Wednesday, February 6, 2013

Kamu Telah Terluka, Hatiku Jadi Terluka





Aku masih ingat kisah tragis yang menimpa pada seorang perempuan yang berasal dari desa kelahiranku. Kak Prika (bukan nama aslinya) nama sapaan yang biasa kami panggil sehari-hari. Orangnya tinggi, langsing, warna kulitnya sawo matang, rambutnya lurus dan panjang sepunggung.

Dia mempunyai seorang cowok yang lumayan ganteng, berasal dari salah satu kecamatan yang dekat dengan kecamatan aku yaitu kecamatan kembang Tanjong Kabupaten Pidie.

Hubungan mereka berjalan dengan lancar dan baik-baik saja, bahkan waktu itu sudah direncanakan untuk acara pertunangan. Dikarenakan ada terjadi baku tembak di hutan dekat desa ku, akhirnya jadwal pertunangannya dibatalkan untuk sementara waktu, diakibatkan banyaknya para tentara yang ganas-ganas dan kejam-kejam melakukan patroli di seputaran desa ku.

Dua hari setelah terjadi insiden baku tembak, dikirimlah sekelompok orang yang menggunakan baju loreng, wajah mereka serem, tapi senyuman mereka bisa memikat para semua perempuan.

Mereka dikenal dengan pasukan rajawali, tapi dari tampang mereka, kayaknya bercampur-campur, kebanyakan berasal dari pasukan khusus (terkenal dengan nama KOPASSUS). Itu yang disebut-sebut oleh kebanyakan masyarakat Aceh. Mereka ditempatkan di sebuah bangunan kosong (sekarang sudah menjadi kantor Urusan Agama), tepatnya di pusat pasar kecamatan simpang tiga.

Satu minggu berjalan tugas mereka di kecamatan simpang tiga, suasana aman-aman saja, bahkan mereka sangat dekat dengan masyarakat. Maklum waktu itu sudah masuk masa Darurat Sipil, yang dicetus oleh Buk Megawati SoekarnoPutri. Darurat Sipil tujuannya untuk membasmi para masyarakat biasa yang membantu para pemberontak di Aceh.

Karena kondisi aman-aman saja, kerjaan mereka sehari hari adalah masuk ke desa-desa dan sering merayu para gadis-gadis desa yang kebanyakannya cantik-cantik. Tidak ada orang yang berani melarang untuk tidak mengganggu anak gadisnya, malah dituntut untuk senyum dan ramah terhadap mereka.

Ada beberapa gadis desa yang berhasil dirayu dan dibawa ke markas mereka, termasuk kak Prika. Setiap Hari (sore hari) disuruh datang ke markas, hanya untuk menghibur mereka yang sedang kesepian.

Aku pernah melihat dengan mata sendiri, bahwa dibelakang markas mereka ada dibuat sebuah bar mini, terdapat banyak minuman berakohol. Para gadis desa yang datang itu, langsung dibawa ke belakang di bar mini yang sederhana itu.

Canda dan tawa terdapat diantara para tentara dan gadis-gadis desa, sekali-kali meneguk minuman haram itu, sampai pikiran dan nafsu tidak terkendalikan lagi, termasuk kak Prika. Dia sampai tidak mengingat lagi akan cowoknya yang sangat setia kepadanya.

Kak Prika dan beberapa gadis desa itu telah hilang kendali dan semakin ketagihan, maklumkan saja, minuman keras memang bisa menghilangkan pikiran yang normal menjadi tidak normal dan menjurus ke hal yang negatif.

Mabuk akibat minuman keras tersebut, telah menghilangkan barang yang berharga dari tubuh kak Prika dan beberapa gadis desa.

Hal itu mereka sadari setelah tiba di rumahnya masing-masing. Tetesan air mata mengalir tanpa henti di wajah kak Prika.

Keluarganya tidak ada yang tahu bahwa kak Prika tidak perawan lagi. Wajah pucat dan rasa takut yang nampak diraut wajahnya. kejadian tersebut sangatlah disesali dan kekhawatiran mulai muncul dipikirannya, apakah aku akan hamil???

Keesokan harinya, kak Prika langusng berjumpa dengan cowoknya. Kak Prika ternyata orangnya sangat jujur, dia menjelaskan terhadap apa yang telah menimpa pada dirinya. Tapi, kak Prika sangat berharap kalau cowoknya mau menikah dengannya, dia sangat menyesali atas perbuatan yang telah diperbuatnya dan akan berjanji tidak mengulangi lagi.

“Nasi telah menjadi bubur, dan bubur pun telah menjadi basi”, harapan dan penyesalan kak Prika tidak diterima oleh cowoknya. kak Prika hanya menerima satu kalimat yang keluar dari mulur cowoknya, “Kamu telah terluka, Hatiku jadi terluka”.

Kemudian cowoknya tanpa berkata apa-apa lagi, langsung pulang dan meninggalkan kakak itu sendiri.

Semua telah terlanjur, sore harinya seperti biasa kak Prika menuju ke pos tentara tersebut. Bertemu dengan salah satu tentara yang bersamanya sore kemarin pada saat bermabuk-mabukan. Kak Prika sangat berharap kalau tentara itu mau menikahinya, harapannya ternyata dikabulkan oleh tentara itu. Aku akan menikahimu bulan depan, kata tentara itu di depan teman-temannya dan gadis-gadis desa yang lain.

Ternyata, Keluarga kak Prika berpandangan lain. Semua itu salah kak Prika karena tidak mengatakan hal yang sebenarnya kepada keluarganya.

Karena dilihat sikap kak Prika semakin aneh, maka keluarganya mencari cara untuk mencegah kak Prika supaya tidak datang lagi ke pos tentara tersebut. Apalagi orang-orang kampung telah menegur dan mencemo’ohkannya.

Beberapa hari kemudian, akhirnya keluarga kak Prika menemukan solusi untuk mencegahnya supaya tidak datang lagi ke pos tersebut.

Hari itu juga, sekitar pukul 11.00 wib, kak Prika diikat oleh keluarganya disebuah kursi dan diletakkan di depan halaman rumah. Aku dan beberapa warga lain sangat sedih dan terkejut atas sikap keluarganya itu. Rambut kak Prika digunting-gunting oleh keluarganya tidak dengan sewajarnya, tidak rapi, berserakan (seperti orang gila) dan sangat pendek.

Setelah selesai dipotong, kemudian kak Prika dilepaskan ikatannya dan disuruh mandi. Selang beberapa jam kemudian, tepatnya sekitar jam 15.00 wib, timbullah sebuah pikiran dan inisiatif untuk membunuh diri. kak Prika menuju ke belakang rumah dan mengambil sebuah botol yang berisi racun pembasmi hama (yang digunakan oleh keluarga untuk pembasmi hama di sawah), lalu diminumnya sampai habis. Adiknya langsung berteriak dan meminta tolong untuk bisa membantu kakaknya yang telah meminum racun hama. Ternyata kak Prika tidak mau ditolong oleh siapapun lagi, dia lari sekuat tenaga menuju ke sebuah kebun kosong, disitu bapaknya dikuburkan. Ketika kak Prika melihat kami menuju kesitu, dia lari lagi menuju ke perbatasan desa. disitulah kak Prika lemas dan muntah-muntah. Kami segera mengangkat Kak Prika membawa ke sebuah rumah warga desa, lalu segera dibawa ke Rumah Sakit Umum Kota Sigli.

Astagfirullah, Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’un…nyawanya tidak bisa diselamatkan lagi. setengah perjalanan menuju ke Rumah Sakit, kak Prika meninggal dunia.

Keluarganya sangat menyesal atas perlakukan kepada kak Prika yang tidak baik. Tapi apa yang hendak dikata, ajalnya hanya sampai disitu. Perjalanan hidup yang sangat menyedihkan.

Tahun 2004 yang lalu, Ketika Tsunami melanda daerah Aceh, seluruh keluarganya meninggal dunia. Karena terkena Tsunami di Kota Banda Aceh.

Mudah-mudahan Allah mengampuni dirinya dan keluarganya dan menerima segala amal baiknya selam hidup di dunia.


*Saya menceritakan kisah nyata perjalanan seorang perempuan (salah seorang warga desa saya) bukan untuk membuka iabnya, akan tetapi untuk kita ambil hikmah dari cerita tersebut. Semoga bagi Orang Tua, perempuan dan siapapun itu, bisa lebih berhati-hati dalam menjalankan hidup ini. Semoga Allah selalu menjaga dan melindungi, dan menyelamatkan Iman kita di Dunia dan akhirat nanti. amin*

0 comments:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates