Aku terasa penuh
Aku duduk namun bergerak
Tangisan langit terasa menusuk badanku
Jaketku pun tak dapat menghangatkanku seperti biasanya
Pandanganku mulai kabur dan gelap
Aku terus bergerak cepat hingga akhirnya kuharus berjalan
Dinginnya malam tak membuatku surut
Akhirnya, kutemukan juga kehangatanku
***
Jangan lebay dulu, ini sama sekali bukan puisi galau. Jadi gini ceritanya, gue abis pulang ditraktir sama farah. Gue bareng ikram bonceng motor semenjak gue gaboleh bawa motor jauh karena ditilang gapunya sim c. Ternyata di tengah jalan ujan terus ikram gabawa jas ujan yaudah keujanan deh. Kita sempet neduh bentar, terus lanjut lagi walau hujan menghadang. Ikram tukeran helm ama gue karena helm ikram pake kaca film. Alhasil, pandangan gue burem karena helmnya ikram juga berembun. Dilampu merah ikram bilang gini ke gue, "To, jangan ampe masuk angin besok."
"Oke. Selangkangan gue dingin basah.", jawab gue mendesah.
"Apaan?"
"Selangkangan gue dingin basah."
"Sama."
Nyampe kalimalang ternyata gak ujan. Ikram nurunin gue di sederhana, terus gue jalan ke rumah dari sederhana. Gue jalannya harus ngangkang. Nggak, gue sama sekali nggak sunat lagi. Ini karena celana jeans gue yang basah kalo gesekan bakalan berdecit kaya sendal balita. Kan ilok juga kalo ada anak kecil ama emaknya lewat terus nanya emaknya gini, "Ma, itu sepatu kakakknya kaya aku."
Kan gak mungkin gue jawab juga, "Dek, ini celana jeans kakak yang basah yang bunyi, sekarang selangkangan kakak kedinginan."
Dan akhirnya setelah jalan ngangkang gue nyampe rumah dan mandi air hangat.
0 comments:
Post a Comment