Tuesday, December 11, 2012

7 Hari di Rumah Hantu



Assalamu`alaikum. Perkenalkan, saya Arie dari Jakarta, dan ingin berbagi pengalaman yang saya alami sendiri tahun 2006, langsung aja ya..

Jam 7 pagi saya, Andre dan Cecep berangkat ke Pandeglang. Jam 11.30 WIB kami turun dari bis tepat di areal persawahan yang bersebrangan dengan areal pemakaman. Kira-kira 15 menit menunggu, datang seorang pria dengan postur kurus dating menjemput kami. Kami ngikutin langkah pak Karim melewati pematang sawah.

Kami sampai di sebuah rumah besar dengan teras yang dibuat panggung dari kayu dengan 2 tiang yang terbuat dari pohon kelapa. Di sebelah kiri rumahnya ada empang kecil, dan cuma ada beberapa rumah di areal itu. Di sebelah kiri rumah yang tingginya kira-kira 1,5 meter (posisi tanahnya seperti perbukitan) ada musollah kecil yang tembok-temboknya sudah berlumut, dibelakang rumah cuma pohon-pohon dan beberapa puing-puing. Pak Eka mempersilahkan kami masuk.

Setelah bicara panjang lebar soal bisnis, pak Eka mempersilahkan kami untuk istirahat. Cuma ada tiga kamar di rumah itu. Satu kamar utama yang bersebelahan dengan ruang tamu, dua kamar yang berjejer dengan dapur yang gelap, dan kamar yang pojok juga digunakan sebagai gudang tempat menyimpan dipan-dipan lama, jadi cuma ada dua kamar yang bisa digunakan.

Selepas ashar, pak Eka pamit untuk ke Bandung untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam bisnis kami nantinya, dan mempersilahkan kami menetap di rumah orang tuanya. Saya mulai membereskan kamar yang akan saya gunakan untuk istirahat. Saya dan Cecep (yang paling penakut) menempati kamar tengah yang bersebelahan dengan dapur, dan Andre menempati kamar utama. Cecep masak makan malam di depan ruang kamar saya dekat meja makan.

"Jangan iseng deh rie.. pake pindah-pindahin samsi segala, mau hangus apa masakan gue??" teriak Cecep ke arahku. "Mang kenapa sih??" tanya Andre yang lagi asik ngobrol sama pak Karim. "Tau nih... masa samsi gue taruh di sini bisa pindah kesitu.." jawab Cecep sambil menunjuk meja yang dekat dengan pintu dapur.

Setelah makan, kamipun iseng-iseng main kartu gaplek sambil nunggu mata ngantuk ditemanin kopi dan rokok, dan tiba-tiba saya mencium wangi SPLASH COLOGNE cewek yang sangat menyengat. "Dah neng.. masuk aja ke kamar aa, nanti aa nyusul" celetuk saya. Dan mereka semua melihat ke arah saya dengan penuh tanda tanya, kecuali pak Karim yang terlihat sedikit panik dan geleng-geleng.

Ngga terasa udah jam 00.45 WIB. Saya masuk kamar duluan disusul Cecep yang langsung loncat ke kasur dan pules. Gggrrrkk.. ggrrrkk.. suara yang menandakan Cecep dah ngga bisa lagi diajak komunikasi. Kemudian lampu saya padamin dan tidur dengan posisi tengkurap dan saya mulai mencium COLOGNE yang tadi.

DDEEENGGG...!!!

Saya mulai cemas dan nempelin muka makin dalem ke bantal biar aromanya ngga kecium, dan sesuatu yang aneh saya rasakan. Ada tangan dingin cewek yang mengusap kedua betis saya dari bawah keatas membuat saya langsung bangun seketika dan pindah tidur deket pak Karim yang sudah indah dengan mimpinya dan menutup semua badan dengan selimut, dan tidur menyusul teman-teman yang dah lelap.

(bersambung)

Maaf ya teman-teman kalau ceritanya harus bersambung, mudah-mudahan ceritanya menarik. Kalo ada salah-salah dalam pengetikan mohon dimaafkan, karena ini kali pertama saya posting cerita ke page ini.

Wassalam,

0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates