agak stabil terhadap suhu tinggi dan tidak hilang dengan proses perebusan. Oleh karena itu, cara memasak biasa tidak mempengaruhi keadaan vitamin A dalam suatu bahan makanan. (Pudjiadi S, 2003)
Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam pangan hewani, pangan nabati mengandung karotenoid yang merupakan prekursor (provitamin) vitamin A. Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu (didalam lemaknya) dan mentega. Margarin biasanya diperkaya dengan vitamin A karena vitamin A tidak berwarna, warna kuning didalam kuning telur adalah karoten yang tidak diubah menjadi vitamin A. Minyak hati ikan digunakan sebagai sumber vitamin A yang diberikan untuk keperluan penyembuhan. (Suhardjo, 2002)
Sumber karotin : sayur-mayur berwarna merah, kuning dan hijau seperti wortel, tomat, ubi kuning,jagung kuning, bayam, sayur dan daun-daunan. Buah : pepaya, mangga dan jeruk. (Hendra, 2006)
Bahan makanan yang mengandung banyak vitamin A antara lain : hati, lemak hewani, telur, susu, metega dan keju. Sedangkan yang mengandung banyak provitamin A antara lain sayuran berdaun, wortel, pepaya dan minyak kelapa sawit. (Pudjiadi S, 2003)
1.4.Cara Mendapatkan Kapsul Vitamin A
Vitamin A dosis tinggi, baik yang biru maupun yang merah, tidak diperjual belikan dan diberikan secara gratis di posyandu, pos kesehatan atau melalui petugas kesehatan. (Gsianturi, 2004)
1.5.Dosis Pemberian Vitamin A
Untuk bayi berusia 6-11 bulan, diberikan kapsul vitamin A bewarna biru dengan dosis 100.000 IU dan untuk usia 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 IU. (Gsianturi, 2004)
Vitamin A bersifat larut dalam lemak, sehingga dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gejala-gejala keracunan. Biasanya anak merasa mual, sakit kepala dan tidak nafsu makan. Cara pemberian dengan memotong dan memencet isinya kedalam mulut anak, akan menghindari resiko anak menelan beberapa kapsul sekaligus. Walaupun efek samping tersebut bersifat sementara, namun harus diusahakan agar tidak sampai terjadi. (Puspitorini, 2008).
1.6.Akibat Kekurangan Vitamin A
1. Kurang vitamin A (KVA) pada anak-anak yang berada di daerah pengungsian dapat menyebabkan mereka rentan terhadap penyakit infeksi, sehingga mudah sakit.
2. Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain, penyakitnya tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.
3. Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.
4. Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita KVA, karena ASI merupakan sumber vitamin A yang baik. (Gsianturi, 2004)
Kekurangan (defisiensi) Vitamin A terutama pada anak-anak balita. Tanda-tanda kekurangan terlihat bila simpanan tubuh habis terpakai. Kekurangan vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunaannya dalam tubuh, ataupun karena gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A. Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita Kurang Energi Protein (KEP), penyakit hati, gangguan absorpsi karena kekurangan asam empedu. (Suhardjo, 2002)
Penyebab lain KVA pada balita dikarenakan kurang makan sayuran dan buah-buahan berwarna serta kurang makanan lain sumber vitamin A seperti : daun singkong, bayam, tomat, kangkung, daun ubi jalar, wortel, daun pepaya, kecipir, daun sawi hijau, buncis, daun katu, pepaya, mangga, jeruk, jambu biji, telur ikan dan hati. Akibatnya menurun daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. (Depkes RI, 2005)
1.7.Kelebihan Vitamin A
Kelebihan vitamin A jarang sekali terjadi, namun harus waspada karena pemberian dosis tinggi secara terus menerus untuk pencegahan, bisa menyebabkan keracunan dengan gejala-gejala : sakit pada sendi-sendi, sakit kepala dan muntah-muntah. (Hendra, 2006)
Kelebihan vitamin A hanya bisa terjadi bila memakan vitamin A sebagai sumplemen dalam takaran tinggi yang berlebihan, misalnya takaran 16.000 RE untuk jangka waktu lama atau 40.000-55.000 RE/hari. Gejala kelebihan ini hanya terjadi bila dimakan dalam bentuk vitamin A. Karoten tidak dapat menimbulkan gejala kelebihan, karena absorpsi karoten menurun bila konsumsinya tinggi. (Suhardjo, 2002)
Untuk menghindari kelebihan ataupun kekurangan vitamin A sebenarnya gampang, anda cukup memberikan makanan dengan kandungan gizi lengkap. Anda dapat memberikan minuman susu yang mengandung tinggi zat gizi lengkap. Jangan berikan suplemen dosis tinggi sembarangan, berkonsultasilah dengan dokter. (Pudjiadi S, 2003)
1.8.Cara Mencegah Kurang Vitamin A
Vitamin A dapat diperoleh dari ASI atau makanan yang berasal dari hewan (susu, hati, daging ayam, telur) atau dari sayuran hijau serta buah bewarna merah atau kuning (mangga, pepaya).
Dalam keadaan darurat, dimana makanan sumber alami menjadi sangat terbatas, suplementasi kapsul vitamin A menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. (Gsianturi,2004)
Untuk mencegah kekurangan vitamin A, maka di adakan pemberian vitamin A dosis tinggi secara rutin dua kali dalam satu tahun. Suplementasi vitamin A dosis tinggi yang dilakukan secara berkala pada anak, dimaksudkan untuk menghimpun cadangan vitamin A dalam hati, agar tidak terjadi kekurangan vitamin A dan akibat buruk yang ditimbulkannya seperti kebutaan dan kematian. Cadangan vitamin A dalam hati ini dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. (Puspitorini, 2008)
2.Karakteristik Ibu
2.1.Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk yang hidup maupun yang mati. Semakin bertambah usia, semakin banyak pengalaman yang diperoleh sehingga seseorang dapat meningkatkan kematangan mental dan intelektual serta dapat membuat keputusan yang bijaksana dalam bertindak. (Sarwono, 2005.)
Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risk serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut. (Noor, 2000).
Umur merupakan salah satu dari faktor sosial yang juga mempengaruhi status kesehatan seseorang dan berdasarkan golongan umur maka dapat dilihat ada perbedaan pola penyakit. (Kresno, 2000).
Hasil penelitian Suswanto (2000) juga didapatkan sebagian besar variabel penelitian berhubungan dengan cakupan vitamin A antara lain umur ibu, tingkat pendidikan, pengetahuan dan keaktifan ibu dalam organisasi masyarakat.
2.2.Pendidikan
Pendidikan adalah suatu konsep guna mencapai suatu tujuan (perubahan tingkah laku). Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan antara lain tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. Tahap pendidikan sangat menentukan kemampuan seseorang dalam mengatasi berbagai masalah dalam kehidupannya. (Sarwono, 2005)
Pendidikan memegang peranan penting terhadap kesuksesan pelaksanaan pemberian vitamin A. Begitu juga terhadap ibu-ibu, ada hubungan antara pendidikan dengan pemberian vitamin A, semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin menambah wawasan ibu mengenai vitamin A. (Sarwono, 2005)
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni :
a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pelaku pendidikan.
b. Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain).
c. Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2003)
Menurut Soekanto (2004) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Disebutkan jenjang pendidikan dibagi menjadi pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Yang termasuk dalam pendidikan dasar yaitu SD/Sederajat dan SLTP/Sederajat, pendidikan menengah yaitu SLTA/sederajat, sedangkan pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah menengah yang mencakup Diploma (D3), Sarjana, Magister, Spesialis dan Doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. (Sarwono, 2005)
Berdasarkan hasil penelitian Darniati (2009) ibu yang berpendidikan dasar cenderung memberikan vitamin A pada balitanya sebanyak 40 %, begitu juga dengan ibu yang berpendidikan menengah yaitu 40 %, sedangkan ibu yang berpendidikan tinggi memberikan vitamin A pada balitanya sebanyak 50 %.
Hasil penelitian Semba, et. All (2010) tentang program cakupan kapsul vitamin A dan faktor risiko yang berhubungan dengan non-penerimaan vitamin A di Bangladesh didapatkan bahwa tingkat pendidikan formal ibu yang tinggi lebih cenderung mendapatkan cakupan kapsul vitamin A yang baik dibandingkan dengan tingkat pendidikan formal yang rendah.
2.3.Pekerjaan
Menurut Asih (2007) pekerjaan adalah sosial ekonomi yang merupakan salah satu dari penyebab ketidaktauan tentang pemberian vitamin A pada balita yang tidak langsung dalam arti bahwa keadaan ekonomi yang rendah akan menyebabkan balita kekurangan gizi. Hal ini menyebabkan balita bila terserang campak, diare atau infeksi lain, penyakitnya tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian.
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawa kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada sebelumnya. (Anoraga, 2006).
Menurut Noor, N (2000) menyebutkan berbagai variabel sangat erat hubungannya dengan status sosio ekonomi sehingga merupakan karakteristik. Status sosio ekonomi erat hubungannya dengan pekerjaan/jenisnya, pendapatan keluarga, daerah tempat tinggal, kebiasaan hidup dan lain sebagainya.
Menurut hasil penelitian Idwar (2000),bahwa ibu yang bekerja mempunyai resiko 2,324 kali untuk memberikan vitamin A dengan ibu yang tidak bekerja disebabkan kurangnya informasi yang diterima ibu rumah tangga dibandingkan dengan ibu yang bekerja.
Pada masa yang akan datang di Indonesia akan terjadi perubahan dari negara agraris menjadi negara industri. Sementara itu, karena adanya perbaikan pendidikan dan perhatian terhadap perempuan menyebabkan semakin meningkatnya tenaga kerja perempuan. Batasan ibu yang bekerja adalah ibu-ibu yang melakukan aktivitas ekonomi mencari penghasilan yang dilakukan secara reguler diluar rumah. Tentunya aktivitas ini akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki ibu untuk memberikan kasih sayang terhadap anaknya termasuk perhatian ibu pada pemberian vitamin A tersebut. (Depkes RI, 2000).
2.4.Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuuatu yang diketahui mengenai hal atau sesuatu. pengetahuan dapat mengetahui perilaku seseorang. (Sarwono, 2005)
Pengetahuan ibu-ibu tentang kesehatan anak merupakan salah satu faktor yang mendukung ibu-ibu yang mempunyai balita dalam pemberian vitamin A. Semakin tinggi ilmu pengetahuan, maka wawasan yang didapatkan akan semakin luas. (Sarwono, 2005)
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Dengan perkataan lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjad ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Mempunyai objek kajian
2. Mempunyai metode pendekatan
3. Bersifat universal (mendapat pengakuan secara umum) (Notoatmodjo, 2002)
Ada enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif :
1. Tahu (know)
Di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Memahami ( comprehension)
Di artikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3. Menerapkan (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya.
4. Analysis (analisa)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
5. Sintesa (synthesis)
Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. (Notoatmodjo, 2003)
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas. (Notoatmodjo, 2003)
Berdasarkan hasil penelitian Darniati ( 2009) di dapatkan bahwa ibu yang berpengetahuan baik akan cenderung memberikan vitamin A pada balitanya yaitu 50 %, ibu yang berpengetahuan sedang memberikan vitamin A pada balitanya yaitu sebanyak 39,48 %, sedangkan ibu yang berpengetahuan kurang cenderung memberikan vitamin A yaitu 41,67 %.
Hasil penelitian Suswanto (2000) tentang faktor yang berhubungan dengan ditribusi kapsul Vitamin A di Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, menunjukkan bahwa sebagian besar variabel penelitian berhubungan dengan cakupan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan distribusi kapsul vitamin A dosisi tinggi adalah umur ibu, tingkat pendidikan, pengetahuan, lama ibu kontak dengan anak, keterlibatan ibu dalam organisasi masyarakat, umur kader, tingkat pendidikan kader, aktivitas kader, frekuensi pembinaan oleh petugas Puskesmas, tingkat pendidikan tokoh masyarakat dalam kegiatan distribusi, sedangkan lama menjadi kader tidak berhubungan dengan cakupan ditribusi kapsul vitamin A dosis tinggi.
1.1.Pengertian Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat di perlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit infeksi lain). (Puspitorini, 2008)
Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. (Gsianturi, 2004).
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A / karotenoid mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol. (Suhardjo, 2002)
1.2.Fungsi Vitamin A
Fungsi vitamin A antara lain :
1. Berhubungan dengan proses melihat yaitu sebagai retinene atau retinal, yang merupakan bagian dari pigmen penglihatan, yang peka terhadap cahaya.
2. Menjaga kesehatan jaringan epitel agar dapat berfungsi dengan baik
3. Berperan dalam proses penyempurnaan gigi, khususnya dalam pembentukan sel-sel epitel email.
4. Meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh
5. Ikut berperan serta dalam pertumbuhan badan
6. Ikut berperan dalam proses reproduksi. Kebutuhan vitamin A selama hamil meningkat,untuk pertumbuhan janin dan untuk persiapan menyusui. (Hendra, 2006)
Salah satu fungsi vitamin A adalah memelihara kesehatan jaringan epitel, termasuk kulit dan selaput-selaput yang melapisi semua saluran yang terbuka keluar badan dan kelenjar-kelenjar serta saluran-salurannya. Jaringan-jaringan epitel tersebut dapat mengalami keratinisasi (timbul lapisan tanduk) bila terjadi kekurangan vitamin A. (Clara M, 2007)
1.3.Asal Usul Vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang agak stabil terhadap suhu tinggi dan tidak hilang dengan proses perebusan. Oleh karena itu, cara memasak biasa tidak mempengaruhi keadaan vitamin A dalam suatu bahan makanan. (Pudjiadi S, 2003)
Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam pangan hewani, pangan nabati mengandung karotenoid yang merupakan prekursor (provitamin) vitamin A. Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu (didalam lemaknya) dan mentega. Margarin biasanya diperkaya dengan vitamin A karena vitamin A tidak berwarna, warna kuning didalam kuning telur adalah karoten yang tidak diubah menjadi vitamin A. Minyak hati ikan digunakan sebagai sumber vitamin A yang diberikan untuk keperluan penyembuhan. (Suhardjo, 2002)
Sumber karotin : sayur-mayur berwarna merah, kuning dan hijau seperti wortel, tomat, ubi kuning,jagung kuning, bayam, sayur dan daun-daunan. Buah : pepaya, mangga dan jeruk. (Hendra, 2006)
Bahan makanan yang mengandung banyak vitamin A antara lain : hati, lemak hewani, telur, susu, metega dan keju. Sedangkan yang mengandung banyak provitamin A antara lain sayuran berdaun, wortel, pepaya dan minyak kelapa sawit. (Pudjiadi S, 2003)
1.4.Cara Mendapatkan Kapsul Vitamin A
Vitamin A dosis tinggi, baik yang biru maupun yang merah, tidak diperjual belikan dan diberikan secara gratis di posyandu, pos kesehatan atau melalui petugas kesehatan. (Gsianturi, 2004)
1.5.Dosis Pemberian Vitamin A
Untuk bayi berusia 6-11 bulan, diberikan kapsul vitamin A bewarna biru dengan dosis 100.000 IU dan untuk usia 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 IU. (Gsianturi, 2004)
Vitamin A bersifat larut dalam lemak, sehingga dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gejala-gejala keracunan. Biasanya anak merasa mual, sakit kepala dan tidak nafsu makan. Cara pemberian dengan memotong dan memencet isinya kedalam mulut anak, akan menghindari resiko anak menelan beberapa kapsul sekaligus. Walaupun efek samping tersebut bersifat sementara, namun harus diusahakan agar tidak sampai terjadi. (Puspitorini, 2008).
1.6.Akibat Kekurangan Vitamin A
1. Kurang vitamin A (KVA) pada anak-anak yang berada di daerah pengungsian dapat menyebabkan mereka rentan terhadap penyakit infeksi, sehingga mudah sakit.
2. Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain, penyakitnya tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.
3. Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.
4. Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita KVA, karena ASI merupakan sumber vitamin A yang baik. (Gsianturi, 2004)
Kekurangan (defisiensi) Vitamin A terutama pada anak-anak balita. Tanda-tanda kekurangan terlihat bila simpanan tubuh habis terpakai. Kekurangan vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunaannya dalam tubuh, ataupun karena gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A. Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita Kurang Energi Protein (KEP), penyakit hati, gangguan absorpsi karena kekurangan asam empedu. (Suhardjo, 2002)
Penyebab lain KVA pada balita dikarenakan kurang makan sayuran dan buah-buahan berwarna serta kurang makanan lain sumber vitamin A seperti : daun singkong, bayam, tomat, kangkung, daun ubi jalar, wortel, daun pepaya, kecipir, daun sawi hijau, buncis, daun katu, pepaya, mangga, jeruk, jambu biji, telur ikan dan hati. Akibatnya menurun daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. (Depkes RI, 2005)
1.7.Kelebihan Vitamin A
Kelebihan vitamin A jarang sekali terjadi, namun harus waspada karena pemberian dosis tinggi secara terus menerus untuk pencegahan, bisa menyebabkan keracunan dengan gejala-gejala : sakit pada sendi-sendi, sakit kepala dan muntah-muntah. (Hendra, 2006)
Kelebihan vitamin A hanya bisa terjadi bila memakan vitamin A sebagai sumplemen dalam takaran tinggi yang berlebihan, misalnya takaran 16.000 RE untuk jangka waktu lama atau 40.000-55.000 RE/hari. Gejala kelebihan ini hanya terjadi bila dimakan dalam bentuk vitamin A. Karoten tidak dapat menimbulkan gejala kelebihan, karena absorpsi karoten menurun bila konsumsinya tinggi. (Suhardjo, 2002)
Untuk menghindari kelebihan ataupun kekurangan vitamin A sebenarnya gampang, anda cukup memberikan makanan dengan kandungan gizi lengkap. Anda dapat memberikan minuman susu yang mengandung tinggi zat gizi lengkap. Jangan berikan suplemen dosis tinggi sembarangan, berkonsultasilah dengan dokter. (Pudjiadi S, 2003)
1.8.Cara Mencegah Kurang Vitamin A
Vitamin A dapat diperoleh dari ASI atau makanan yang berasal dari hewan (susu, hati, daging ayam, telur) atau dari sayuran hijau serta buah bewarna merah atau kuning (mangga, pepaya).
Dalam keadaan darurat, dimana makanan sumber alami menjadi sangat terbatas, suplementasi kapsul vitamin A menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. (Gsianturi,2004)
Untuk mencegah kekurangan vitamin A, maka di adakan pemberian vitamin A dosis tinggi secara rutin dua kali dalam satu tahun. Suplementasi vitamin A dosis tinggi yang dilakukan secara berkala pada anak, dimaksudkan untuk menghimpun cadangan vitamin A dalam hati, agar tidak terjadi kekurangan vitamin A dan akibat buruk yang ditimbulkannya seperti kebutaan dan kematian. Cadangan vitamin A dalam hati ini dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. (Puspitorini, 2008)
2.Karakteristik Ibu
2.1.Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk yang hidup maupun yang mati. Semakin bertambah usia, semakin banyak pengalaman yang diperoleh sehingga seseorang dapat meningkatkan kematangan mental dan intelektual serta dapat membuat keputusan yang bijaksana dalam bertindak. (Sarwono, 2005.)
Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risk serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut. (Noor, 2000).
Umur merupakan salah satu dari faktor sosial yang juga mempengaruhi status kesehatan seseorang dan berdasarkan golongan umur maka dapat dilihat ada perbedaan pola penyakit. (Kresno, 2000).
Hasil penelitian Suswanto (2000) juga didapatkan sebagian besar variabel penelitian berhubungan dengan cakupan vitamin A antara lain umur ibu, tingkat pendidikan, pengetahuan dan keaktifan ibu dalam organisasi masyarakat.
2.2.Pendidikan
Pendidikan adalah suatu konsep guna mencapai suatu tujuan (perubahan tingkah laku). Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan antara lain tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. Tahap pendidikan sangat menentukan kemampuan seseorang dalam mengatasi berbagai masalah dalam kehidupannya. (Sarwono, 2005)
Pendidikan memegang peranan penting terhadap kesuksesan pelaksanaan pemberian vitamin A. Begitu juga terhadap ibu-ibu, ada hubungan antara pendidikan dengan pemberian vitamin A, semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin menambah wawasan ibu mengenai vitamin A. (Sarwono, 2005)
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni :
a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pelaku pendidikan.
b. Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain).
c. Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2003)
Menurut Soekanto (2004) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Disebutkan jenjang pendidikan dibagi menjadi pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Yang termasuk dalam pendidikan dasar yaitu SD/Sederajat dan SLTP/Sederajat, pendidikan menengah yaitu SLTA/sederajat, sedangkan pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah menengah yang mencakup Diploma (D3), Sarjana, Magister, Spesialis dan Doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. (Sarwono, 2005)
Berdasarkan hasil penelitian Darniati (2009) ibu yang berpendidikan dasar cenderung memberikan vitamin A pada balitanya sebanyak 40 %, begitu juga dengan ibu yang berpendidikan menengah yaitu 40 %, sedangkan ibu yang berpendidikan tinggi memberikan vitamin A pada balitanya sebanyak 50 %.
Hasil penelitian Semba, et. All (2010) tentang program cakupan kapsul vitamin A dan faktor risiko yang berhubungan dengan non-penerimaan vitamin A di Bangladesh didapatkan bahwa tingkat pendidikan formal ibu yang tinggi lebih cenderung mendapatkan cakupan kapsul vitamin A yang baik dibandingkan dengan tingkat pendidikan formal yang rendah.
2.3.Pekerjaan
Menurut Asih (2007) pekerjaan adalah sosial ekonomi yang merupakan salah satu dari penyebab ketidaktauan tentang pemberian vitamin A pada balita yang tidak langsung dalam arti bahwa keadaan ekonomi yang rendah akan menyebabkan balita kekurangan gizi. Hal ini menyebabkan balita bila terserang campak, diare atau infeksi lain, penyakitnya tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian.
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawa kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada sebelumnya. (Anoraga, 2006).
Menurut Noor, N (2000) menyebutkan berbagai variabel sangat erat hubungannya dengan status sosio ekonomi sehingga merupakan karakteristik. Status sosio ekonomi erat hubungannya dengan pekerjaan/jenisnya, pendapatan keluarga, daerah tempat tinggal, kebiasaan hidup dan lain sebagainya.
Menurut hasil penelitian Idwar (2000),bahwa ibu yang bekerja mempunyai resiko 2,324 kali untuk memberikan vitamin A dengan ibu yang tidak bekerja disebabkan kurangnya informasi yang diterima ibu rumah tangga dibandingkan dengan ibu yang bekerja.
Pada masa yang akan datang di Indonesia akan terjadi perubahan dari negara agraris menjadi negara industri. Sementara itu, karena adanya perbaikan pendidikan dan perhatian terhadap perempuan menyebabkan semakin meningkatnya tenaga kerja perempuan. Batasan ibu yang bekerja adalah ibu-ibu yang melakukan aktivitas ekonomi mencari penghasilan yang dilakukan secara reguler diluar rumah. Tentunya aktivitas ini akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki ibu untuk memberikan kasih sayang terhadap anaknya termasuk perhatian ibu pada pemberian vitamin A tersebut. (Depkes RI, 2000).
2.4.Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuuatu yang diketahui mengenai hal atau sesuatu. pengetahuan dapat mengetahui perilaku seseorang. (Sarwono, 2005)
Pengetahuan ibu-ibu tentang kesehatan anak merupakan salah satu faktor yang mendukung ibu-ibu yang mempunyai balita dalam pemberian vitamin A. Semakin tinggi ilmu pengetahuan, maka wawasan yang didapatkan akan semakin luas. (Sarwono, 2005)
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Dengan perkataan lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjad ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Mempunyai objek kajian
2. Mempunyai metode pendekatan
3. Bersifat universal (mendapat pengakuan secara umum) (Notoatmodjo, 2002)
Ada enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif :
1. Tahu (know)
Di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Memahami ( comprehension)
Di artikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3. Menerapkan (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya.
4. Analysis (analisa)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
5. Sintesa (synthesis)
Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. (Notoatmodjo, 2003)
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas. (Notoatmodjo, 2003)
Berdasarkan hasil penelitian Darniati ( 2009) di dapatkan bahwa ibu yang berpengetahuan baik akan cenderung memberikan vitamin A pada balitanya yaitu 50 %, ibu yang berpengetahuan sedang memberikan vitamin A pada balitanya yaitu sebanyak 39,48 %, sedangkan ibu yang berpengetahuan kurang cenderung memberikan vitamin A yaitu 41,67 %.
Hasil penelitian Suswanto (2000) tentang faktor yang berhubungan dengan ditribusi kapsul Vitamin A di Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, menunjukkan bahwa sebagian besar variabel penelitian berhubungan dengan cakupan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan distribusi kapsul vitamin A dosisi tinggi adalah umur ibu, tingkat pendidikan, pengetahuan, lama ibu kontak dengan anak, keterlibatan ibu dalam organisasi masyarakat, umur kader, tingkat pendidikan kader, aktivitas kader, frekuensi pembinaan oleh petugas Puskesmas, tingkat pendidikan tokoh masyarakat dalam kegiatan distribusi, sedangkan lama menjadi kader tidak berhubungan dengan cakupan ditribusi kapsul vitamin A dosis tinggi.
0 comments:
Post a Comment